BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat yang sangat strategis dalam pembangunan di negara kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik. yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persoalan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sangat komplek. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut soal mutu pendidikan, dan manajemen pendidikan. Masalah yang terkait dengan mutu adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana pendidikan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) salah satu mata pelajaran yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Sapriya : 2012:194). Dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar ( SD )/ Madrsah Ibtidaiyah (MI)/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang mengkaji seperangkat isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Menurut Somantri (Sapriya, 2006:7) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan dasar dan menengah. Sumantri dan Permana (2001:43) mengatakan bahwa : Pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan warga Negara yang baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan sosial, juga salah satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik sebagai warga Negara yang baik dan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari sikap individu (siswa) dalam menghadapi tantangan zaman di saat kini maupun 1

2 disaat nanti, yang tentu saja keterampilan (Skiil) harus dapat dimiliki oleh setiap individu tersebut, agar kelak individu ( siswa ) tersebut dapat siap menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya. Berdasarkan pengamatan dilapangan saat ini, pada kenyataannya strategi belajar IPS yang diterapkan umumnya menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar dibandingkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri. Pada akhirnya metode yang digunakan hanya ceramah. Siswa dipaksa menerima materi dan menghapalnya. Dalam hal ini guru mengejar target kurikulum yang telah dfitetapkan dan hanya memberikan siswa pengetahuannya saja tanpa melihat kebutuhan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.dengan demikian proses pembelajaran IPS masih jauh dari apa yang menjadi tuntutan kurikulum dan hakikat IPS itu sendiri. Sehingga mata pelajaran IPS masih menjadi mata pelajaran yang dianggap tidak penting bagi siswa karena proses pembelajaran masih didominasi dan berpusat pada guru (teacher centered). Guru tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak bertindak dan memposisikan diri sebagai salah satunya sumber belajar. Kebutuhan akan pengembangan keterampilan sosial dan pembinaan sikap mulai dirasakan penting setelah maraknya bentuk penyimpangan sosial ditengah masyarakat. Seperti kita ketahui dimedia elektronik tentang tawuran antar warga konflik antar etnik dan agama, peredaran dan pemakaian narkoba serta kasus pemalakan yang dilakukan oleh siswa SD. Kecenderungan yang muncul seperti kasus di atas meresahkan orang tua jika dikaitkan dengan situasi kehidupan yang semakin kompleks. Sejalan dengan itu, Asrori (2009:119) mengungkapkan; Kecenderungan yang muncul dipermukaan dewasa ini, ditunjang oleh laju perkembangan teknologi dan arus gelombang kehidupan global yang sulit atau tidak mungkin untuk dibendung, mengisyaratkan bahwa kehidupan masa mendatang akan menjadi sarat pilihan yang rumit. Ini mengisyaratkan

3 pula bahwa manusia kan semakin didesak kea rah kehidupan yang amat kompetitif. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Yusuf et al. (2003 : 21) menyatakan bahwa : Siswa yang mengalami gangguan perilaku. Ciri-cirinya adalah suka berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah, tidak penurut/ melawan peraturan, suka merusak baik milik sendiri maupun orang lain, kasar, tidak sopan, tidak mau kerja sama, penentang, kurang perhatian pada orang lain, suka mengganggu, suka ribut, mudah marah, suka mendominasi orang lain, suka mengancam atau menggertak, iri hati, cemburu, suka bertengkar, tidak bertanggung jawab, ceroboh, mencuri, mengacau, menolak kesalahan dan menyalahkan orang lain, murung, cemberut, mementingkan diri sendiri. Banyaknya siswa yang mengalami gangguan perilaku perlu mendapat perhatian yang serius untuk segera diberikan intervensi yang tepat. Salah satu faktor yang cukup penting mempengaruhi gangguan perilaku anti sosial adalah rendahnya keterampilan sosial anak, yaitu kemampuan anak mengatur emosi dan perilakunya untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungan. Alasan mengapa keterampilan sosial perlu dikembangkan dalam pembelajaran, dikarenakan banyak permasalahan sosial yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari seperti peristiwa tawuran antar warga, berbagai pelanggaran tata tertib serta sikap ingin menang sendiri. Keterampilan sosial tidak datang dengan sendirinya, ia harus diajarkan dan dilatih antara lain melalui pendidikan IPS. Pendidikan IPS di SD memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembangnya dasar-dasar keterampilan sosial dengan mulai mengenalkan lingkungan sosial yang terdekat dengan kehidupan siswa, mengenalkan status dan peranannya sebagai mahluk sosial dan juga keterampilan bekerja sama dan gotong royong yang dapat dilihat oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat di rumahnya.

4 Selain itu pengembangan keterampilan sosial telah dirumuskan oleh pemerintah melalui permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan siswa. Dalam uraian kompetensi yang diharap kan dicapai oleh siswa antara lain meliputi (1) mampu mencari, memilah dan mengolah informasi dari berbagai sumber; (2) mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari; (3) memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. (4) memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk; (5) mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat, lingkungan dan poerkembangan global. Keberhasilan suatu proses pengajaran biasanya diukur dari sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru (Bangsawan : 2006 :37). Dengan demikian, yang penting dalam mengajar adalah proses mengubah prilaku. Dalam konteks ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para pendidik dalam hal ini guru agar melaksanakan pembelajaran dikelas perlu memahami karakteristik materi, siswa dan metodologi pembelajaran terutama dengan tujuan pembelajaran, sumber dan media belajar, sarana dan prasarana serta pendekatan, model dan metode pembelajaran sehingga dapat mengkonstruksikan wawasan pengetahuan guna mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh semua siswa di dalam kelas. Sejalan yang diungkapkan oleh Somantri (2001:216) bahwa : Guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat. Kebiasaan ini penting dikondisikan sejak dibangku sekolah, agar ketika terjun ketengah masyarakat peserta didik terbiasa berbeda pendapat, jujur dan sportif dalam mengakui kekurangannya sendiri dan siap menerima pendapat

5 orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah secara elegan. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk menentukan metode pembelajaran yang menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru saharusnya memikirkan bagaimana cara ( metode ) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Menurut Hakiim ( 2009 : 154 ) bahwa; Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkin siswa belajar proses ( learning by process ), bukan hanya belajar produk (learning by product ). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkin tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif,afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan meningkatkan kognitif dan keterampilan sosial siswa. Menurut Yusuf et al. (2003:173) diantaranya; perlunya suasana belajar kooperatif 1. memudahkan anak melakukan penyesuaian sosial; 2. membangkitkan kegembiraan belajar murni; 3. memungkinkan anak belajar tentang sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan hidup; 4. meningkatkan keterampilan metakognitif atau memahami proses berfikirnya sendiri; 5. mengajarkan dan mempraktekan berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan; 6. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;

6 7. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang adanya perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau berkelainan, etnis, kelas sosial, agama atau orientasi tugas; 8. meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong; Menciptakan suasana belajar koopertif bukan pekerjaan mudah karena diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup, disertai dengan dedikasi dan latihan yang cukup pula. Hal ini sejalan yang dikemukan oleh Yusuf et al.(2003:175) bahwa menciptakan suasana belajar kooperatif relatif lebih sulit jika disbanding dengan suasana belajar kompetitif dan suasana belajar individualistik. Berdasarkan pada berbagai kajian tersebut di atas serta melihat permasalahan dan fenomena yang terjadi terhadap pembelajaran IPS di sekolah dasar maka peneliti akan melakukan kajian tentang pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran koopertif tipe jigsaw yang disesuaikan dan karakteristik dan kebutuhan siswa sebagai prasyarat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa. Oleh karena itu peneliti mengajukan judul penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Studi Eksperimen Quasi Terhadap Siswa Kelas IV SDN 2 Rancapanggung Kecamatan Cililin Kab. Bandung Barat). B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah penelitian dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Konsep-konsep IPS yang sarat dengan materi tidak dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga keterampilan sosial mereka rendah dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

7 2. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa dirasakan sangat rendah. 3. Penggunaan model dan metode pembelajaran IPS yang digunakan guru dalam pembelajaran belum bervariasi sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar dan keterampilan sosial pada kelas Eksperimen, siswa yang diajarkan dengan metode Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pretest dan posttest? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar dan keterampilan sosial pada kelas kontrol, siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional pada pretest dan posttest? 3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial pada siswa yang menggunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang menggunakan metode konvensional? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui dan menganalisis pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik kelas IV sekolah dasar. 2. Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik kelas IV sekolah dasar. 3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial pada siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang menggunakan metode konvensional.

8 D. Manfaat / signifikansi Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna bila dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik dan dapat mengembangkan keterampilan hidup termasuk di dalamnya keterampilan sosial 2. Kegunaan Praktis a. Bagi siswa Dapat mengembangkan keterampilan sosial serta meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. b. Bagi guru 1) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif mencari model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu topik atau konsep tertentu sehingga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. 2) Dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran IPS. 3) Menerapkan pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatip. c. Bagi Sekolah Dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada mata pelajaran yang lain, dan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa, mengembangkan model pembelajaran yang bermutu, demi perbaikan mutu pendidikan di sekolah. E. Struktur Organisasi Tesis

9 Sistematika penulisan dalam tesis ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasannya. Oleh karena itu tesis ini menggunakan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi Tesis. Bab II Kajian Pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian, diuraikan pendekatan penelitian yang di dalamnya menvangkup lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengolahan data dan analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan dalam bab ini terdiri dari dua hal utama, yakni : a) pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan b) pembahasan atau analisis temuan. Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.