JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Efisiensi Penyaluran Air Irigasi BKA Kn 16 Lam Raya Daerah Irigasi Krueng Aceh

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

EFISIENSI PENGALIRAN JARINGAN IRIGASI MALAKA (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI MALAKA KIRI)

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

STUDI POLA PEMBERIAN AIR IRIGASI BERDASARKAN FAKTOR JARAK SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH IRIGASI KEDUNGKANDANG KABUPATEN MALANG

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis,

ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI PADA SALURAN SEKUNDER DI. CIHERANG TESIS MAGDALENA TANGA NIM :

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

Evaluasi Efisiensi Saluran Terhadap Debit Aliran Air pada Jaringan Irigasi Purwodadi Magetan, Jawa Timur

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH IRIGASI BENDANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

STUDI POLA PEMBERIAN AIR IRIGASI BERDASARKAN FAKTOR JARAK SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI D.I JERUK TAMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

STUDI PENENTUAN INDEKS PENGGUNAAN AIR (IPA) BERDASARKAN FAKTOR JARAK DI SALURAN SEKUNDER 1 BENDUNG KEDUNG CABAK KABUPATEN BLITAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PADA TANAH ANDEPTS DALAM SKALA LABORATORIUM

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SUKA DAMAI DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

ANALISIS EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BENDUNGAN LOMAYA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN

EVALUASI KINERJA SALURAN JARINGAN IRIGASI JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

EVALUASI KINERJA IRIGASI DARI ASPEK KONSISTENSI EFISIENSI IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI PANDRAH. BIREUEN, ACEH

BAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI BANJARAN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN AIR IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

KAJAN EFISIENSI AIR DALAM PENGEI-IBANGAN D.I. AMANDIT DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TESIS

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA SEI BERAS SEKATA DAERAH IRIGASI MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

ANALISIS EFISIENSI SALURAN IRIGASI DI DAERAH IRIGASI BORO KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA KUALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DI SALURAN SEKUNDER PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR DI PINTU UKUR

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Evaluasi Teknis Operasional jaringan Irigasi Gondang Th 2005 Desa Bakalan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

Transkripsi:

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Efisiensi Penyaluran Air Irigasi BKA Kn 16 Lam Raya Daerah Irigasi Krueng Aceh Andriani Asarah Bancin 1), Dewi Sri Jayanti 1), T. Ferijal 1) 1) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Email : dee_jayanti@yahoo.com Abstrak Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh memiliki jaringan irigasi permukaan teknis untuk mengairi 7.450 ha lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar. Peningkatan tekanan pada sumber daya air yang tersedia untuk irigasi dan kebutuhan lainnya, terutama selama musim kemarau, membutuhkan jaringan irigasi yang memiliki efisiensi yang tinggi untuk menyalirkan air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyaluran dan jumlah kehilangan air di saluran sekunder dan tersier dari jaringan irigasi pilihan yaitu Jaringan Lam Raya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyaluran rata-rata untuk BKA Kn 16 Lam Raya adalah 52,47%. Rata-rata kehilangan air dan efesiensi penyaluran air di saluran sekunder berturut-turut adalah 0.048 m 3 /dtk dan 81,11%. Kehilangan tersebut disebabkan oleh penguapan 2,73 x 10-7 m 3 /dtk, rembesan 0,00212 m 3 /dtk dan faktor lainnya 0,04548 m 3 /dtk. Kehilangan air rata-rata di saluran tersier adalah 0.01 m 3 /dtk yang merupakan kehilangan akibat adanya penguapan 5,046 x 10-8 m 3 /dtk, rembesan 0,00033m 3 /dtk dan faktor lainnya 0,00994 m 3 /dtk. Hal tersebut menyebabkan efisiensi penyaluran air di saluran tersier sekitar 71,88%. Namun, kinerja jaringan irigasi masih dikategorikan baik karena memiliki efisiensi penyaluran air yang lebih besar dari 60%. Kehilangan air di saluran tersier sebagian besar disebabkan oleh banyak bagian dinding dan dasar saluran yang rusak, dan adanya vegetasi dan sedimen pada saluran yang memperlambat aliran air. Kata Kunci : Efisiensi penyaluran air, kehilangan air, evaporasi, rembesan, Daerah Irigasi Krueng Aceh Conveyance Efficiency Of Irrigation Water At BKA Kn 16 Lam Raya Krueng Aceh Irrigation Area Andriani Asarah Bancin 1), Dewi Sri Jayanti 1), T. Ferijal 1) 1) Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University Email : dee_jayanti@yahoo.com Abstract Krueng Aceh Watershed has technical surface irrigation network to irrigate 7.450 ha of paddy fields in Aceh Besar District. Increasing pressure on available water resources for irrigation and other needs, particularly during dry season, requires an irrigation network having a higher level of efficiency to deliver irrigation water.this study aims to determine the delivery efficiencies and amount of water loss in secondary and tertiary channels of selected irrigation network. Lam Raya network was selected for the study area. Results showed that average delivery efficiency for BKA Kn 16 Lam Raya was 52.47%. The average water loss and water delivery efficiency in secondary channel were 0,048 and 81,11%, respectively. The loss was caused by evaporation 2.73 x 10-7 m 3 /s, seepage 0.00212 m 3 /s and other factors 0.04548 m 3 /s. The average water loss in tertiary channels was 0,01 m 3 /s contributed by losses from evaporation 5.046 x 10-8 m 3 /s, seepage 0.00033 m 3 /s and other factors 0.00994 m 3 /s. It caused tertiary channel's water delivery efficiency was approximately 71,88%. However, performance of irrigation network was classified as good since it has water delivery efficiency greater than 60%. 19

Water loss in tertiary channel largely due to many parts of wall and base of the channels were broken, and the presence of vegetation and sediment in the channel slowed the water flow. Keywords : Conveyance efficiency, lost of water, evaporation, seepage, Krueng Aceh Irrigation Area PENDAHULUAN Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berharga yang mempunyai fungsi sangat beragam. Semakin meningkatnya perkembangan penduduk Indonesia semakin meningkat pula kebutuhan air untuk berbagai keperluan, antara lain pertanian, pemukiman, perkotaan, industri, perikanan, energi, wisata, lingkungan dan lainnya. Hal ini mengakibatkan air menjadi barang langka pada saat tertentu untuk beberapa lokasi yang rawan kekurangan air. Permasalahan air secara garis besar antara lain: terlalu banyak air umumnya terjadi pada musim hujan dan sering menyebabkan bencana banjir; air terlalu kotor yaitu pencemaran air yang terjadi akibat limbah industri, rumah tangga dan pertanian; serta air terlalu sedikit, kekurangan air mengakibatkan kekeringan yang berdampak buruk di pedesaan mengalami penurunan produksi pangan maupun di perkotaan mengalami kesulitan air. Areal persawahan merupakan lahan pertanian utama penghasil beras sebagai bahan pokok pangan, sehingga diperlukan usaha secara intensif dan ektensif untuk peningkatan produksinya. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi pertanian adalah pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi serta upaya peningkatan kegiatan operasi dan pemeliharaannya. Jumlah air yang diterima pada petak-petak tersebut akan berpengaruh pada pola tanam petani, hasil serta jenis produksi pertanian akan bergantung pada kecukupan air. Kondisi ini akan semakin sulit apabila sumber air yang tersedia sangat terbatas, terutama di musim kemarau. Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan langkah untuk membagi air secara bergilir/rotasi. Pembagian air secara rotasi adalah pembagian air secara bergiliran ke saluran-saluran kuarter, tersier, atau sekunder. Mata pencaharian masyarakat Aceh yang dominan adalah bertani. Petani Kabupaten Aceh Besar memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan areal sawah dengan sumber air langsung dari mata air ataupun dari bendungan. Salah satu sumber air yang dimanfaatkan oleh petani untuk air irigasi berasal dari bendungan Krueng Aceh yang terletak di Kecamatan Seulimeuem Kabupaten Aceh Besar. Jaringan irigasi Krueng Aceh mempunyai jaringan irigasi teknis dengan sistem terbuka. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dalam rangka intensifikasi dan perluasan areal persawahan (ekstensifikasi), serta terbatasnya persediaan air untuk irigasi dan keperluan-keperluan lainnya, terutama pada musim kemarau, 20

maka penggunaan dan pengelolaan suatu jaringan irigasi diharapkan memiliki tingkat efisiensi teknis yang tinggi sehingga dapat menyalurkan air secara efektif dan efisien. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di daerah pengairan Lam Raya Daerah Irigasi Krueng Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Waktu penelitian pada Mei 2014. 2. Alat dan Data Alat yang digunakan berupa pelampung sebagai alat pengukur kecepatan aliran air, stopwatch untuk menghitung waktu yang diperlukan pelampung sampai pada titik yang ditentukan, roll meter untuk mengukur kedalaman saluran; serta meteran. Data-data yang digunakan berupa peta Daerah Irigasi Krueng Aceh, skema dan deskripsi jaringan Daerah Irigasi Krueng Aceh, data kecepatan angin, serta data curah hujan 1 tahun. 3. Prosedur Penelitian Lokasi pengukuran saluran sekunder dan tersier penelitian ini di Desa Lam Raya, Kabupaten Aceh Besar. a. Efisiensi Penyaluran Air Irigasi Prosedur pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung (Gambar 1) adalah sebagai berikut: menentukan titik awal (titik A); menentukan panjang (L) lintasan pelampung; menentukan titik akhir (titik B); melepaskan pelampung dari titik A bergerak menuju titik B, waktu tempuh pelampung diukur dengan stopwatch. Pengukuran pada masing-masing ruas dilakukan 3 (tiga) kali kemudian dirata-ratakan. Kecepatan aliran air (m/s) diukur dengan menggunakan rumus: V =... (1) BAGUNAN SADAP A 10 meter V1 (pangkal) B A 10 meter V2 (pangkal) B BAGUNAN SADAP muka air saluran dasar saluran Gambar 1. Titik pengukuran kecepatan aliran (Surya, 2006) 21 A 10 meter V1 (pangkal) B A 10 meter V2 (pangkal) B

b. Luas Penampang Saluran Rona Teknik Pertanian, 8(1) Untuk saluran primer, sekunder dan tersier luas penampang (m 2 ) saluran dihitung dengan menggunakan Persamaan 2 (Surya, 2006) : A= b.y + z.y 2... (2) Gambar 2. Penampang melintang saluran berbentuk trapesium (Surya, 2006) c. Debit Air Debit air (m 3 /s) di hulu dan hilir saluran sekunder dan saluran tersier dapat dihitung (Soewarno, 1991) :... (3) d. Kehilangan air Pengukuran kehilangan air menggunakan metode Inflow-Outflow, yang berarti bahwa selisih debit yang terjadi sepanjang saluran yang diamati merupakan kehilangan air selama penyaluran (Tim Penelitian Water Management IPB, 1993). Kehilangan air = Inflow Outflow... (4) e. Persentase efisiensi penyaluran Besarnya efisiensi penyaluran air irigasi dihitung dengan (Kalsim, 2011): % efisiensi penyaluran = x 100 %... (5) f. Total efisiensi penyaluran air irigasi Total efisiensi penyaluran air irigasi dapat dihitung sebagai berikut (Kalsim, 2011):... (6) g. Evaporasi. Evaporasi dapat dihitung berdasarkan Hukum Dalton :... (7) h. Besarnya kehilangan akibat penguapan pada saluran sebagai berikut (Singh, 1980):... (8) 22

i. Rembesan Rona Teknik Pertanian, 8(1) Berdasarkan ketentuan Garg, kehilangan air karena rembesan dapat ditulis dalam persamaan berikut (Garg,1981):... (9) HASIL DAN PEMBAHASAN Krueng Aceh merupakan salah satu sungai yang terletak di Propinsi Aceh yang mengairi 2 (dua) kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Sungai ini berhulu di Cot Seukek Kabupaten Aceh Besar dan bermuara di Gampong Lampulo Kota Banda Aceh yang memiliki luas sekitar 1.762 km 2 dengan panjang sungai utama 138 km. Secara geografis, Daerah Irigasi Krueng Aceh terletak pada 5 0 12 5 0 48 LU dan 95 0 95 0 48 BT. Air Krueng Aceh ini digunakan untuk pembangunan irigasi di daerah Krueng Aceh dengan tujuan untuk menunjang program swasembada pangan dalam sektor pertanian. Irigasi Krueng Aceh termasuk ke dalam irigasi teknis. Jaringan irigasinya dapat diartikan sebagai bentuk fisik termasuk ke dalam irigasi yang terdiri dari saluran dan bangunan untuk pengatur air irigasi. Sistem irigasi ini terdiri dari 34,6 km saluran utama yang dibagi menjadi 5 bagian dan 18 saluran sekunder sepanjang 76,44 km. Daerah irigasi Krueng Aceh dibagi 2 (dua) yaitu: (1) Daerah irigasi kanan, mengairi 7.194 ha, terdiri dari 6.385 ha di bagian kanan Krueng Aceh dan 809 ha di bagian kiri Krueng Aceh, dan (2) Daerah irigasi kiri, mengairi daerah seluas 256 ha. Curah hujan bulanan di Daerah Irigasi Krueng Aceh pada periode 2013 maksimum terjadi pada bulan September yaitu sebesar 23,5 mm dan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 3,7 mm. Pengukuran kecepatan air di saluran sekunder dan tersier dilakukan pengukuran tiga kali pengulangan. Pada saluran tersier dilakukan pengukuran dengan mengukur di hulu dan hilir saluran, dengan lokasi pengukuran antara lain LR 1 Kn 1, LR Kn 2, LR 1 Kr, LR 2 KrKn, LR 2 KrKr 1, LR 2 KrKr 2, LR 2 KrKr 3, LR 2 KrKr 4, LR2 Kn, LR 3 Kn, LR3 Kr, LR4 Kr 1, LR4 Kr 2, LR5 Kn dan LR5 Kr. Deskripsi panjang saluran terlihar pada Tabel 1. Tabel 1. Panjang Saluran Primer dan Sekunder Saluran Panjang saluran (m) Primer 500 BLR 1 452 BLR 2 1.512 BLR 3 878 BLR 4 999 BLR 5 1.203 23

Efisiensi irigasi dilakukan tiap ruas pengukuran dengan jarak tertentu sesuai panjang masing-masing saluran sekunder dan saluran tersier. Kehilangan air akibat rembesan menggunakan nilai koefisien rembesan (K) menurut Garg (1981) berupa bahan pembentuk saluran dari campuran semen, pasir dan batu sebesar 0,13 x 10-6 m/dtk. Hasil perhitungan efisiensi irigasi dan kehilangan air dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Efisiensi Saluran Sekunder dan Tersier Saluran Kode Efisiensi Efisiensi Faktor Kehilangan Air (m 3 /dtk) Kehilangan E air (m 3 Penyaluran Rerata Evaporasi Rembesan /dtk) (mm/hari) Lainnya (%) Saluran (%) (Qe) (Qs) BLR 1 0,071 85,15 0,045 1,76 10-7 1,385 10-4 0,06962 BLR 2 0,074 75,42 0,045 4,60 10-7 3,823 10-4 0,07018 Sekunder BLR 3 0,038 85,18 81,11 0,045 2,33 10-7 1,912 10-4 0,03609 BLR 4 0,032 81,64 0,045 2,47 10-7 1,806 10-4 0,03019 BLR 5 0,023 78,17 0,045 2,47 10-7 1,686 10-4 0,02131 2,73 10-7 2,122 10-4 0,04548 LR1 Kn 1 0,007 68,92 0,045 3,19 10-8 1,394 10-5 0,00686 LR1 Kn 2 0,006 70,85 0,045 8,29 10-8 3,813 10-5 0,00562 LR1 Kr 0,006 72,16 0,045 4,37 10-8 2,215 10-5 0,00578 LR2 KrKn 0,024 74,01 0,045 9,21 10-8 5,573 10-5 0,02335 LR2 KrKr 1 0,011 72,70 0,045 5,40 10-8 3,413 10-5 0,01066 LR2 KrKr 2 0,005 70,90 0,045 2,60 10-8 1,659 10-5 0,00483 LR2 KrKr 3 0,007 69,60 0,045 3,16 10-8 1,964 10-5 0,00680 Tersier LR2 KrKr 4 0,003 68,11 71,88 0,045 1,74 10-8 1,071 10-5 0,00289 LR2 Kn 0,011 71,49 0,045 7,51 10-8 5,118 10-5 0,01049 LR3 Kn 0,009 73,81 0,045 6,05 10-8 2,642 10-5 0,00879 LR3 Kr 0,015 75,00 0,045 4,58 10-8 2,696 10-5 0,01466 LR4 Kr 1 0,016 70,16 0,045 6,52 10-8 2,352 10-5 0,01576 LR4 Kr 2 0,010 68,58 0,045 1,55 10-8 5,242 10-5 0,00948 LR5 Kn 0,014 74,79 0,045 4,92 10-8 3,817 10-5 0,01362 LR5 Kr 0,010 77,26 0,045 6,60 10-8 5,155 10-5 0,00948 5,046 10-8 3,208 10-5 0,00994 1

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan efisiensi penyaluran rata-rata sebesar 81,11%, namun berdasarkan standar perencanaan irigasi efisiensi irigasi saluran sekunder diharapkan adalah sebesar 90% (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi yang didapatkan lebih rendah dari nilai efisiensi yang ditetapkan. Rata-rata kehilangan air di saluran sekunder yang diperoleh sebesar 0,048 m 3 /dtk dengan rata-rata kehilangan air akibat faktor evaporasi yang sangat kecil sebesar 2,73 x 10-7 m 3 /dtk dan ratarata air yang hilang karena faktor rembesan didapatkan sebesar 2,122 10-4 m 3 /dtk. Kehilangan air yang terjadi di sepanjang saluran tidak hanya disebabkan karena faktor evaporasi dan rembesan, namun juga disebabkan oleh faktor lainnya yaitu sebesar 0,04548 m 3 /dtk. Faktor-faktor lainnya antara lain karena adanya penyadapan liar yang dilakukan oleh petani, kehilangan air akibat operasional yaitu pengaliran air ke petakan sawah yang tidak teratur, kelebihan air pembuangan, serta pemborosan penggunaan air oleh petani. Tingginya kehilangan air di sepanjang saluran mengakibatkan berkurangnya jumlah air yang dimanfaatkan tanaman dan rendahnya efisiensi irigasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi hal tersebut dengan adanya perbaikan sistem pengelolaan air diantaranya: efisiensi operasional pintu, meminimalkan pengambilan air tanpa ijin dan pengontrolan operasional oleh pihak yang berwenang sehingga debit yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Efisiensi penyaluran rata-rata di saluran tersier sebesar 71,88 %, namun berdasarkan Direktorat Jenderal Pengairan (1986), efisiensi irigasi di saluran tersier diharapkan sebesar 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi yang didapatkan lebih rendah dari nilai efisiensi teoritis yang sudah ditetapkan. Besarnya kehilangan air rata-rata di sepanjang saluran tersier diperoleh 0,010 m 3 /dtk dimana rata-rata kehilangan air yang terjadi karena faktor rembesan sebesar 3,208 10-5 m 3 /dtk dan faktor evaporasi yang tidak terlalu berpengaruh pada kehilangan air didapatkan rata-rata sebesar 5,046 x 10-8 m 3 /dtk sedangkan rata-rata kehilangan air yang disebabkan faktor lainnya sebesar 0,00994 m 3 /dtk. Adapun faktor tersebut antara lain kehilangan air akibat operasional yaitu pengaliran air ke petakan sawah yang tidak teratur, kehilangan air juga tergantung pada karakteristik saluran seperti terjadi penyusutan/kerusakan, keretakan pada dinding saluran, gangguan aliran air pada saluran irigasi akibat vegetasi di sepanjang saluran, banyaknya endapan pada saluran menyebabkan aliran air lambat sehingga berkurangnya jumlah air yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman dan rendahnya efisiensi pengairan. 25

26 Rona Teknik Pertanian, 8(1) Berdasarkan hasil penelitian, lebih banyak air yang hilang karena faktor rembesan dimana kehilangan air akibat besar kecilnya rembesan pada saluran dilapisi tergantung pada komposisi pada bahan pelapisan dan juga tergantung pada tingkat kekasaran dinding saluran tersebut. Semakin padat bahan yang digunakan maka semakin erat ikatan pelapisan sehingga koefisien rembesan tidak terjadi atau proses terjadinya melalui retakan-retakan pada dinding saluran tidak mudah terjadi. Kehilangan air yang tinggi dan terbatasnya ketersediaan air (seperti pada musim kemarau) mengakibatkan efisiensi pemanfaatan air menjadi rendah sehingga kebutuhan air yang direncanakan tidak terpenuhi. Besarnya air yang diterima petani di petak sawah lebih kecil dibandingkan dengan besarnya air yang diberikan dari bendungan air irigasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi penyaluran air irigasi, diperlukan alokasi penyaluran air irigasi pada masing-masing saluran dan perlu dibuat suatu rangkaian perencanaan yang tersusun dengan prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan saluran irigasi. Dalam usaha peningkatan efisiensi pengairan, perlu dilakukan tindakan pencegahan terjadinya kerusakan saluran secara periodik serta P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) hendaknya meninjau saluran tersier di masing-masing daerah dan memperbaiki saluran yang kondisinya sudah rusak. Selain itu dapat dilakukan pemeliharaan rutin seperti membersihkan sampah, lumpur dan lain-lain pada bangunan ukur dan pintu air, memotong rumput dan tumbuhari pengganggu di sepanjang saluran, merapihkan lubang saluran, menutup bocoran kecil, memberi pelumas pintu air. Efisiensi irigasi yang diperoleh di saluran primer, sekunder dan tersier yaitu : (90 % x 81,11 % x 71,88 %) x 100 % = 52,47 %. Berdasarkan standar perencanaan irigasi efisiensi irigasi di saluran primer sebesar 90%, di saluran sekunder sebesar 90% dan efisiensi di saluran tersier sebesar 80%. Sehingga diperoleh efisiensi totalnya adalah 90 % x 90 % x 85 % = 65%. Hal ini sesuai dengan standarisasi efisiensi penyaluran berdasarkan Direktorat Jenderal Pengairan (1986) yang menyatakan bahwa efisiensi penyaluran keseluruhan untuk jaringan irigasi teknis adalah sebesar 50% - 60 % masih tergolong baik. Berdasarkan nilai efisiensi keseluruhan yang didapatkan yaitu sebesar 52,47%, maka dapat jaringan irigasi ini dapat dikategorikan memenuhi standar efisiensi penyalurannya. Hal ini disebabkan karena debit yang terdapat di saluran primer masih dekat dengan bendungan irigasi sehingga penyaluran air di saluran primer memiliki nilai efisiensi yang tinggi. Berbeda pada saluran sekunder maupun saluran tersier, air yang disalurkan mulai dari bendungan memiliki jarak yang cukup jauh dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menuju ke petakan sawah sehingga banyak terjadi kehilangan air selama penyaluran. Kehilangan air tersebut juga

terjadi karena banyaknya penyadapan liar yang dilakukan petani, adanya kebocoran di saluran sekunder dan banyaknya bagian-bagian saluran yang rusak baik pada dinding maupun dasar saluran di saluran tersier. Pada pengukuran di lapangan, efisiensi saluran primer lebih tinggi dari pada saluran sekunder, sedangkan pada efisiensi di saluran sekunder lebih tinggi dari pada saluran teriser yang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Efisiensi pada Saluran Irigasi KESIMPULAN DAN SARAN Kehilangan air rata-rata di saluran sekunder sebesar 0,048 m 3 /dtk dengan kehilangan air akibat evaporasi 2,73 x 10-7 m 3 /dtk, kehilangan air akibat rembesan 0,00212 m 3 /dtk dan kehilangan air lainnya 0,04548 m 3 /dtk. Sedangkan kehilangan air rata-rata di saluran tersier sebesar 0,010 m 3 /dtk dengan kehilangan air akibat evaporasi 5,046 x 10-8 m 3 /dtk, kehilangan air akibat rembesan 0,00033 m 3 /dtk dan kehilangan air lainnya 0,00994 m 3 /dtk. Kehilangan air yang tinggi dan terbatasnya ketersediaan air (seperti pada musim kemarau) mengakibatkan efisiensi pemanfaatan air menjadi rendah sehingga kebutuhan air yang direncanakan tidak terpenuhi. Efisiensi saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier di Daerah Irigasi Krueng Aceh daerah Pengairan Lam Raya sebesar 90%, 81,11%, 71,88% dengan total efisiensi penyaluran sebesar 52,47 % dan dikategorikan memenuhi standar efisiensi penyalurannya. Tingginya kehilangan air di sepanjang saluran mengakibatkan berkurangnya jumlah air yang dimanfaatkan tanaman dan rendahnya efisiensi irigasi. Saran yang dapat disampaikan adalah perlu dibuat perbaikan pada sistem pengelolaan air dan perbaikan fisik prasarana irigasi seperti: mengurangi kebocoran disepanjang saluran, meminimalkan penguapan, menciptakan sistem irigasi yang andal, berkelanjutan dan diterima petani. 27

DAFTAR PUSTAKA Anhar, A. 2009. Efisiensi Penyaluran Air Irigasi di Kawasan Sungai Ular Daerah Timbang Deli Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Balai Wilayah Sungai Sumatera I. 2008. Profil Balai Wilayah Sungai Sumatera I. Direktorat Jendral Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Bunganaen, W. 2010. Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air pada Jaringan Utama Daerah Irigasi Air Sagu. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jurnal-tekniksipil/article/view/18583/18355. Diakses tanggal 9 Januari 2013. Dinas Pekerjaan Umum. 1994. Proyek Irigasi Krueng Aceh Pedoman Operasi dan Pemeliharaan. PT Trans Intra Asia. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung. Garg, K. S. 1981. Irrigation Engineering and Hydraulic Structures. Khana Publisher. Nai Sarak, Delhi. Hansen, V.E., dan O. W. Israelsen. 1962. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta. Hansen, V.E., O.W. Israelsen, G.E. Tachyan dan E. P. Soetjipto. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga, Jakarta. Kalsim, K. 2011. Efisiensi Irigasi dan Pengukuran Debit. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Linsley, R.K., M.A. Kohler, dan J.L.H. Paulhus. 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Penerjemah Yandi Hermawan. Erlangga, Jakarta. Pudjono. 2010. Pengaruh Pemasangan Bangunan Peninggi Muka Air (Subweir) Terhadap Gerusan yang Terjadi di Hilir Bendung. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya, Malang. Singh, G. 1980. Irrigation Engineering. Standart Book House. Nai Sarak. Delhi. Soewarno, 1991. Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data Hidrologi. Graha Ilmu. Yogyakarka. Sosrodarsono, S., dan K. Takeda. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta. Surya, M. 2006. Perbandingan Debit Saluran Tanah dan Saluran Lanning Terhadap Efisiensi Penyaluran Air Pada Saluran Tersier Daerah Irigasi Krueng Aceh. Skripsi. Fakultas Pertanain. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Tim Penelitian Water Management. 1993. Laporan Penelitian Management Tipe C dan D mengenai Kehilangan Air Pada Jaringan Utama dan pada Petak Tersier di Daerah Irigasi Manubulu Kabupaten Kupang. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 28