BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN INTERIOR GALERI KARYA SENI KONTEMPORER JAWA DENGAN MENGANGKAT EPOS MAHABARATA

SANGGAR SENI TARI DAN BUDAYA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Budaya bangsa Indonesia adalah budaya yang memiliki banyak keragaman

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

produktifitas,efisiensi kebutuhan fisik bagi pengguna.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modernisasi sekarang ini terlihat sekali bahwa keberadaan dan eksistensi kesenian maupun kebudayaan Indonesia mulai terancam. Padahal kebudayaan dan kesenian asli Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa dikagumi hampir seluruh masyarakat dunia. Hal ini disebabkan kecenderungan generasi muda di Indonesia saat lebih menggandrungi segala sesuatu yang beraromakan kebudayaan dan kesenian barat. Dewasa ini kebudayaan daerah yang kita miliki sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia hampir punah dari muka bumi ini. Tingkat kepedulian generasi masa kini terhadap kelestarian kebudayaan dan kesenian Indonesia lama-kelamaan kian terkikis. Hal ini dibuktikan dengan makin sedikitnya antusiasme generasi muda untuk menyaksikan dan mempelajari pagelaran kebudayaan seperti pertunjukkan tari, wayang, batik, hingga lukisan. Keberadaan karya seni Jawa kurang mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk masyarakat Jawa itu sendiri. Para generasi muda yang semestinya melestarikan kebudayaan dan karya seni Jawa seolah-olah lupa sehingga mereka semua menjadi buta dengan budayanya. Dikuatkan dengan berita mengenai kalimat Orang Jawa yang hilang Jawanya yang oleh masyarakat diartikan orang Jawa hilang sifat-sifat orang Jawa atau orang Jawa tidak mampu lagi menterjemahkan simbol-simbol yang tersembunyi dalam tata cara budaya Jawa. Seperti apa orang Jawa pada masa yang lalu secara totalitas menghadapi kehidupan ini? Menurut analisa penulis, totalitas orang Jawa menghadapi kehidupan ini bersumber pada keseimbangan atau harmoni. Dari penjabaran persoalan di atas, Penulis ingin mengajak masyarakat Jawa untuk kembali menengok keberadaan seni Jawa yang mulai terkikis jaman melalui pertunjukan dan pameran karya seni kontemporer Jawa yang akan mudah masuk 1

2 pada kalangan generasi muda saat ini. Meskipun bukan usaha yang mudah, namun kata seorang peneliti budaya, Edi Sedyawati, Kesenian daerah memang sangat membutuhkan pembelaan dari pihak-pihak terkait. Hal itu juga harus di letakan dalam target utama setiap program yang akan di lakukan. Hal tersebut juga menjadi pendukung dari penuturan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Sapta Nirwandar yang mengatakan promosi pariwisata Indonesia bisa dilakukan melalui karya seni, khususnya seni kontemporer (artikel: wisatajawa.com). Salah satu solusinya dengan adanya berbagai macam pameran yang dapat mengundang dan membuat masyarakat tertarik untuk datang belajar maupun menjadikan tempat wisata yang memberikan pengaruh positif dengan karya seni baru dengan sentuhan nilai budaya Jawa yang masih dijaga di dalamnya. Sebuah pameran membutuhkan wadah dan fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut. Pada umumnya masyarakat awam mengenal tempat-tempat dengan kegiatan tersebut dengan sebutan galeri. Untuk dapat mempertahankan bahkan mengembangkan eksistensi beragam kegiatan tersebut, diperlukan sebuah ide baru agar selain dapat menjawab persoalan di atas. Penulis merancang sebuah wadah untuk menunjang kegiatan pameran dan pengabdian kepada kebudayaan seni Jawa khususnya bagi seniman dan perupa muda Jawa dengan sebuah konsep dari sebuah wadah baru yakni galeri yang interaktif untuk menginformasikan keberadaan karya seni kontemporer Jawa. Galeri yang direncanakan mengandung tampilan baru untuk dapat menekankan pada ketertarikan generasi muda karena terdapatnya area café di dalamnya. Galeri di Indonesia kerap kali berisikan mengenai karya-karya pelukis terkenal dengan kentalnya cerita bersejarah mengenai peperangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia, namun jarang untuk mengangkat sebuah kisah kuno yang mampu menghantar nama Indonesia dengan mengiringi pembentukan kepribadian bangsa melalui berbagai legenda dengan pesan moral yang ada di dalamnya. Padahal di Indonesia, khususnya di Jawa sangat banyak cerita-cerita yang telah menjadi akar tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari ciri khas negeri Indonesia. Hingga jaman saat ini, siapa yang tak kenal Mahabarata? Sebuah epos yang mengisahkan tentang sebuah perang bersaudara di medan Kuruksethra antara

3 Pandawa dan kurawa. Epos yang masuk ke Indonesia pada abad ke-4 sudah sangat terkenal dalam dunia pewayangan di Jawa. Dari bentuk budaya dan seni dari wiracarita Mahabarata itu perlu adanya penonjolan lebih dalam lagi untuk memberikan penilaian secara lebih tinggi dalam pengabadiannya. Oleh karena Mahabarata memiliki pengaruh besar terhadap dunia kasusastraan Jawa, tujuan penulis mengangkat judul Perancangan Interior Karya Seni Kontemporer Jawa dengan mengangkat Epos Mahabarata didasarkan rasa keinginan untuk menciptakan suatu desain yang baru untuk menunjukkan hubungan timbal balik diantara keduanya dan bentuk apresiasi terhadap karya seni Jawa yang belum pernah ada sebelumnya. (Diagram 1.1. Kerangka Latar Belakang dan Permasalahan)

4 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana merancang sebuah interior Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa yang memiliki banyak fungsi untuk memamerkan beragam karya seni dari perupa muda sekaligus menjadi tempat beristirahat / berkumpul yang nyaman bagi para pengunjung khususnya generasi muda. 2. Bagaimana merancang interior Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa yang baik bagi semua kalayak pengunjung dengan tata letak dan fasilitas yang dapat meningkatkan keamanan karya seni dan memenuhi kebutuhan kegiatan seni itu sendiri. 3. Bagaimana merancang desain Interior yang sesuai dengan karakter Mahabarata dan mampu berkesinambungan sehingga menonjolkan nilai dari karya seni Jawa itu sendiri serta mampu memberi kepuasan bagi pengunjung lokal hingga internasional. 4. Bagaimana merancang interior sebuah Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa yang mampu menunjang produktifitas, nyaman, dan tidak menganggu konsentrasi pengunjung yang melihat pameran maupun pengunjung yang beristirahat / nongkrong. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari judul Perancangan Interior Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa dengan mengangkat Epos Mahabarata adalah untuk memperkenalkan kembali karya nyata dari kesenian dan karya kreatif Jawa serta mengangkatnya menjadi lebih baru dan interaktif bagi semua kalangan khususnya generasi muda jaman sekarang. Tujuan khusus dari perancangan tersebut adalah : 1. Merancang sebuah interior Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa yang memiliki banyak fungsi untuk memamerkan beragam karya seni dari perupa muda sekaligus menjadi tempat beristirahat / berkumpul yang nyaman bagi para pengunjung khususnya generasi muda.

5 2. Merancang interior Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa yang baik bagi semua kalayak pengunjung dengan tata letak dan fasilitas yang dapat meningkatkan keamanan karya seni dan memenuhi kebutuhan kegiatan seni itu sendiri. 3. Merancang desain Interior yang sesuai dengan karakter Mahabarata dan mampu berkesinambungan sehingga menonjolkan nilai dari seni Jawa itu sendiri serta mampu memberi kepuasan bagi pengunjung lokal hingga internasional. 4. Merancang interior sebuah Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa yang mampu menunjang produktifitas, nyaman, dan tidak menganggu konsentrasi pengunjung yang melihat pameran maupun pengunjung yang beristirahat / nongkrong. 1.4. Batasan Penelitian Penelitian dilakukan dengan melakukan survei di 3 tempat yang tersebar di Jakarta dan Bandung, yakni Selasar Soenaryo dan Lawangwangi di Bandung serta Galeri Nasional Indonesia di Jakarta. Adapun data yang diteliti dan disurvei adalah: 1. Aktifitas dan fasilitas yang dibutuhkan di sebuah galeri. 2. Pembagian ruang dalam sebuah Galeri karya seni kontemporer. 3. Jumlah pengunjung yang dapat tertampung dan karyawan yang bertugas. 4. Bentuk dan kegiatan dari beraneka ragam pementasan seni Jawa. 5. Hasil karya seni apa saja yang dipamerkan. 6. Cerita dan poin penting dari epos Mahabarata Jawa. 1.5. Metode Penelitian 1.5.1 Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Studi literatur adalah bentuk pengumpulan data yang berhubungan dengan fungsi, jenis, dan kebutuhan Galeri karya seni pada umumnya sehingga dapat membantu dalam proses peranacangan selanjutnya.

6 2. Survei Lapangan Survei lapangan ditbutuhkan untuk mendapatkan data informasi yang lebih lengkap mengenai Galeri karya seni. Data-data yang mencakup foto, aktifitas di dalam galeri, didapatkan melalui pengamatan mendetail di lapangan. 3. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan sebuah informasi mengenai Galeri seni dan budaya yang akan disurvei. Informasi tersebut berupa apa saja yang dibutuhkan dalam pengaturan tata letak ruang dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. 1.5.2. Metode Perancangan Setelah pengumpulan data dilakukan maka kemudian dilakukan penganalisaan masalah yang terdapat dari beberapa macam galeri atau tempat yang berhubungan dengan pameran karya seni. Penganalisaan segala macam permasalahan yang didapat yang akan sangat berguna dalam proses perancangan Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa nantinya. Kemudian setelah analisa permasalahan selesai dilanjutkan dengan membuat program ruang yang terdiri dari diagram matriks, total program ruang, diagram bubble, dan hubungan antar ruang. Selanjutnya setelah itu mulailah masuk proses mengkonsep. Konsep merupakan bagian penting dalam perancangan sebuah interior. Dengan konsep yang telah ditentukan dengan matang, maka perancangan sebuah interior akan terarah baik dan memiliki makna bagi pengunjung atau orang yang berada di dalamnya. Perancangan interior dapat dimulai setelah konsep didapatkan, yaitu perancangan layout. Perancangan layout melalui berbagai pertimbangan seperti kebutuhan fasilitas dan aktifitas dari pihak-pihak terkait dan disusul dengan six plans. Hingga selanjutnya membuat gambar kerja yang berisikan juga gambar elevasi, detail konstruksi, dan lain sebagainya. Setelah perancangan gambar kerja selesai, maka untuk dapat memberikan gambaran nyata dari perancangan interior yang telah diterapkan,

7 akan berlanjut pada pembuatan 3D ruangan-ruangan yang mampu menjual dan menonjolkan desain yang ada. 1.6. Tinjauan Pustaka Pada bagian ini dikemukakan mengenai teori-teori dan penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Selain itu juga diuraikan mengenai pengembangan hipotesis berdasarkan konsep serta teori yang ada. 1.6.1 Pasang Surut Budaya Jawa Menurut Tomasouw (1986:1.2), budaya adalah gaya hidup manusia biasa yang menyangkut nilai-nilai, keyakinan, dan prasangka yang dimiliki bersama oleh sebuah masyarakat dalam wadah kebahasaan dan kelompok sosial tertentu yang membedakannya dengan kelompok yang lain. Maka sebab itu Budaya tidak saja menyangkut apa yang tampak pada permukaan. Eratnya budaya Jawa terhadap pandangan masyarakat mancanegara membuat kesan seakan beratnya beban untuk tetap mempertahkan segala aspek yang menyangkup budaya Jawa seperti contoh dari segi seni dan karyanya. Sementara, seperti yang dikatakan Larson (1984), bahwa budaya adalah cetak biru sebuah masyarakat. Budaya memberi petunjuk bagaimana orang-orang dalam sebuah masyarakat bersikap dan berperilaku sesuai ulasan dari Tomasouw (1986:1.3). Singkatnya, budayalah yang akan mampu menyatukan orang-orang di dalam sebuah masyarakat bahkan akan dapat memberikan ikatan tersendiri antar orang-orang yang masih mampu memahami budaya tersebut. Salah satu yang menarik dari permasalahan ini, polemik kesadaran masyarakat Jawa dikenal dengan hilang jawanya menuai kata-kata menarik dari Alam,(1981) dengan penjelasan maksud dari hilang jawanya adalah hilang sifat-sifat jawanya. Seharusnya masyarakat Jawa mampu mempertahankan konsistensi dari budaya yang menjadi miliknya seperti yang dinyatakan Mulder (1984), betapapun dengan berubahnya jaman, kebudayaan dan identitas Jawa yang dasariah tidaklah banyak berubah. Namun saat ini ditemukannya berbeda dari harapan tersebut.

8 1.6.2 Karya Seni Kontemporer Jawa Pengertian seni kontemporer dilihat dari etiomologi atau sejarah katanya terdiri dari dua kata co dan tempo. Dimana co bermakna bersama dan tempo artinya waktu. Maka secara harafiah dapat dinyatakan sebagai seni yang berjalan sebagai refleksi waktu yang sedang dilakoni. Menurut buku yang ditulis Margono,dkk (2007) yang dimaksud dengan karya seni rupa kontemporer adalah karya seni rupa yang pemunculannya lebih dipengaruhi oleh waktu dimana karya seni tersebut diciptakan. Oleh karena itu, karya seni rupa kontemporer adalah masalahmasalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi saat di mana karya tersebut diciptakan. Karya seni rupa kontemporer dapat berupa karya seni lukis, seni patung, dan karya seni instalasi. Karya-karya tersebut diciptakan untuk kepentingan ekspresi pribadi seniman dalam mengungkapkan daya fantasi, imajinasi, maupun cita-cita dan harapan. Ada beberapa karya seni rupa modern yang dapat digolongkan ke dalam seni kontemporer. Akan tetapi, tidak semua karya seni modern dapat disebut karya seni kontemporer. Pemunculan karya seni rupa kontemporer lebih dipengaruhi oleh waktu sehingga situasi dan kondisi yang terjadi ketika karya tersebut dibuat akan terasa mewarnai karya kontemporer. Ide atau gagasan tersebut muncul untuk menanggapi sesuatu yang terjadi. Perkembangan ilmu pengetahuan 1. Perkembangan kebebasan pribadi 2. Perkembangan teknologi 3. Perkembangan apresiasi masyarakat 4. Reaksi terhadap kemapanan (Nurhadiat, 2004) Fungsi dan tujuan karya seni rupa kontemporer sendiri dibagi menjadi antara lain: 1. Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik maupun psikis.

9 2. Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern selalu menyertakan nama senimannya pada setiap karya yang diciptakan. 3. Memberikan kemudahan masyarakat karena banyak penemuanpenemuan baru dari hasil eksperimen para seniman modern. Namun seiring berjalannya jaman, agar kesenian dari seniman muda masyarakat Jawa yang terkadang dianggap sebagai seni rakyat / kreasi asing, perlu wadah untuk menerima dan mengangkat karya-karya tersebut untuk diterima sama pentingnya seperti karya yang terdahulu. Maka dari itu perlu munculnya galeri dengan wajah baru dengan nama dan aktifitas yang lebih interaktif. 1.6.3 Melindungi dan Menjaga Eksistensi Budaya Jawa Perlunya menjaga sebuah kelestarian karya seni di Indonesia khususnya pada salah satu budaya yakni budaya Jawa tertuju pada peraturan yang mendukung hal tersebut. Pada tahun 1997 UNESCO menyusun peraturan mengenai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity (Karya-karya Agung Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia). Tujuan peraturan itu adalah untuk : 1. meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap warisan budaya tak benda, 2. mengevaluasi dan mendaftar situs dan warisan budaya tak benda, 3. membangkitkan semangat pemerintah negara agar mengambil tindakan-tindakan hukum dan administrasi untuk melestarikan warisan budaya tak benda, 4. mengikutsertakan seniman setempat dalam dokumentasi pelestarian dan pengembangan warisan budaya tak benda (Wibisono, 2009) Dalam menjalankan profesinya, seorang perancang interior, sebagaimana halnya pula seorang arsitek dituntut memiliki konsep desain, analisis teknis, dan gambar kerja terukur. Dengan demikian diharapkan terdapat nilai lebih bahkan dapat mencapai tujuan inti dari perancangan interior sebuah galeri seni berdasarkan budaya Jawa.

10 1.6.4 Pengangkatan Epos Mahabarata Pentingnya mengangkat suatu desain dengan pencitraan salah satu ikon dari budaya Jawa itu akan menambah nilai positif pada perancangan sebuah interior Galeri Karya Seni dan Budaya Jawa. Hal ini juga beralaskan alasan yang kuat yang diambil dari cuplikan cerita sejarah masa lalu. Seperti yang diulas Sachari (2007), terdapat kebiasaan selama pemerintahan Orde Baru untuk meminta petunjuk kepada kepala Negara (Soeharto). Soeharto sebagai orang Jawa, kerap mengusulkan desain dan nama-nama yang bernuansa kejawaan untuk karya-karya yang bersifat monumental. Termasuk pula dalam merancang kerajinan yang bertema budaya Indonesia. Terdapat banyak cerita-cerita rakyat, legenda, maupun mitos yang meraih banyak perhatian masyarakat Indonesia khususnya yang menjadi cirikhas budaya Jawa, yakni wiracarita Ramayana, Mahabarata, dan lain sebagainya. Namun epos terbesar pada masa itu dan sangat terkenal dengan pagelaran wayangnya yaitu Mahabarata. Pudjosoebroto (1978) mengemukakan crita pokok dari Mahabarata tersebut mengenai peperangan antara Kurawa sebagai keturunan Kuru, dengan Pandawa sebagai keturuna Bhara. Di sejumlah candi di Jawa, khsususnya Jawa Tengah dan Jawa TImur memuat relief/patung yang menggambarkan kegagahan burung garuda yang dimuat dalam kitab Mahabarata dan tertuang dalam relief / patung di candi tersebut. Seperti yang diulas pula oleh Sachari (2007), benda-benda perabotan sehari-hari masyarakat Jawa kuno, seperti lampu gantung, pengetuk pintu, hingga lampu pelita sebagian besar menggunakan hiasan dari burung garuda yang ada di Mahabarata sebagai unsur estetik maupun bagian utama dari barang-barang itu. Selain itu, diterapkan pula dalam peraga wayang kulit dan sejumlah motif kain batik tradisional. Oleh karenanya Mahabarata memiliki keunikan dan keagungan tersendiri dengan nilai-nilai kehidupan di dalamnya yang diharapkan mampu membungkus dan mengagungkan kembali karya seni dan budaya Jawa.