BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. variabel yang diamati. Hal ini dimaksudkan agar hasil studi dapat dipertanggungjawabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dan loyalitas menjadi tujuan utama para perusahaan dan

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Faizah, Nadia Rizqiyatul. & Suryoko, Sri. & Saryadi. Dengan judul Pengaruh

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan. Masing-masing restoran harus mampu menyediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Adanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori niat berkunjung

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

1. PENDAHULUAN. Persaingan ini muncul karena semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perusahaan-perusahaan jasa. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan (Caruana, 2002). Service quality atau kualitas layanan menurut Zeithaml (1990:19) kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan globalisasi yang melanda dunia saat ini, dunia bisnis tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang jasa restoran harus cermat dalam menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih rendah dari pada harapan, pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. kesan positif ataukah sebaliknya. Interaksi ini disebut sebagai a moment of truth,

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan telah dimanfaatkan oleh para investor dari dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. memenangkan persaingan setiap organisasi atau penyedia jasa harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat pada lingkungan bisnis. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga layanan internet banking serta telephone banking (Hart dan Smith,1998).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. dari perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kepraktisan sudah menjadi tuntutan utama masyarakat perkotaan saat ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kepuasan pelanggan.perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat dan kompetitif dari dunia usaha.. Konsekuensi dari hal. kebutuhan pokok maupun untuk kegiatan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada para pelanggan akan mengakibatkan banyaknya kerugian bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan merupakan industri yang memiliki karakteristik unik

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa. yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya.

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. memperkuat diri menghadapi persaingan, dan memposisikan perusahaan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin pesat,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha untuk dapat memberikan suatu nilai lebih pada konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini, menuntut Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. Pendahuluan. penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dewi Kurniawati, Suharyono, Andriani Kusumawati (2014)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini dimaksudkan untuk memberikan landasan teori mengenai hubungan antar variabel yang diamati. Hal ini dimaksudkan agar hasil studi dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis. Secara keseluruhan ada empat sub bahasan untuk menjelaskan hal ini. Sub bahasan pertama yaitu mengenai isu penelitian yang menjelaskan definisi konseptual mengenai niat beli ulang. Sub bahasan kedua yaitu posisi studi, sub bahasan ketiga yaitu pembahasan teori dan proporsi yang digunakan sebagai landasan untuk pengembangan hipotesis, sedangkan sub bahasan keempat yaitu pengembangan kerangka atau model penelitian yang didasarkan pada perumusan hipotesis. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing sub bahasan tersebut. A. Pengertian Niat Beli (Repurchase Intention) Isu utama dalam penelitian ini adalah niat beli ulang (repurchase intention). Menurut Cobb-Walgren, Ruble, dan Donthu (1995) niat beli merupakan suatu pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian suatu produk dengan merekmerek tertentu. Jadi pada dasarnya seseorang jika berkeinginan untuk membeli biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dorongan dan pertimbanganpertimbangan tertentu (Dodds, Monroe, dan Grewal,1991). Dodds, Monroe, dan Grewal (1991) mengemukakan bahwa niat beli didefinisikan sebagai kemungkinan seorang konsumen untuk berminat membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya. Menurut Dodds, Monroe, dan Grewal (1991), jika seseorang menginginkan produk dan merasa tertarik untuk memiliki produk tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk tersebut, selain itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari pihak lain sangatlah penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses pembelian. Minat membeli merupakan dorongan konsumen untuk melakukan pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan pembelian ulang.

Hellier et.al (2003) menyatakan bahwa repurchase intention (pembelian ulang) merupakan penilaian individu yang berkaitan dengan membeli ulang pada sebuah layanan atau sebuah produk pada satu perusahaan yang sama, dengan mempertimbangkan keadaan dan situasi mereka. Niat beli ulang (repurchase intention) adalah konsekuensi positif dari kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen dimana konsumen rela membayar dengan harga premium, promosi word of mouth akan produk atau jasa tertentu (Zeithamal, 1996). Zboja dan Voorhees (2006) mengemukakan bahwa niat pembelian ulang dan loyalitas hampir sama. Jika sikap loyal merupakan komitmen konsumen terhadap merek maka niat pembelian ulang adalah kemungkinan untuk menggunakan produk yang samadan membelinya di tempat yang sama di masa depan. B. Posisi Studi Pada sub bab ini menjelaskan posisi studi ini dibandingkan dengan studi-studi terdahulu terkait dengan variabel-variabel yang menjadi obyek pengamatan dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Adapun variabel tujuan dalam penelitian ini adalah niat beli ulang. Pada studi ini menggunakan peran mediasi yang mempengaruhi niat beli ulang. Selanjutnya, studi ini menggunakan tiga variabel independen yaitu: (1) persepsi kualitas, (2) citra merek, dan (3) persepsi nilai. Variabel mediasi menggunakan variabel kepuasan pelanggan. Dalam studi ini peneliti menggabungkan beberapa variabel yang diadopsi dari penelitian terdahulu. Variabel-variabel di luar model penelitian tidak digunakan dalam penelitian ini, hal ini diharapkan agar penelitian dapat memberikan wawasan yang baru mengenai penelitian terkait sikap konsumen serta membentuk alternatif model baru berkaitan dengan penelitian tentang sikap konsumen.kajian studi terdahulu yang menjadi dasar pembentukan konstruk alternatif disajikan pada Tabel II.1.

Penelitian Margee Hume, 2008 Molinary, 2008 Variabel Independen Kualitas layanan, Persepsi nilai Konsumen, Kualitas Layanan, Nilai Tabel II.I. Posisi Studi Variabel Mediasi Konsumen WOM Variabel Dependen Niat Pembelian Niat Pembelian Alat Analisis Fang et. Al, 2011 Kualitas informasi, kualitas sistem, Kualitas layanan, kepercayaan, konsumen Niat Pembelian Alireza hadadian, 2012 Citra merek, Persepsi Kualitas Konsumen Niat Pembelian Yu Te Tu, 2013 Citra merek, Persepsi Nilai Konsumen Loyalitas Konsumen Penelitian ini Persepsi Kualitas, Citra merek, Persepsi Nilai Konsumen Niat Pembelian C. Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Pada bagian ini terdapat dasar-dasar teoritikal yang valid tentang variabel-variabel yang membentuk niat beli ulang, sehingga hasil pengujian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. 1. Perceived Quality (Persepsi Kualitas). Kualitas adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Dalam studi yang dilakukan (Parasuraman et al., 1991) menyatakan bahwa terdapat lima dimensi dari perceived quality, yaitu: a. Tangible, yaitu persepsi konsumen mengenai kemampuan perusahaan untuk menunjukkan eksistensinya pada konsumen (Hoffman and Bateson, 2002). Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitar merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Tangible diartikan juga sebagai fasilitas yang dapat

dilihat dan digunakan perusahaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan (Parasuraman, et. Al, 1991) seperti desain interior dan eksterior, kebersihan dan kerapian restoran, fasilitas yang ada, serta kinerja atau penampilan karyawan. b. Reliability, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya (Hoffman and Bateson, 2002). Harus sesuai dengan harapan pelanggan berarti kinerja yang tepat waktu, pelayanan tanpa kesalahan, sikap simpatik, dan akurasi yang tinggi. Kemampuan memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan yang diharapkan seperti kemampuan dalam memecahkan masalah dan untuk meminimumkan kesalahan (Parasuraman, et. Al, 1991). c. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas (Hoffman and Bateson, 2002). Membiarkan konsumen menunggu menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Dapat juga diartikan sebagai sikap tanggap, mau mendengarkan dan merespon pelanggan dalam upaya memuaskan pelanggan misalnya cepat tanggap terhadap keluhan pelanggan (Parasuraman, et. Al, 1991). d. Assurance, yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan terhadap perusahaan (Hoffman and Bateson, 2002). Assurance dapat berarti kemampuan karyawan dalam menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan melalui pengetahuan, kesopanan, serta menghargai perasaan pelanggan (Parasuraman, et. Al, 1991). e. Emphaty, yaitu memberikan perhatian dengan tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen (Hoffman and Bateson, 2002). Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik. Emphaty diartikan juga

sebagai kemampuan atau kesediaan karyawan memberikan perhatian yang bersifat pribadi seperti bersikap ramah, memahami kebutuhan dan peduli kepada pelaggannya (Parasuraman, et. Al, 1991). 2. Citra merek Menurut Kotler (2001) citra merek (brand image) adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu. Menurut Shimp (2000) citra merek (brand image) adalah jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Citra merek adalah citra tentang suatu merek yang dianggap sebagai sekelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek. Faktor-faktor pembentuk citra merek adalah tipe asosiasi merek, keuntungan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek (Keller, 2003). Dari beberapa teori yang dijelaskan di atas maka konsep brand image dalam penelitian ini diartikan sebagai seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2001). Indikator-indikator yang membentuk citra merek Menurut Biel dalam jurnal penelitian (Darmawan & Setyaningsih, 2004) inidkatorindikator yang membentuk citra merek adalah : 1. Citra Korporat Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain ingin agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan tersebut 2. Citra Produk/ Citra Konsumen Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak positif maupun negative yang berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Image dari produk dapat mendukung terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.

3. Citra Pemakai Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan tersebut. 3. Perceived Value (Persepsi Nilai) Persepsi nilai adalah tingkat persepsi dari produk atau jasa yang diberikan perusahaan sesuai dengan harga yang telah dibayar konsumen (Fornell et al., 1996). Ketika konsumen memiliki pesepsi nilai yang tinggi pada produk atau jasa perusahaan maka konsumen cenderung memiliki kepuasan konsumen yang tinggi pula, sehingga persepsi nilai memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Nilai yang dirasakan didefinisikan sebagai "penilaian keseluruhan konsumen dari utilitas produk yang didasarkan pada persepsi dari apa yang diterima dan apa yang diberikan" (Zeithaml 1988). Dari definisi ini, Zeithaml (1988) menyebutkan empat makna nilai: (1) nilai adalah harga rendah, (2) nilai adalah apa yang mau di produksi, (3) nilai adalah kualitas yang diterima konsumen untuk harga yang harus dibayar, dan (4) nilai adalah apa yang konsumen dapatkan dari produk yang digunakan. 4. Customer Satisfaction ( Konsumen) Definisi kepuasan yang terdapat dalam berbagai literatur cukup beragam. Kotler (2000) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai perasaan suka/tidak seseorang terhadap suatu produk, setelah iamembandingkan prestasi produk tersebut dengan harapannya. Wilkie (1994) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai tanggapan emosional yang positif pada evaluasi terhadap pengalaman dalam menggunakan suatu produk atau jasa. Engel (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi setelah pembelian dimana produk yang dipilih sekurangkurangnya sama atau melebihi harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Dari berbagai di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan hasil yang dirasakan. Loyalitas memiliki dimensi yang berbeda dengan kepuasan. menunjukkan bagaimana suatu produk memenuhi tujuan pelanggan. pelanggan senantiasa merupakan penyebab utama timbulnya loyalitas. Namun penelitian-penelitian lain mendapati kurangnya pengaruh kepuasan terhadap loyalitas. Misalnya Jones dan Sasser (1995) menyimpulkan bahwa dengan hanya memuaskan pelanggan adalah tidak cukup menjaga mereka untuk tetap loyal, sementara mereka bebas untuk membuat pilihan. Stewart (1997) menyimpulkan adalah keliru untuk mengemukakan asumsi bahwa kepuasan dan loyalitas adalah bergerak bersama-sama. Reicheld (1996) mengemukakan bukti bahwa dari para pelanggan yang puas atau sangat puas, antara 65% sampai 85% akan berpindah ke produk lain. konsumen telah banyak didefinisikan oleh para pemasar, antara lain sebagai berikut: 1. Mowen (1998) pelanggan didefinisikan sebagai sikap keseluruhan (overall attitude) terhadap suatu barang/jasa setelah mengakuisisinya dan memakainya. Hal ini merupakan penilaian evaluatif pasca pembelian yang dihasilkan dan pemilihan pembelian tertentu. 2. Pawitra (1993) pelanggan merupakan strategi jangka panjang, karenanya jika diimplementasikan akan menjadi keunggulan kinerja untuk kurun waktu yang panjang. Pemasar dapat menggabungkan beberapa strategi untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan, misalnya dengan pemberian jaminan, pengutusan keluhan, strategi defensif, peningkatan harapan, pengurangan diskonfirmasi negatif.

D. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan dari uraian kajian pustaka, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Persepsi Kualitas (PQ) H1 H4 Citra merek H2 Pelanggan H5 Niat Beli H3 Persep si Nilai Sumber :hasil konstruksi peneliti Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Model yang dikonstruksi pada studi ini merupakan hasil konstruksian peneliti yang dihasilkan dari kajian literatur studi terdahulu. Model penelitian ini menjelaskan pengaruh kualitas pelayanan yang diterima (persepsi kualitas), citra merek, persepsi nilai dan kepuasan pelanggan terhadap niat beli ulang. Model ini bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara persepsi kualitas pada kepuasan pelanggan (H1), hubungan pengaruh citra merek pada kepuasan pelanggan (H2), hubungan pengaruh persepsi nilai pada kepuasan pelanggan (H3), hubungan pengaruh persepsi kualitas pada niat beli ulang (H4), dan hubungan pengaruh kepuasan pelanggan pada niat beli ulang (H5).

E. HIPOTESIS Pada bagian ini terdapat dasar dasar teoritical yang valid tentang variabel variabel yang membentuk niat pembelian ulang, sehingga hasil pengujian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. 1. Persepsi kualitas dengan kepuasan pelanggan Persepsi kualitas hanyalah penilaian keseluruhan pelanggan dari proses penerimaan layanan (Hellier, et. al, 2003). Dalam penelitian sebelumnya, hubungan antara persepsi kualitas dan kepuasan, telah terbukti (Parasuraman, et. al, 1994).Beberapa ahli percaya bahwa persepsi kualitas adalah tingkat kepatuhan antara kinerja yang dirasakan dan harapan pelanggan (Athiyaman, 1997; Bejou, et.al, 1996). Beberapa peneliti lain mengambil persepsi kualitas sebagai hasil dari kepuasan (Anderson dan Sullivan, 1993). Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1:Persepsi Kualitas berpengaruh pada kepuasan pelanggan di restoran cepat saji KFC Solo 2. Citra merek dengan kepuasan pelanggan Menurut Kotler dan Amstrong (2001) citra merek adalah seperangkat keyakinan konsumenmengenai merek tertentu. Sedangkan menurut Keller (1998) citra merek adalah persepsi tentang merek yang digambarkan oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Citra merek dibentuk melalui kepuasan konsumen, penjualan dengan sendirinya diperoleh melalui kepuasan konsumen, sebab konsumen yang puas selain akan kembali membeli, juga akan mengajak calon pembeli lainnya (Aaker, 1996). Merek yang kuat adalah merek yang jelas, berbeda, dan unggul secara relevatif dibanding pesaingnya Dari penelitian terdahulu, Selnes (1993) berpendapat bahwa citra merek berpengaruh pada loyalitas. Sedangkan dalam penelitian lain, (Alireza, 2012) melaporkan bahwa citra merek berpengaruh langsung pada kepuasan pelanggan.

Dan Wu (2012) menyatakan bahwa citra merek adalah hal penting dari kepuasan pelanggan.berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H2:Citra merek berpengaruh pada kepuasan pelanggan di restoran cepat saji KFC Solo. 3. Persepsi nilai dengan kepuasan pelanggan Zeithaml (1998) mengindikasikan bahwa persepsi nilai adalah keseluruhan penilaian pelanggan dari kegunaan suatu produk berdasarkan pada persepsi dari apa yang diterima dan apa yang telah diberi. Chang and Wildt (1994) memposisikan bahwa persepsi nilai adalah faktor utama dalam niat pembelian.penilaian konsumen dapat mengembangkan pelanggan setia yang dapat meningkatkan frekuensi pembelian, kuantitas pembelian, dan menghindari perilaku switching (Rust, Lemon, & Zeithaml, 2004). Zeithaml (1998) menyebutkan bahwa persepsi nilai merupakan kunci dasar untuk menarik kesetiaan pelanggan, pengaruh niat beli konsumen (Cronin, Brady, Hightower & Shemwell, 1997), dan pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan (Patterson & Spreng, 1997). Dalam penelitian lain, Yu Te Tu (2013) menyebutkan bahwa persepsi nilai memiliki hubungan langsung dengan kepuasan pelanggan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesisi sebagai berikut : H3: Persepsi nilai berpengaruh pada kepuasan pelanggan di restoran cepat saji KFC Solo. 4. Persepsi Kualitas dengan niat beli ulang Niat beli ulang adalah proses berulang membeli barang dan jasa dari toko tertentu (Hellier, et al, 2003) dan alasan utama adalah pengalaman setelah berbelanja. Perusahaan tidak menarik pelanggan baru melainkan mempertahankan pelanggan sebelumnya dengan meminimumkan biaya (Zeithaml, 1996). Dalam literatur pemasaran beberapa penelitian mencatat bahwa terdapat hubungan antara niat beli ulang dan persepsi kualitas (Alexandris, et al, 2002;Cronin,

2000; Wang, et al, 2004). Dengan kata lain, kualitas yang dirasakan berdampak positif pada niat beli ulang.sedangkan dalam penelitian Alireza (2012), persepsi kualitas berpengaruh langsung terhadap niat beli ulang, dikatakan bahwa kualitas pelayanan yang baik merupakan faktor penting pada profitabilitas perusahaan.berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H4: Persepsi kualitas berpengaruh pada niat beli ulang di restoran cepat saji KFC cabang Solo. 5. pelanggan dengan niat beli ulang. pelanggan merupakan evaluasi spesifik terhadap keseluruhan pelayanan yang diberikan pemberi jasa, sehingga kepuasan pelanggan hanya dapat dinilai berdasarkan pengalaman yang pernah dialami saat proses pemberian pelayanan. Menurut Kotler (2003:61) kepuasan merupakan perasaan senang ataupun kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Apabila kinerja lebih kecil dari harapan konsumenakan merasakan tidak puas. Apabila kinerja sama dengan harapan konsumen akanmerasakan puas. Apabila kinerja melebihi harapan, konsumen akan merasakan sangat puas. Dan dari penelitian para ahli mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan secara signifikan berpengaruh terhadap niat beli ulang. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H5: pelanggan berpengaruh pada niat beli ulang di restoran cepat saji KFC cabang Solo.