BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pasal 28 menyatakan bahwa: (1) Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan. Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 sebagai Bibit Perkembangan PAUD di Indonesia. Mela Nugradini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset bangsa yang paling berharga. Karena anak adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ane Fitriani, 2015 Upaya pengelola dalam meningkatkan manajemen mutu PAUD

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman hidup setiap individu dalam berbagai lingkungan yang memiliki pengaruh positif untuk perkembangan individu sepanjang hayat. Sebagaimana telah diatur oleh pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI Pasal 13 ayat 1 menyatakan penyelenggaraan pendidikan dapat melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Salah satu program pendidikan non formal yang memfokuskan pada pendidikan anak, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini umumnya merupakan pendidikan yang diselenggarakan yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini bisa dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Pada jalur formal 1

2 pendidikan anak usia dini diantaranya Taman Kanak-Kanak (TK), dan Raudatul Athfal (RA), pada jalur nonformal diantaranya Kelompok Bermain (Kober), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Satuan Paud Sejenis (SPS), dan yang terakhir jalur pendidikan anak usia dini pada jalur informal yakni pendidikan keluarga. Pendidikan bagi anak usia dini yang tidak kalah pentingnya dalam pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan karakter anak adalah pendidikan dalam keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan alamiah yang melekat pada setiap keluarga. Institusi keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai anak dan yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam serta memegang peranan utama dalam proses perkembangan anak. Orangtua memiliki tanggung jawab dalam memelihara, melindungi, mendidik, dan merawat anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik, karena pendidikan yang diterapkan oleh sebuah keluarga terhadap anaknya dapat mempengaruhi kepribadian setiap manusia. Jalinan hubungan anak dengan orangtua dan anggota lain sering dianggap sebagai sistem atau jaringan yang saling berinteraksi, sistem tersebut berpengaruh pada anak baik langsung ataupun tidak langsung. Sikap dan cara pengasuhan anak oleh orangtua dalam mengasuh anak, bukan hanya sebatas dalam pemenuhan kebutuhan fisiknya saja, melainkan peran pendidikan keluarga sangatlah berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak,melakinkan salah satu faktor dalam melaksanakan keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi budaya dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan pendidik pertama dan utama yang dimana anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada diluar rumah sehingga dibutuhkan pengawasan serta perhatian lebih dari orang tua,terutama di bawah anak berusia 6 tahun. Perkembangan diri anak, pertumbuhan kemauan dan daya kritisnya serta cara pengolahannya terhadap lingkungan itu tidak berlangsung sendirian, melainkan terekam pula didalamnya pengaruh yang diterimanya dari penangkapan dan penghayatan atau persepsinya terhadap situasi keluarga yang dihidupinya sejak dini. Lingkungan keluarga yang kiranya memungkinkan disenangi oleh anak ialah lingkungan keluarga yang diliputi suasana kebersamaan dan kasih sayang dalam

3 lingkungan pribadi setiap anggotanya. Dalam suasana yang demikianlah yang menjadi tempat berorientasi bagi semua anggotanya, lebih-lebih bagi anak. Dalam pendidikan keluarga hendaknya menciptakan suasana yang mengundang anak untuk belajar dan mengarahkan dirinya kepada perkembangan dan pertumbuhan serta pembentukan karakternya. Jika keluarga gagal dalam melaksanakan proses tumbuh kembang dan pembentukan karakter pada anak, maka institusi-institusi lainnya akan sulit untuk memperbaikinya. Kegagalan sebuah keluarga dalam melaksanakan proses tumbuh kembang dan pembentukan karakter pada anaknya akan berakibat pada masa depannya. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini adalah berkurangnya pengawasan dan perhatian pada anak dikarenakan orangtuanya bekerja. Kondisi anak usia dini yang memiliki orangtua yang bekerja, anak tersebut selalu ditinggal setiap harinya oleh orangtuanya dari pagi sampai sore hari. Sehingga anak tersebut sudah terbiasa dengan kondisi itu, tanpa disadari hal itu bisa berdampak buruk bagi perkembangan mereka, khususnya bagi karakter anak tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan terbatasnya komunikasi antara orangtua dengan anaknya. Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya dikarenakan keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sedangkan pada usia ini anak sangat membutuhkan perhatian ekstra dari orangtua. Menurut Daniel Amien (dalam Permana, 2011, hlm.1) kecenderungan bagi orang tua yang bekerja akan menimbulkan dampak sosial yang serius bagi anak. Karena anak merasa diabaikan oleh kedua orang tuanya, secara tidak sadar di dalam bawah sadar anak tersebut cenderung akan melakukan hal negatif untuk menarik perhatian orangtuanya, hal ini terjadi karena sebagian besar dari orangtua akan memperhatikan anak apabila anak tersebut berbuat hal yang menjengkelkan. Berbeda dengan pendapat diatas, menurut Kiong (2010, hlm. 8) memaparkan bahwa Menjadi wanita yang memiliki aktivitas berkarir diluar rumah sama artinya menciptakan anak yang mandiri berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa status orangtua yang bekerja memiliki pengaruh terhadap kemandirian anak. Hasil penelitian tentang dampak bagi orangtua yang bekerja bagi anak dari Texas University (dalam Permana, 2011, Hlm.2) bahwa salah satu

4 dampak positif yang terjadi pada anak ketika ibu bekerja adalah anak belajar mandiri dalam melakukan aktivitas dirumah tanpa bantuan dari orang lain. Salah satu peran orang tua dalam pendidikan anak yaitu pembentukan karakter, dan salah satu pembentukan karakter yakni mengajarkan kemandirian pada anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak, apalagi jika kedua orang tuanya bekerja, pembentukan kemandirian ini sangat menunjang bagi perkembangan anak, anak dilatih untuk tidak begitu tergantung pada orang tua. Kemandirian akan memberikan banyak dampak positif bagi perkembangan seseorang terutama anak, yakni berupa kemampuan dalam memecahkan masalah. Keluarga dapat berperan sebagai pondasi dasar untuk memulai langkah-langkah pembiasaan bersikap dan berperilaku yang diharapkan. Pembiasaan kemandirian ini disertai dengan teladan dan diperkuat dengan penanaman nilai. Menurut Martinis dan Jamilah (2013, hlm.63), menjelaskan bahwa: Kemandirian anak usia dini adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan bergantung orang lain, mampu bersosialisasi, dapat melakukan aktivitas sendiri, dapat membuat keputusan sendiri dalam tindakannya, dapat berempati dengan orang lain. Secara wajar pembentukan karakter kemandirian berasal dari dalam diri anak seperti jenis kelamin, usia maupun pendidikan dan perkembangan anak. Namun bisa juga perkembangan kemandirian berasal dari luar diri anak. Menurut Thoha (dalam Permana, 2011, hlm.3), menjelaskan bahwa: Faktor eksternal merupakan faktor yang datang atau ada diluar anak itu sendiri, yang meliputi lingkungan, karakteristik, sosial, stimulasi, pola asuh yang dipengaruhi komunikasi yang bangun dalam keluarga, kualitas informasi anak dan orangtua yang dipengaruhi pendidikan orangtua dan status pekerjaan ibu. Orang tua merupakan faktor yang ada diluar dalam kemandirian anak. Dalam hal ini orangtua perlu bersikap positif dalam memuji, memberi dukungan, dan tidak mendikte terhadap usaha yang dilakukan anak untuk mandiri, dan memberi semangat ketika anak mulai untuk bersikap mandiri atas hidupnya. Membentuk karakter kemandirian anak usia dini, tergantung dari sikap dan perilaku orangtua dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena hal tersebut berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab orang tua yang

5 paling utama dalam mendampingi anak, sebab dalam hal ini orang tualah yang berada paling dekat dengan anak. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Al- Hawani (dalam Permana, 2011, hlm. 4) bahwa Pengaruh pertama yang membekas dalam kehidupan anak adalah pengaruh orang yang ada disekitarnya, yaitu kedua orang tua dan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengannya. Dengan demikian orang tua dan lingkunganlah yang sangat berperan dalam pembentukan kemandirian anak. Melihat betapa utama dan pentingnya keluarga bagi pendidikan dan pembentukan kemandiran bagi anak, maka dari itu perlu adanya suatu wadah untuk meningkatkan dan memberdayakan keluarga yaitu melalui kegiatan pendidikan keorangtuaan atau yang lebih sering dikenal parenting. Kegiatan ini dapat diselenggarakan di berbagai lembaga formal maupun nonformal, seperti lembaga PKBM, PAUD, Kursus dan Bimbingan Belajar maupun sekolah-sekolah formal lainnya. Parenting merupakan kegiatan yang diberikan kepada orangtua untuk memberikan wawasan mengenai tumbuh kembang anak agar orang tua dalam mengasuh dan membelajarkan anaknya sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dapat memberikan pengasuhan dengan baik dan benar. Kegiatan ini diadakan karena masih banyak orangtua yang belum memahami betapa pentingnya keluarga bagi pendidikan dan pembentukan karakter pada anak. Dengan diadakan kegiatan keorangtuaan ini diharapkan orang tua dapat memahami dan dengan sukarela ikut terlibat dalam kegiatan yang akan membantunya dalam memperoleh pemahaman untuk mendidik anak dilingkungan rumah dengan kegiatan pembelajaran dilembaga pendidikan dapat disatukan. Mereka beranggapan dengan sudah mengikutsertakan anaknya ke lembaga formal dan non formal, anaknya sudah medapatkan pendidikan dan dapat membentuk karakter kemandirian yang diharapkan. Kebanyakan dari orang tua menaruh harapan besar kepada lembaga pendidikan sehingga meraka tidak memperdulikan besarnya biaya, seberapapun akan mereka keluarkan demi pendidikan anak mereka. Pola pikir yang beranggapan bahwa tanggung jawab hanya diserahkan kepada pihak lembaga adalah kekeliruan yang harus di benarkan, bahwa tanggung jawab dalam hal ini merupakan tugas dari keluarga.

6 Salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang menyelenggarakan kegiatan parenting adalah TKIT Al-Kaukaba. TKIT Al-Kaukaba pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah peserta didik 94 anak dengan dibagi kedalam lima kelas. Anak usia 3-5 tahun dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas A1 dan A2 dengan berjumlah 15 orang tiap kelasnya, sedangkan anak usia 5-6 tahun dibagi menjadi tiga kelas yakni B1, B2, dan B3 dengan jumlah 20-21 anak perkelasnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, dalam pembelajarannya lembaga ini menerapkan pembelajaran pendidikan karakter yang dimana memiliki tujuan untuk membentuk anak-anak yang cerdas secara kognitif, tampil menjadi pribadi yang berakhlak terpuji dan berkarakter, salah satunya yaitu melatih anak untuk mandiri sesuai dengan misinya yaitu mengembangkan berbagai kreativitas agar anak mandiri dan berprestasi. Dalam pelaksanaannya pihak lembaga selalu bekerjasama dan melibatkan orang tua dalam membentuk kemandirian anak, hal ini dikarenakan di TKIT Al- Kaukaba 40% orang tua muridnya bekerja. Disamping memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia dini, lembaga ini juga menyelenggarakan pendidikan untuk orang tua agar orang tua mampu mampu mengoptimalkan perannya terutama dalam mendidik, membentuk karakter, dan mengasuh anak dirumah ataupun lingkungan keluarga, khususnya bagi orangtua yang keduanya bekerja. Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai Optimalisasi Peran Orangtua Pekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini (3-5 tahun) Melalui Kegiatan Parenting (Studi Deskriptif di TK Islam Terpadu Al-Kaukaba Perum Gerbang Singaperbangsa Telukjambe Karawang) B. Identifikasi Masalah Dari hasil observasi yang dilakukan penulis ke TK Islam Terpadu (TKIT) Al- Kaukaba, penulis mengidentifikasikan fakta-fakta yang mendukung terhadap permasalahan yang diajukan penulis mengenai optimalisasi peran keluarga yang bekerja terhadap pembentukan kemandirian anak usia dini melalui kegiatan parenting di TKIT Al-Kaukaba, yaitu:

7 1. TKIT Al-Kaukaba pada kegiatan pembelajarannya menerapkan pendidikan karakter, salah satunya melatih peserta didiknya untuk mandiri sesuai dengan misinya yaitu mengembangkan berbagai kreativitas agar anak mandiri dan berprestasi. 2. TKIT Al-Kaukaba mendukung anak untuk menjadi individu yang mandiri, hal ini dapat dilihat dari anak ketika melakukan aktivitas disekolah tanpa didampingi oleh orang tuanya. Orangtua hanya diperbolehkan mengantar dan menjemput anak. 3. Terdapat beberapa anak yang ditinggal orangtuanya bekerja, ketika melakukan beberapa kegiatan baik saat pembelajaran maupun bermain, mereka saling membantu satu sama lain. Bahkan anak terlihat mampu berkomunikasi dengan baik dengan ekspresi ceria hingga jam sekolah selesai. 4. TKIT Al-Kaukaba bekerjasama dan melibatkan orang tua dalam menerapkan kemandirian dilingkungan keluarga melalui parenting dengan membentuk PMOG (Persatuan Orangtua Murid dan Guru). 5. TKIT Al-Kaukaba tidak hanya memberikan stimulasi pendidikan dan pembentukan kemandirian saja, namun juga memfasilitasi orangtua dengan mendapatkan informasi penting tentang tumbuh kembang anak melalui kegiatan parenting dan buku penghubung. 6. Kegiatan parenting di TKIT Al-Kaukaba ini dilaksanakan secara rutin, yaitu setiap satu bulan sekali pada hari sabtu, pukul 10.00-12.00. Pengambilan jadwal tersebut dikarenakan agar orang tua yang bekerja bisa menghadiri kegiatan parenting tersebut. 7. Orangtua yang sering mengikuti kegiatan parenting ini berjumlah 30-50 dari jumlah keseluruhan orangtua yang mengikuti kegiatan parenting sebanyak 94 orang. Dan orang tua yang bekerja pada kegiatan parenting ini sebanyak 37 orang, namun yang sering dan aktif mengikuti kegiatan parenting ini berjumlah 15-30. 8. Melihat dari jumlah peserta yang menghadiri kegiatan parenting tersebut, kegiatan parenting ini cukup mendapatkan respon yang baik dari peserta. Namun peserta yang tidak mengahadiri kegiatan ini membuat peserta tidak

8 mendapatkan informasi secara lengkap mengenai pembentukan kemandirian anak. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman orangtua pekerja mengenai kegiatan parenting? 2. Bagaimana pemahaman orangtua pekerja mengenai kemandirian anak usia dini? 3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan parenting dalam mengoptimalkan peran orangtua pekerja dalam pembentukan kemandirian anak usia dini di TKIT Al- Kaukaba? 4. Bagaimana hasil yang didapat dari kegiatan parenting mengenai peran orangtua pekerja dalam pembentukan kemandirian anak usia dini di lingkungan keluarga? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, tujuan umum penelitian adalah memperoleh data/informasi tentang optimalisasi peran orangtua pekerja dalam pembentukan kemandirian anak usia dini (3-5 tahun) melalui kegiatan parenting. empiris sebagai berikut: Adapun secara khusus tujuan penelitian untuk memperoleh data 1. Mengetahui dan mendeskripsikan pemahaman orangtua pekerja mengenai kegiatan parenting. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan pemahaman orangtua pekerja mengenai kemandirian anak usia dini. 3. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan parenting dalam mengoptimalkan peran orangtua pekerja dalam pembentukan kemandirian anak usia dini di TKIT Al-Kaukaba. 4. Mendeskripsikan hasil yang didapat dari kegiatan parenting mengenai peran orangtua pekerja dalam pembentukan kemandirian anak usia dini di lingkungan keluarga.

9 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi pengembangan khazanah keilmuan. Dengan adanya peran orangtua khususnya yang bekerja dapat membentuk kemandirian anak dengan baik. Sehingga mampu melaksanakan perannya dengan baik di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi pengelola, tutor, dan lembaga pendidikan anak usia dini sebagai penyelenggara pendidikan anak usia dini supaya menyediakan ruang ekspresi bagi anak, mempersiapkan fasilitas bermain, mempersiapkan pembelajaran yang dapat menunjang bagi pembentukan karakter, perkembangan dan pertumbuhan anak, dan melibatkan orang tua pada kegiatan pembelajaran agar pertumbuhan dan perkembangan anak bisa berjalan secara optimal. b. Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk lebih memberikan perhatian kepada anak secara intensif dan menyiapkan sarana dan fasilitas kegiatan pembelajaran dirumah yang dapat menunjang pembentukan kemandirian, pertumbuhan dan perkembangan anak secara lebih optimal. F. Struktur Organisasi Skripsi Berdasarkan pada pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (2013, hlm.20) Struktur organisasi skripsi mempermudah pembahasan skripsi yang terdiri dari bagian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab I, Pendahuluan, membahas tentang latar belakang maslah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II Kajian Pustaka, sebagai landasan konsepsi penelitian ini, mencakup konsep pendidikan luar sekolah, konsep pendidikan anak usia dini, konsep keluarga, konsep parenting, konsep kemandirian anak usia dini.

10 BAB III METODE PENELITIAN Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV Hasil Penelitian, membahas mengenai: gambaran lokasi penelitian, gambaran umum program pelatihan, gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab V Simpulan dan Saran, membahas simpulan hasil penelitian dan beberapa saran yang dapat direkomendasikan sebagai hasil temuan penelitian.