BAB I PENDAHULUAN. usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. (Permendiknas No.58 Tahun 2009). Melalui pemberian rangsangan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (BCCT) DI SENTRA PERSIAPAN DALAM UPAYA PERSIAPAN MENULIS DASAR

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. bimbingan dan pengarahan anak tidak akan faham dan tidak tahu cara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Raudlatul Athfal (RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titi Sumiati, 2014 Meningkatkan kemampuan imajinasi menggambar melalui permainan reseotif

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena di masa inilah banyak aspek

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Taman Kanak-Kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya bergantung pada tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun TK 0 (nol) kecil (TK Kecil) selama 1 (satu) tahun. Umur minimal kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangan umur rata-rata anak TK berisar 6-7 tahun (id.wikipedia.org/...taman kanakkanak Di Akses Tanggal 13 Oktober 2013). Tujuan manajemen program pembelajaran Taman Kanak-Kanak adalah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang dengan mudah direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik. Dengan proses belajar yang demikian itu taman kanak-kanak dapat berlangsung efektif dan efisien. Efektif di sini berarti dapat membelajarkan anak didik sehingga membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyelesaikan diri dengan lingkungannya dan untuk petumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sementara yang dimaksud dengan efisiensi disini adalah pendayagunaan tenaga, waktu, biaya, ruang dan fasilitas taman kanak-kanak (Ibrahim: 2006). Anak-anak aktif melalui tahap perkembangan saat mereka menuju kedewasaan. Laju 1 perkembangan bervariasi dari satu anak lain dipengaruhi oleh pengalaman dan juga faktor keturunan. Anak-anak dapat tumbuh dengan pesat dalam satu aspek perkembangan namun lebih

lambat yang lain. Arah perkembangan adalah dari umum ke khusus, dari ketergantungan menuju kemandirian, dan dari kontrol motorik kasar terhadap kontrol motori halus. Salah satu aspek perkembangan anak taman kanak (TK) yaitu perkembangan motorik. Aspek motorik tersebut koordinasi gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh. Motorik tersebut dibedakan menjadi dua yaitu untuk motorik kasar menekankan pada koordinasi tubuh yang menekankan pada gerakan otot-otot besar sedangkan motorik halus menekankan pada koordinasi otot tangan atau kelenturan tangan yang bersifat kemampuan. Perkembangan motorik halus juga dapat membantu anak dalam belajar menggambar, karena kemampuan menggambar menuntut keterampilan motorik halus yang melibatkan koordinasi jari. Kegiatan menggambar sudah dapat dimulai saat anak menunjukan perilaku seperti mencoret-coret buku atau dinding, kondisi tersebut menunjukan berfungsinya sel-sel otak yang perlu dirangsang supaya berimbang secara optimal (Depdiknas 2007: 6). Pada prinsipnya kegiatan menggambar yang dilakukan oleh anak merupakan kegiatan naluriah, seperti halnya kegiatan makan, minum, berbicara, dan bercerita kepada orang lain. Kegiatan menggambar bersamaan dengan kegiatan orang lain seperti memilih dan mengenakan pakaian yang dilakukan oleh anak. Rasa seni dimulai dengan bagaimana anak bisa menata benda-benda disekitarnya. Jika hal tersebut tidak dilakukan oleh anak, maka pendidik perlu segera mendidik dan membimbingnya. Anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Pemahaman guru untuk mengembangan kegiatan pembelajaran di TK Cut Nyak Dien Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango masih terlihat kurang dan ditambah dengan kurangnya media pembelajaran yang menunjang, sehingga metode pembelajaran dipakai pada anak untuk meningkatkan kemampuan menggambar anak hanya biasa saja seperti guru

menggambar sebuah bentuk dipapan tulis sedangkan anak-anak mengikuti dengan menyebutkan bentuk gambar tersebut yang dibuat oleh guru. Sementara anak-anak di TK itupun kelihatnya kurang mampu dalam pembelajaran, khususnya menggambar. Hal ini terlihat ketika diberikan tugas menggambar banyak yang tidak mampu menggambar dengan baik. Di antara anak tesebut ada yang tidak melalui jenjang pendidikan seperti dari kelompok bermain. Berdasarkan hasil observasi 16 Desember 2013 di TK Cut Nyak Dien, kemampuan menggambar anak rendah sehingga perlu ditingkatkan. Dari 25 anak terdapat 20 orang anak yang kurang mampu menggambar. Adapun gejala yang nampak pada anak yakni apabila diberikan tugas menggambar tidak dikerjakan dengan baik dan benar, mengemukakan berbagai alasan seperti tidak memiliki alat tulis, sakit, anak terlihat sulit untuk menggambar apa yang ingin digambar, takut untuk menggambar dan malu ketika dimintai oleh guru untuk menggambar. Guru telah berupaya dengan metode dan strategi pembelajaran yang aktif dan kreatif, namun hasil yang dicapai belum maksimal. Permasalahan yang dialami oleh anak tersebut membuat penulis berasumsi bahwa perlu memberikan suatu pendekatan baru merangsang kemampuan menggambar anak karena selama ini para guru kurang memberikan rangsangan-rangsangan baru kepada anak dalam hal meningatkan kemampuan menggambar. (observasi, 03 April 2013). Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kurangnya minat anak untuk menggambar dan hasil pembelajaran yang tidak efektif maka peneliti memilih teknik shaping sebagai salah satu teknik dalam pengubahan tingkah laku. Corey (dalam Koeswara, 2007: 93) menjelaskan bahwa teknik shaping adalah mengajarkan tingkah laku dengan terus menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan. Tingkah laku yang tidak pernah dimunculkan tidak dapat di reinforcement. Shaping dilakukan melalui sejumlah pendekatan yang berangsur, dan dalam prosesnya akan terdapat

tingkah laku yang direinforcement dan ada yang tidak. Pada setiap tahap, konselor diharapkan dapat memberikan reinforcement sampai pada tahap perilaku yang diinginkan muncul. Selain itu shaping merupakan kegiatan membentuk tingkah laku baru ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sismatik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Shaping merupakan metode penting untuk mengembangkan pola tingkah laku baru, di samping memperkuat tingkah laku. yang diajarkan di sekolah. Tingkah laku yang kompleks ini dapat diajarkan melalui proses shaping atau successive approximations (menguatkan komponenkomponen respon final dalam usaha mengarahkan subyek kepada respon final), dari beberapa tingkah laku yang mendekati respon persekolahan. Teknik shaping digunakan guru untuk membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforcement pada langkahlangah menuju keberhasilan. Reinforcement merupakan alat agar terbentuknnya tingkah laku operant baru. (Komalasari, Wahyuni, Karsih 2011: 169). Shaping merupakan prosedur behavioral untuk membentuk perilaku target dengan cara memberikan reinforcement pada berbagai perilaku yang mendekati, hingga pada akhirnya terbentuk perilaku yang diinginkan (perilaku target). Ketika perilaku yang mendekati perilaku target muncul, maka akan diberikan reinforcement pada saat yang sama diberikan axtinction untuk memadamkan perilaku sebelumnya. (Komalasari, Wahyuni, Karsih 2011: 117). Alasan peneliti menggunakan teknik shaping dalam meningkatkan kemampuan menggambar yakni karena teknik shaping merupakan salah satu teknik yang sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan menggambar anak karena teknik ini dianggap peneliti merupakan teknik yang sangat cepat dan efektif bila reinforcement tepat bersamaan waktu dengan respon. Dalam teknik shaping ada tahapan-tahapan dalam menuju perilaku akhir, namun apabila seseorang itu telah berubah atau membentuk perilaku baru maka diberikan reinforcement

meskipun belum sampai pada perilaku yang diharapkan, sehingga anak akan lebih mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan sehingga dalam pembelajaran menggambar terkesan terarah dengan teknik yang sesuai yaitu teknik shaping. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian Kemampuan Menggambar Dengan Menggunakan Teknik Shaping Pada Anak Kelompok B Tk Cut Nyak Dien Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan adalah apakah kemampuan menggambar pada anak kelompok B TK Cut Nyak Dien Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui teknik shaping? 1.3 Cara Pemecahan Masalah Untuk meningkatkan kemampuan menggambar pada anak kelompok B TK Cut Nyak Dien Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango digunakan teknik shaping. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yaitu: 1. Guru melakukan beberapa persiapan seperti menyediakan media untuk menggambar; 2. Memberian pemahaman kepada anak tujuan pelaksanaan; 3. Menetapkan target perilaku spesifik yang akan dicapai bersama konseli; 4. Guru menentukan reinforcement positif yang akan digunakan; 5. Membuat perencanaan dan membuat tahapan persiapan perilaku mulai dari perilaku awal sampai perilaku akhir (misalnya tidak mampu menggambar segitiga menjadi mampu menggambarnya); 6. Guru memberikan tugas yang dikerjakan oleh anak; 7. Guru memantau anak yang diberikan tugas menggambar;

8. Memberikan reinforcement atau penguatan kepada yang melaksanakan tugas. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menggambar dengan mengunakan teknik shaping pada anak kelompok B TK Cut Nyak Dien Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah: 1. Bagi Guru Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi para guru dalam mengelola proses pembelajaran di sekolah, juga memberikan informasi kepada guru tentang pemilihan metode yang tepat dalam menggambar, sehingga menemukan pemecahan masalah tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh konseli seorang diri. 2. Bagi anak Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar anak di sekolah. 3. Bagi Sekolah Dapat memberikan nilai tambah atau kontribusi postif khusunya pada TK Cut Nyak Dien Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dalam rangka peningkatan kualitas mutu pendidikan. 4. Bagi Peneliti Bermanfaat untuk melatih berfikir ilmiah dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan kemampuan menggambar pada anak.