ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan

SIMULASI NUMERIK MODEL RUMAH TAHAN GEMPA TANPA BETON BERTULANG

KINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada daerah pertemuan 4 (empat)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

PENGARUH PENGGUNAAN SEISMIC BASE ISOLATION SYSTEM TERHADAP RESPONS STRUKTUR GEDUNG HOTEL IBIS PADANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan terjadi gempa-gempa besar yang membentang dari benua

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia berada pada zona tektonik sangat aktif karena tiga lempeng besar

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bencana gempa bumi. Hal ini juga disebabkan oleh posisi geografisnya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BABI PENDAHULUAN. Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

Irian Jaya) dan Trans Asiatic Earthquake Belt (Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja.

PENGARUH PENGGUNAAN RANGKA BAJA SEBAGAI PENGGANTI SHEAR WALL EXSISTINGPADA CORE BUMIMINANG PLAZA HOTEL PADANG SUMATERA BARAT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI KAPASITAS SEISMIK BANGUNAN BETON BERTULANG EKSISTING DI KOTA PADANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENGARUH DINDING BATA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. struktur atas Hotel Ibis Styles Yogyakarta, terdapat beberapa kesimpulan yang

PELAJARAN DARI GEMPA BUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2006

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH UKURAN BATA MERAH SEBAGAI DINDING PENGISI TERHADAP KETAHANAN LATERAL STRUKTUR BETON BERTULANG

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

Panduan Praktis Pemeriksaan Kerusakan Bangunan akibat Gempa Bumi

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

skala besar, perkantoran, pertokoan dan pelayanan umum yang sangat kompleks Oleh karena itu timbul berbagai pemikiran untuk menanggulangi

TIPIKAL & JENIS KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA?

ANALISIS METODE PELAKSANAAN RETROFITTING PADA BANGUNAN SEDERHANA (STUDI KASUS : SD NEGERI 43 RAWANG TIMUR, PADANG) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. dua dari banyak faktor yang dapat memancing orang dari luar daerah untuk datang

BAB I PENDAHULUAN. permukaaan bumi. Ketika pergeseran terjadi timbul getaran yang disebut

BAB 1 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Efek dinding..., Yohannes Arief Ninditta Siregar, FT UI, 2010.

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC DAN AGREGAT KASAR YANG UMUM DIGUNAKAN DALAM PEMBANGUNAN RUMAH MASYARAKAT SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Oleh sebab itu propinsi-propinsi yang berkembang dan padat

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI (STUDI KASUS GEMPA DI NTB 2004)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

PERLUKAH PENERAPAN DARI KETENTUAN BANGUNAN TAHAN GEMPA DI BATAM?

ANALISA KERUSAKAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG A SMAN 10 PADANG AKIBAT GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan maupun tempat hunian seperti hotel, apartemen, dan home stay.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG UNTUK PERKANTORAN 8 LANTAI (+2 BASEMENT) DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PENUH

ANALISIS KINERJA BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Etri Suhelmidawati 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang,, Jl.Raya Lubuk Begalung Padang, Sumatera Barat Email: etri_sarins@yahoo.com ABSTRAK Gempa bumi merupakan salahsatu bencana alam yang sering terjadi di wilayah Sumatera Barat. Terakhir, gempa besar yang terjadi 30 September 2009 lalu telah menimbulkan kerusakan pada struktur yang cukup parah, disamping korban jiwa yang tidak sedikit. Gempa yang sering terjadi di Sumatera Barat ini dikarenakan letak wilayah Sumatera Barat yang diapit oleh dua buah lempeng yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia dan juga berada pada patahan Semangko serta dekat pertemuan dua lempeng terdapat patahan Mentawai. Paper ini dibuat untuk menganalisis secara struktural gedung-gedung yang rusak pasca gempa 30 September 2009. Analisis dilakukan melalui pengujian skala retak (crack scale) dan pengamatan secara langsung terhadap beberapa bangunan yang mengalami rusak berat di lapangan. Dari hasil pengujian ini nantinya akan didapatkan skala retak yang terjadi pada bangunan-bangunan dan tipe-tipe keruntuhan yang terjadi seperti beam-column joint failure, short column effect, soft story effect, joint failure dan sebagainya. Kata kunci: gempa, lempeng, skala retak, keruntuhan. 1. PENDAHULUAN Letak wilayah Sumatera Barat khususnya pulau Sumatera yang diapit oleh dua buah lempeng besar dunia yaitu lempeng Eurasia sebelah atas dan lempeng Indo-Australia sebelah bawah, dan berada pada patahan Semangko serta patahan Mentawai (di dekat pertemuan dua lempeng) menjadikan wilayah Sumatera Barat rawan terhadap terjadinya gempa bumi, baik gempa bumi vulkanik maupun gempa bumi tektonik. Gempa besar yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 yang lalu dengan Magnitude 7,6, telah mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan baik rusak ringan, rusak sedang, maupun rusak berat. Gempa juga telah menimbulkan korban jiwa sejumlah 1.100 orang meninggal dunia dan 3.000 orang lainnya terluka (SNS, 2010). Jumlah rumah tinggal yang mengalami kerusakan mencapai 114.797 kategori rusak berat, 67.198 rusak sedang, dan 67.839 rusak ringan (Pusat Studi Bencana Universitas Andalas, 2010). Mayoritas rumah yang rusak tersebut adalah rumah pasangan bata baik tanpa perkuatan (unconfined brick masonry) maupun dengan bingkai beton bertulang (confined brick masonry) (SNS, 2010) Gambar 1. Peta Pulau Sumatera S - 437

Etri Suhelmidawati 2. ANALISA STRUKTUR SEPTEMBER 2009 BANGUNAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA 30 Survey yang dilakukan beberapa hari pasca gempa 30 September 2009 memperlihatkan berbagai kondisi keruntuhan dari beberapa gedung yang terletak di kota Padang, seperti gambar di bawah ini: Gambar 2 Kondisi bangunan umum pasca gempa Berikut ini kondisi beberapa universitas di kota Padang: Gambar 3 Kondisi beberapa universitas pasca gempa S - 438

Analisa Struktur Di Wilayah Sumatera Barat (Kota Padang) Pasca Gempa 30 September 2009 Secara umum kondisi keruntuhan yang parah terjadi pada bangunan non engineered, tetapi tak sedikit pula keurntuhan yang parah terjadi pada bangunan engineered, yang diakibatkan oleh praktek konstruksi yang salah (Steffie, 2010), yang meliputi: 1. Salah dalam perencanaan atau salah dalam meng-implementasikan Building Code. 2. Salah dalam pelaksanaan konstruksi. 3. Salah dalam pengawasan baik oleh Konsultan atau Badan Otorita Daerah yang berwenang. Kerusakan struktur yang parah juga terjadi pada beberapa hotel di kota Padang, terutama pada hotel Ambacang Plaza, hotel Mariani, dan hotel Bumi Minang, seperti gambar 4 di bawah ini. Gambar 4 Kondisi beberapa hotel pasca gempa Gempa yang terjadi di Sumatera Barat bulan September 2007 lalu telah memberikan peringatan awal bahwa kemungkinan gempa yang lebih besar bisa terjadi dan akan mengakibatkan kerusakan konstruksi yang parah kalau tidak memperhatikan Building Code yang benar dalam praktek konstruksi. Kenyataannya banyak pihak yang tidak mau belajar dari pengalaman dan hanya memperhatikan keuntungan sesaat saja. Berdasarkan hasil survey ke beberapa gedung antara lain gedung Mitsubishi Motors, gedung Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat, gedung Badan Pemeriksa Keuangan, gedung BPKP dan gedung baru Rumah Sakit Umum M Jamil Padang, didapatkan skala retak yang beragam (Gambar 5). Pengecekan yang detail dengan menggunakan crack scale hanya dilakukan pada gedung Mitsubishi Motors, sementara gedung lainnya sudah berada pada kondisi yang memprihatinkan, sehingga tidak dilakukan pengecekan dengan skala retak lagi. Penentuan skala retak (crack scale) secara umum sebagaimana yang digunakan di Jepang dibagi atas lima yaitu: 1. Skala 0 0,05 mm 2. Skala 0,05 mm 0,2 mm 3. Skala 0,2 mm 1 mm 4. Skala 1 mm 2 mm 5. Skala > 2 mm S - 439

Etri Suhelmidawati Untuk Gedung Mitsubishi Motors, berdasarkan pengecekan dengan skala retak diperoleh rata-rata retak kolom maupun balok di lantai 1-3 berada pada skala 0 1 mm. Kondisi retak yang paling parah terdapat pada lantai 4-5, lantai 6-7 kondisi strukturnya berada pada skala 1-2. Pada gambar 5 terlihat kondisi kolom yang parah dengan keadaannya beton menghambur keluar dan kondisi tulangan yang membengkok serta proses adukan betonnya yang kurang bagus: Gambar 5. Gedung Mitsubishi Motors Gedung Dinas Pendidikan Propinsi ambruk pada lantai satunya. Pengecekan retak tidak dilakukan lagi pada gedung ini. Gambar 6. Gedung Dinas Pendidikan Propinsi Sumbar Gambar 7. Gedung Baru RS Umum M Jamil Padang Tipe-tipe keruntuhan yang terjadi pada gedung-gedung tersebut akibat gempa 30 September 2009 antara lain: 1. Beam-column joint failure 2. Soft story effect 3. Short column effect 4. Joint failure S - 440

Analisa Struktur Di Wilayah Sumatera Barat (Kota Padang) Pasca Gempa 30 September 2009 5. Overturning 6. Dan sebagainya 3. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Gempa yang terjadi adalah peristiwa alam dikarenakan kondisi geografis dari wilayah Sumatera Barat. 2. Tipe keruntuhan yang terjadi antara lain beam-column joint failure, soft story effect, short column effect, joint failure, dan overturning. 3. Pengecekan dengan skala retak maksimal sampai 2 mm. Diatas itu struktur dianggap sudah mengalami kerusakan yang parah. 4. Kerusakan yang beragam pada berbagai struktur dikarenakan kurangnya pengetahuan akan Building Code yang benar dan kurangnya pengawasan baik oleh konsultan maupun pihak lain yang berwenang. DAFTAR PUSTAKA Imai, H., Okubo, N., Purwoko, A., Zahrudin, dan Satyarno, I. (2010). Panduan Pelaksanaan Rumah yang Lebih Aman Terhadap Gempa,Rumah Dinding Pasangan Bata dengan Bingkai Beton Bertulang. SNS, Japan Platform. Padang. Steffie, T. (2010). Praktek Konstruksi Yang Salah Yang Dijumpai pada Berbagai Gedung Pasca Gempa Sumatera Barat 30 September 2009. Seminar HAKI 27 Maret 2010. Padang. S - 441

Etri Suhelmidawati S - 442