Jenis-Jenis Burung yang Memanfaatkan Eurya acuminata DC Di Kampus Universitas Andalas Limau Manis, Padang

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

Flona. 114 intisari-online.com

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

3 METODE Jalur Interpretasi

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

PERILAKU HARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI LAPANGAN TENIS UNIVERSITAS LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

Karakteristik Sarang Bondol Peking Lonchura punctulata (Linnaeus,1758) di Kawasan Kampus Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

IV. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

Jenis-Jenis Burung di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Andalas Wahana Berjaya (AWB), Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA PERKEBUNAN KOPI DI KECAMATAN BENER KELIPAH KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL DI HUTAN SEBADAL TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

Jenis-Jenis Burung di Kawasan Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat. The avifauna species in Harau Valley Nature Reserve, West Sumatra

Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal Oleh Burung- Burung Di Hutan Kampus Kandang Limun Universitas Bengkulu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

BAB III METODE PENELITIAN

KELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI BURUNG RANGKONG (BUCEROTIDAE) DI KAWASAN PT. KENCANA SAWIT INDONESIA (KSI), SOLOK SELATAN, SUMATERA BARAT

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

BAB III. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

Disusun oleh Malang Eyes Lapwing, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

BIOLOGI KONSERVASI EKOSISTEM PASCA TAMBANG

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas.

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN BURUNG DIBEBERAPA AREAL HUTAN KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SKRIPSI

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

III. METODE PENELITIAN

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITAN

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

Konservasi Biodiversitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

BAB IV METODE PENELITIAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. FITOGEOGRAFI BIO 4121 (3 sks) Semester 6

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

Tatang Mitra Setia Fakultas Biologi Universitas Nasional ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

Transkripsi:

90 Jenis-Jenis Burung yang Memanfaatkan Eurya acuminata DC Di Kampus Universitas Andalas Limau Manis, Padang An inventory of birds visiting jirak (Eurya acuminata) at Limau Manis, Padang Dewi Candrarini Surya 1)*), Wilson Novarino 1), Ardinis Arbain 2) 1) Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang, 25163 2) Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang, 25163 *) Koresponden : dewicandrarini@gmail.com Abstract An inventory of birds visiting Jirak (Eurya acuminata) at Limau Manis Padang was done from July to December 2011. The study used point sampling method to collect birds data and determine birds frequency that visited Jirak (Eurya acuminata). This study found 12 birds species, which belong to two orders, seven families and eight genera. Pycnonotus goiavier was the most frequent visitor. Eurya acuminata was more widely visited for foraging (71.47%), followed by perching (17.40%) and singing (11.13%). The birds mainly visited Eurya acuminata more often in the morning (54.16%) rather than afternoon (45.83%). The top of the canopy area was preferred (45.93%) rather than margin canopy (37.19%) and the center of the canopy (16.86%). Keywords : inventory of birds, Eurya acuminata, canopy Pendahuluan Hubungan antara burung dengan tumbuhan merupakan interaksi yang saling menguntungkan. Bagi tumbuhan, diasporanya akan tersebar jauh dari tumbuhan induknya. Hal ini terutama terjadi pada diaspora yang tidak dapat disebarkan oleh angin. Selain itu, biji juga akan lebih cepat berkecambah karena kulit dan daging buah telah dihancurkan pada saat melewati pencernaan burung. Burung juga mendapatkan keuntungan dari interaksi tersebut terutama bagi burung pemakan buah atau nektar yang memanfaatkan bagian tumbuhan sebagai sumber makanan. Selain itu tumbuhan lebih banyak tersedia di alam dan lebih mudah mendapatkannya daripada harus berburu makanan lainnya misalnya serangga atau mamalia kecil (Mardiastuti, 2001). Menurut Pijl (1990) tumbuhan yang dimanfaatkan oleh burung memiliki diaspora dengan bagian menarik, seperti dapat dimakan, terdapat perlindungan luar agar tidak dimakan sebelum matang, perlindungan biji di sebelah dalam agar tidak tercernakan (kulit keras atau dengan substansi beracun), warna yang menarik perhatian bila matang, tidak berbau, tidak memiliki kulit penutup yang keras dan dalam buah yang keras biji terbuka atau bergantungan. Eurya acuminata memiliki buah yang berukuran kecil, tipe buah berri dan warna buah ungu-kehitaman. Jenis ini dapat tumbuh pada area tanpa naungan atau setengah ternaung dan selalu berbuah sepanjang tahun (Armon, 1995). Dari survei yang telah dilakukan sebelumnya, Eurya acuminata memang banyak terlihat dikunjungi oleh burung. Hal inilah yang memberikan indikasi bahwa Eurya acuminata menjadi sumber penting bahan makanan bagi burung untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

91 jenis-jenis burung apa saja yang memanfaatkan Eurya acuminata. Metode Penelitian Penelitian ini di lakukan di tiga titik pengamatan di sekitar kampus Universitas Andalas Padang pada bulan Juli-Desember 2011 dengan menggunakan metode point sampling. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera Canon Powershoot A490, teropong (binokuler) Nikon perbesaran 8 x 40, stop watch, alat tulis dan buku panduan lapangan MacKinnon and Phillipps (1993). Gambar 1. Diagram umum Eurya acuminate (Ket. A = puncak tajuk, B = samping tajuk dan C = tengah tajuk Penelitian di lapangan dimulai dengan menetapkan tiga titik pengamatan di sekitar kampus Universitas Andalas, di mana pada masing-masing titik pengamatan ditetapkan dua individu Eurya acuminata. Di setiap titik pengamatan dilakukan pengamatan selama 10 hari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-18.00 WIB secara berkelanjutan (continuous recording). Selama pengamatan dilakukan pencatatan terhadap tanggal, lokasi pengamatan, jam pengamatan, nama jenis burung, jumlah individu per jenis, aktivitas yang dilakukan dan pemilihan lokasi pada tajuk pohon. Apabila hari hujan atau badai maka tidak dilakukan pengamatan. Burung yang terlihat mengunjungi pohon Eurya acuminata diidentifikasi menggunakan buku MacKinnon and Phillipps, 1993 dan penamaannya disesuaikan dengan buku Daftar Burung Indonesia No. 2 (Sukmantoro et al., 2008). Hasil dan Pembahasan Burung yang memanfaatkan Eurya acuminata berjumlah sebanyak 12 jenis yang tergolong ke dalam 2 ordo, 7 famili dan 8 genera (Tabel 1). Dari 12 jenis burung yang ditemukan terdapat empat jenis burung yang merupakan pemakan serangga () yaitu Rhopodytes diardii, Rhamphococcyx curvirostris, Aplonis panayensis dan Eurylaimus ochromalus. Menurut Novarino et al., (2002) pemakan buah-buahan dan serangga merupakan kelompok yang umum dijumpai di daerah hutan sekunder. Selain itu juga ditemukan jenis burung yang merupakan pemakan serangga yaitu Lanius tigrinus. Hal ini mengindikasikan bahwa tumbuhan berbuah tidak hanya dimanfaatkan oleh burung pemakan buah saja, namun juga jenis burung lainnya seperti pemakan serangga. Pycnonotus goiavier yang termasuk ke dalam famili Pycnonotidae tercatat paling sering mengunjungi Eurya acuminata dengan frekuensi kehadiran 76,11%, frekuensi relatif 71,38% dan kelimpahan 2,27 ind/jam (Tabel 1). Tingginya frekuensi kehadiran Pycnonotus goiavier kemungkinan karena jenis ini sangat mudah beradaptasi dan terdistribusi secara luas. Hal ini dapat dilihat pada penelitian sebelumnya oleh Azmardi (1998), Yendra (2001) dan Sukmawati (2010) yang selalu menemukan jenis ini di kawasan kampus Universitas Andalas dan HPPB. Burung dari famili Pycnonotidae merupakan burung yang mempunyai penyebaran yang cukup luas di Sumatera karena kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan yang sangat tinggi dan sifat makannya yang di samping memakan serangga juga dapat mengkonsumsi buahbuahan dari tumbuhan lokal yang umum dijumpai di Sumatera (MacKinnon dan Phillpps, 1993).

92 Tabel 1. Jenis-jenis burung yang memanfaatkan Eurya acuminata yang sedang berbuah di Kampus Universitas Andalas. Taksa Nama Indonesia Keterangan CUCULIFORMES A. Cuculidae 1. Rhopodytes diardii Lesson, 1830 2. Rhamphococcyx curvirostris Shaw, 1810 PASSERIFORMES B.Pycnonotidae 3. Pycnonotus brunneus Blyth, 1845 4. Pycnonotus goiavier (Scopoli, 1786) 5. Pycnonotus melanoleucos (Eyton, 1839) C. Dicaeidae 6. Dicaeum cruentatum (Linnaeus, 1758) 7. Dicaeum trigonostigma (Scopoli, 1786) D. Choloropsidae 8. Aegithina tiphia (Linnaeus, 1758) 9. Aegithina viridissima (Bonaparte, 1850) E. Sturnidae 10. Aplonis panayensis (Scopoli, 1786) F. Laniidae 11. Lanius tigrinus Drapiez, 1828 G. Eurylaimidae 12. Eurylaimus ochromalus Raffles, 1822 Kadalan Beruang Kadalan Birah Merbah Mata-merah Merbah Cerukcuk Cucak Sakit-tubuh Cabai Merah Cabai Bunga-api Cipoh Kacat Cipoh Jantung Perling Kumbang Bentet Loreng Sempur-hujan Darat, Carnivora Jenis-jenis burung cabai, yaitu Dicaeum trigonostigma merupakan yang terbanyak kedua setelah Pycnonotus goiavier, frekuensi kehadiran 6,66%, frekuensi relatif 6,24% dan kelimpahan 0,09 ind/jam. Sedangkan Dicaeum cruentatum memiliki frekuensi kehadiran 5%, frekuensi relatif 4,69% dan kelimpahan 0,08 ind/jam. Kedua jenis ini tercatat cukup banyak karena pada lokasi pengamatan banyak ditemukan Loranthus (benalu). MacKinnon et al., (1991) menyatakan bahwa burung cabai yang termasuk dalam famili Dicaeidae memakan serangga kecil dan buah-buah kecil seperti Loranthus (benalu) Ridley (1930) juga menyatakan bahwa Dicaeidae merupakan pemencar yang sangat penting pada tumbuhan Loranthus dan Viscum terutama jenis Dicaeum cruentatum. Aegithina tiphia memiliki frekuensi kehadiran 5%, frekuensi relatif 4,69% dan kelimpahan 0,08 ind/jam. Sedangkan Aeghitina viridissima memiliki frekuensi kehadiran 3,33%, frekuensi relatif 3,12% dan kelimpahan 0,05 ind/jam. Kedua jenis burung ini terlihat mengunjungi Eurya

93 acuminata berpasangan ataupun sendirian. Baskoro (2009) menyatakan jenis burung ini suka berlompatan di cabang-cabang pohon memakan serangga-serangga kecil dan buah-buahan yang berukuran kecil. Pycnonotus brunneus memiliki frekuensi kehadiran 2,22%, frekuensi relatif 2,08% dan kelimpahan 0,03 ind/jam. Jenis ini hanya sedikit terlihat pada pohon Eurya acuminata dan terlihat berbaur dengan jenis burung lainnya. Hal ini dikarenakan Pycnonotus brunneus lebih menyukai habitat yang tertutup seperti pinggir hutan dan semak (MacKinnon dan Phillipps, 1993). Pycnonotus melanoleucos dan Aplonis panayensis masing-masing memiliki frekuensi kehadiran 1,11%, frekuensi relatif 1,04% dan kelimpahan 0,03 ind/jam. Pycnonotus melanoleucos memiliki ciri khas pada bulu penutup sayapnya yang berwarna putih. Novarino et al., (2008) menyatakan jenis ini sangat jarang terlihat dan lebih menyukai hutanhutan di dataran rendah dan perbukitan. Aplonis panayensis lebih menyukai daerah hutan dan sesekali mengunjungi daerah terbuka untuk mencari serangga dan buahbuahan di pepohonan (MacKinnon dan Phillipps, 1993). Rhopodytes diardii dan Rhamphococcyx curvirostris memiliki frekuensi kehadiran 0,55%, frekuensi relatif 0,52% dan kelimpahan 0,01 ind/jam. Kedua jenis ini hanya sekali terlihat dalam pengamatan. Hal ini dikarenakan jenis ini lebih menyukai hutan primer, hutan rawa dan suka bertengger dalam waktu yang lama pada tajuk pohon (MacKinnon dan Phillipps, 1993). Beberapa jenis burung terlihat hanya pada pagi hari saja seperti pada Rhopodytes diardii dan Rhamphococcyx curvirostris, Eurylaimus ochromalus, Pycnonotus brunneus dan Pycnonotus melanoleucos. Sedangkan Aplonis panayensis hanya terlihat pada sore hari (Gambar 2). Novarino et al. (2001) menyatakan adanya pemanfaatan waktu yang berbeda oleh hewan diurnal termasuk burung merupakan upaya mereka dalam mengurangi kompetisi antar jenis dalam pemanfaatan sumber daya yang sama. Jenis burung lainnya terlihat memanfaatkan kedua waktu baik pagi hari maupun sore hari yaitu pada Aegithina tiphia, Aegithina viridissima, Dicaeum cruentatum, Dicaeum trigonostigma dan Pycnonotus goiavier. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlahnya yang banyak sehingga pemanfaatan waktu di pagi hari saja atau di sore hari saja tidak mencukupi kebutuhan makannya. Berdasarkan area yang dipilih oleh burung untuk melakukan berbagai aktivitasnya, tajuk Eurya acuminata dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu puncak tajuk, samping tajuk dan bagian tengah tajuk (Mardiastuti et al., 2001). (Gambar 1). Burung yang ditemukan lebih banyak memilih puncak tajuk (A) untuk beraktivitas yaitu sebanyak 45,93% dan pada tajuk samping (B) sebanyak 37,19% dan pada bagian tengah tajuk (C) sebanyak 16,86%. Persentase pemilihan area ini diduga terutama berhubungan dengan aksesibilitas area pada tajuk dan distribusi buah. Pemilihan area pada puncak tajuk lebih tinggi karena kemudahan dalam hinggap dan mengambil makanan. Pada tajuk bagian samping juga banyak dipilih oleh burung karena kemudahan dalam berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Kedua bagian area ini banyak dipilih oleh burung-burung yang memakan buah. Sedangkan pada bagian tengah tajuk lebih terlindung sehingga banyak dipilih oleh burung-burung kecil yang lincah dalam berpindah-pindah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mardiastuti et al. (2001) burung besar atau pemakan buah cenderung memilih tajuk bagian atas karena kemudahannya mendatangi tempat tersebut dan persaingan dengan jenis lain. Mamalia dan burung lainnya memilih bagian tepi karena kemudahannya berpindah dari dan ke pohon lain terdekat. Bagian tengah yang lebih terlindung dipilih oleh burung-burung pergam yang relatif kecil dan mudah berpindah. Menurut Karr et al. (1992), morfologi dan tingkah laku makan burung khususnya pemakan buah berkaitan dengan ketersediaan dan distribusi buah pada pohon.

94 Tabel 2. Frekuensi Kehadiran, Frekuensi Relatif dan Kelimpahan Jenis Burung yang Memanfaatkan Eurya acuminate. No Jenis Jumlah Kehadiran Frekuensi Kehadiran Frekuensi Relatif Jumlah Individu Kelimpahan (Ind/jam) 1 Aegithina tiphia 9 5 4,69 15 0,08 2 Aegithina viridissima 6 3,33 3,12 10 0,05 3 Rhopodytes diardii 1 0,55 0,52 1 0,01 4 Rhamphococcyx 1 0,55 0,52 1 0,01 curvirostris 5 Dicaeum cruentatum 9 5 4,69 16 0,08 6 Dicaeum trigonostigma 12 6,66 6,24 17 0,09 7 Lanius tigrinus 8 4,44 4,16 8 0,04 8 Eurylaimus ochromalus 1 0,55 0,52 1 0,01 9 Pycnonotus goiavier 137 76,11 71,38 408 2,27 10 Pycnonotus brunneus 4 2,22 2,08 6 0,03 11 Pycnonotus melanoleucos 2 1,11 1,04 6 0,03 12 Aplonis panayensis 2 1,11 1,04 5 0,02 TOTAL 192 106,63 100 494 2,71 Gambar 2. Frekuensi penggunaan waktu dari 12 jenis burung yang memanfaatkan Eurya acuminate Secara umum Eurya acuminata lebih sering dimanfaatkan sebagai tempat mencari makan sebanyak 71,47%, diikuti oleh pemanfaatan sebagai tempat bertengger/istirahat sebanyak 17,40% kemudian sebagai tempat bersuara sebanyak 11,13%. Tingginya frekuensi makan oleh burung-burung yang ditemukan diduga terutama karena kandungan nutrisi buah Eurya acuminata yang tinggi. Jenis burung dengan tipe pemakan buah, rata-rata memanfaatkan Eurya acuminata sebagai tempat makan. Hal ini terlihat pada kelompok Pycnonotidae dan Chloropsidae. Burung pemakan serangga memanfaatkan tumbuhan ini untuk tempat bertengger (istirahat). Thompson (1982) menyatakan bahwa tumbuhan yang disukai hewan pemakan buah haruslah kaya akan gula dan lipid.

95 Kesimpulan Hasil penelitian mendapatkan 12 jenis burung yang memanfaatkan Eurya acuminata tergolong kedalam 2 ordo, 7 famili dan 8 genera. Burung yang paling sering teramati adalah Pycnonotus goiavier dengan frekuensi kehadiran 76,11%, frekuensi relatif 71,11% dan kelimpahan 2,27 ind/jam. Eurya acuminata lebih banyak dimanfaatkan sebagai tempat makan (71,47%), diikuti sebagai tempat bertengger atau istirahat (17,40%) dan sebagai tempat bersuara (11,13%). Ucapan Terimakasih Ucapan terima kasih kepada Dr. Rizaldi, Dr. Erizal Mukhtar dan Dr. Efrizal, M.Si atas saran dan masukan pada penelitian ini. Daftar Pustaka Armon, 1995. Theaceae yang Didapatkan Pada Beberapa Daerah di Sumatera Barat. [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA UNAND. Padang. Azmardi, 1998. Jenis-jenis Burung di Kawasan HPPB UNAND Padang. [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA UNAND. Padang. Baskoro, K. 2009. Semarang Bird Web. Semarang Bird Community. Semarang. Karr, J. R., I. J. Schlosser and M. Dionne. 1992. Bottom-up versus Top-Down Regulation of Vertebrate Population : Lesson from Birds and Fish. http://md1.csa.com/ partners/viewrecord.php?requester= gs&collection. [26 November 2011]. MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. MacKinnon, J. and K. Philipps. 1993. A Field Guide to The Birds of Borneo, Sumatera, Java and Bali. Oxford University Press. Oxford, New York, Tokyo. Mardiastuti, A., L.R. Salim dan Y.A. Mulyani. 2001. Perilaku Makan Rangkong Sulawesi pada Dua Jenis Ficus di Suaka Margasatwa Lambusango, Buton. Media Konservasi.VI (1) :7-10. Novarino, W., A. Salsabila dan Jarulis. 2002. Struktur Komunitas Burung Lapisan Bawah pada Daerah Pinggir Hutan Sekunder Dataran Rendah Sumatera Barat. Zoo Indonesia 29 : 51-58 Novarino, W., H. Kobayashi, A. Salsabila, Jarulis dan M. N. Janra. 2008. Panduan Lapangan Pencincinan Burung di Sumatera. Pepustakaan Nasional. Padang. Pijl, L. van der. 1990. Asas-asas Pemencaran Pada Tumbuhan Tinggi, terj. G. Tjitrosoepomo. W. Soerodikoesoemo (ed.). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ridley, H.N. 1930. Dispersal of Plants Throughout the World. L. Reeve & Co., Ltd., Ashford, Kent. Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp dan M. Muchtar. 2008. Daftar Burung Indonesia No. 2. Indonesian Ornitologists Union. Bogor. Sukmawati, S. 2010. Jenis-jenis Burung di Kawasan Kebun Tanaman Obat Farmasi (KTOF) dan Arboretum Kebun Raya Universitas Andalas. [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA UNAND. Padang. Sujatnika, P. Jepson, T.R. Soehartono, M. J. Crosby dan A. Mardiastuti. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia : Pendekatan Burung Endemik. PHPA Birdlife International-Indonesia Program. Bogor. Thompson, J. N. 1982. Interaction and Coevolution. John Wiley & Sons. New York. Yendra, A. 2002. Fauna Burung di Kawasan Kampus Universitas Andalas Limau Manis Padang Sumatera Barat. [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA UNAND. Padang.