6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

dokumen-dokumen yang mirip
5 HASIL 5.1 Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No. : KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

128 Universitas Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO. KEP. 186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

KAJIAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA HANIF FANSURYA

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

PROSEDUR PEMADAM KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

WALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN.

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

1 Universitas Indonesia

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

gedung bioskop berbeda tingkat kerawanannya dibandingkan dengan perumahan. Jika

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR : 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Penyediaan komponen listrik instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

c. memantau, mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

PEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran memiliki visi dan misi sebagai berikut. Visi dan misi Dinas Kebakaran yaitu:

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

VII. TATA LETAK PABRIK

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

BUPATI LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

Kata Kunci : Kebakaran, Penanggulangan, Permukiman Padat

: OTDA, PEMERINTAHAN UMUM, ADM KEUANGAN ORGANISASI URUSAN PEMERINTAHAN DINAS PEMADAM KEBAKARAN JUMLAH DASAR HUKUM URAIAN

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII. TATA LETAK PABRIK

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

Transkripsi:

6 PEMBAHASAN 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Unit pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana (Damkar-PB) Pos Jaga Muara Baru dan TB.Mina Antasena mempunyai hubungan kerja koordinatif fungsional. Artinya adalah kedua unit ini dibawah 2 (dua) institusi yaitu UPT Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar-PB) akan saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam menanggulangi kebakaran terutama pada kejadian kebakaran yang terjadi di wilayah yang dapat di jangkau oleh kedua unit tersebut. Koordinasi dari kedua unit ini berlangsung baik terutama pada saat melakukan operasi pemadaman kebakaran di wilayah tertentu. Kepala Pelabuhan Bagian Tata Usaha Damkar-PB DKI Jakarta Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum Bidang Tata Operasional Seksi Pemasaran dan Informasi Seksi Kesyahbandaran Perikanan Kelompok Jabatan Fungsional TB. Mina Antasena Pos Jaga Muara Baru Gambar 11 Pola hubungan antar unit penanggulangan kebakaran Keterangan : : Pola hubungan koordinasi : Pola hubungan instruksi : Lingkungan Damkar-PB : Lingkugan PPS Nizam Zachman Jakarta

46 6.2 Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja di Lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan pengamatan yang dilakukan terdapat wilayah gedung seluas 8.880 m 2, rata-rata per bulan terdapat 341 unit kapal (rata-rata terbuat dari kayu) yang bersandar di kolam pelabuhan sepanjang tahun 2010. Selain itu di PPS Nizam Zachman Jakarta ini terdapat kurang lebih sebanyak 80 perusahaan perikanan dengan luas wilayah untuk perusahaan yang berada di dermaga barat dan dermaga timur saja mencapai 46.000 m 2 dengan kapasitas lebih dari 10.000 megaton/tahun. Kalau dilihat dari sumber penyebab umum kebakaran (listrik, kompor, mesin, bahan bakar, dll) maka hampir seluruh kawasan di PPS Nizam Zachman mempunyai potensi tersebut. Bisa dibayangkan jika terjadi kebakaran di area yang lebih dari 46.000 m2 dengan kapasitas produksi lebih dari 10.000 megaton/tahun tersebut pastinya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk mengurangi kerugian jiwa dan materil melalui Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) yang baik. Berdasarkan klasifikasi potensi bahaya kebakaran yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja dalam Kepmen No.186/MEN/1999, pada umumnya perusahaan yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta digolongkan dalam tingkat klasifikasi bahaya kebakaran Sedang II. Hal ini dilihat berdasarkan aktivitas perusahaan tersebut yang mana satu-satu nya proses produksi yang berpotensi untuk terjadi kebakaran adalah pada hanya gudang pendingin (cold storage). Selain aktivitas cold storage perusahaan hanya melakukan aktivitas fillet ikan dan packaging ikan tersebut. Sehingga tidak berpotensi untuk terjadi bahaya kebakaran. Menurut Kepmen No.186/MEN/1999 tingkat bahaya kebakaran sedang II adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarkan api sedang. Adapun contoh tempat kerja yang mempunyai tingkat bahaya kebakaran sedang II adalah

47 penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan dan penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakitan kayu, gudang perpustakaan, pabrik bahan keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik kimia dengan kemudahan terbakar sedang, pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang. Menurut Kepmen No.186/MEN/1999 setiap perusahaan/tempat kerja diharuskan mempunyai unit penanggulangan kebakaran dengan komposisi jumlah dan keahlian yang disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Kompetensi personil unit penanggulangan kebakaran terbagi menjadi 4 (empat) keahlian, yaitu : 1) Petugas Peran Penanggulangan Kebakaran (D) 2) Regu Penanggulangan Kebakaran (C) 3) Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran (B) 4) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran (A) Setiap unit tugas masing-masing mempunyai komposisi ideal untuk ditempatkan pada sebuah perusahaan. Komposisi tersebut disusun berdasarkan dengan jumlah tenaga kerja dari perusahaan tersebut. Komposisi masing-masing unit tugas untuk perusahaan dengan kategori tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II adalah sebagai berikut : Tabel 12 Komposisi unit penanggulangan kebakaran berdasarkan tingkat keahlian pada tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II Komposisi Tingkat Keahlian Personel Pada Jumlah Jumlah Tingkat resiko Bahaya Kebakaran sedang II Ideal Tenaga Kerja A B C D 25 Orang 1 1 2 3 7 Orang 50 Orang 1 1 3 6 11 Orang 100 Orang 1 1 4 10 16 Orang 200 Orang 1 2 5 20 28 Orang Sedangkan pada kenyataannya di perusahaan-perusahaan pada umumnya tidak memiliki personil dengan keterampilan khusus. Perusahaan hanya menunjuk pihak keamanan mereka untuk melakukan peran unit penanggulangan kebakaran. Dari segi jumlah pun sangat jauh dari keadaan ideal. Hal ini membuktikan bahwa

48 ternyata para pemimpin perusahaan masih belum punya atau belum memberikan perhatian khusus terkait dengan permasalahan penanggulangan kebakaran ini. Tabel 13 tingkat keahlian personel unit penanggulangan kebakaran di perusahaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja Komposisi Tingkat Keahlian Personel A B C D PT. AwindoInternasional 90 - - - 11 PT. Lautan Niaga Jaya 22 - - - 3 PT. Bosco 75 - - - 6 Untuk melihat tingkat kecukupan sumberdaya manusia yang terdapat di tempat kerja diatas berdasarkan Kepmen No.186/MEN/1999, maka kita bisa menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut : Σ n Rill Rasio Jumlah Personil = x 100 % Σ n Ideal Ket : Σ n Rill : Jumlah SDM Sebenarnya Σ n Ideal : Jumlah SDM Ideal Dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan hasil tingkat kelengkapan personel di PT.Awindo Internasional baru sekitar 68%, PT.Lautan Niaga Jaya sekitar 43%, PT.Bosco sekitar 38%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan jumlah personil pemadam kebakaran di tempat kerja belum mencukupi kebutuhan ideal. Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 setiap bangunan industri harus memiliki sarana dan prasarana penanggulangan seperti sumber air, jalur evakuasi, akses mobil kebakaran, alat komunikasi internal, sistem deteksi dan alarm kebakaran, hingga sistem pemadam kebakaran yang meliputi alat pemadam api ringan (APAR), hidran, smoke detector, dan sprinkler.

49 Tabel 14. Check sheet sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di gedung Sarana dan Prasarana PT.Awindo PT.Lautan PT.Bosco Internasional Niaga Jaya Prasarana 1. Sumber air Sarana 2. Jalur evakuasi 3. Akses mobil kebakaran yang lancar 4. Alat komunikasi internal (fire telp, public address, dll) 1. Sistem deteksi dan alarm kebakaran - - 2. Sistem pemadam kebakaran APAR Hidran kebakaran - - Sprinkler - - Smoke detector - - Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 (tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan) rata-rata bangunan gedung perusahaan yang terdapat di PPS Nizam Zachman ini termasuk dalam kelas 8 (delapan). Bangunan gedung kelas 8 (delapan) adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang digunanakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau perjualan. Setiap bangunan gedung kelas 8 (delapan) yang memiliki 1 lantai dengan luas minimal 400 m 2 atau 2-4 lantai dengan luas minimal 200 m 2 harus mempunyai sistem deteksi dan alarm kebakaran manual. Bangunan kelas ini harus dilengkapi hidran manual 1 (satu) buah setiap 800 m 2. Bangunan kelas 8 (delapan) ini juga diharuskan untuk menyediakan sitem deteksi asap (smoke detector). Jadi setiap bangunan gedung di lingkungan PPS Nizam Zachman baik itu bangunan gedung perusahaan atau bangunan gedung milik pemerintah yang memiliki luas minimal seperti yang disebutkan di atas harus memiliki sistem hidran dan smoke detector ini. Lain halnya dengan sprinkler. Sprinkler memang disyaratkan ke semua kelas bangunan termasuk lapangan parkir. Akan tetapi sprinkler benar-benar

50 diperlukan pada bangunan yang tinggi efektifnya lebih dari 14 m atau jumlah lantai lebih dari 4 lantai. Jadi setiap bangunan yang ada di lingkungan PPS Nizam Zachman yang memiliki tinggi 14 m atau jumlah lantai lebih dari 4 lantai harus memiliki sprinkler. 6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Analisis manajemen penanggulangan kebakaran bertujuan untuk melihat faktor apa yang paling mempengaruhi dalam manajemen penanggulangan kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ini. Analisis ini menggunakan diagram sebab akibat Ishikawa atau biasa disebut dengan diagram tulang ikan (Gambar 11). Diagram ini biasanya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara suatu efek (masalah) dengan penyebab potensialnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, studi literatur serta wawancara dengan petugas pemadam kebakaran secara umum dapat disimpulkan manajemen penanggulangan kebakaran itu dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu ; sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, penyebab potensial kebakaran, tata operasional, hingga organisasi penanggulangan kebakaran itu sendiri. Sumberdaya manusia yang menanggulangi kebakaran di setiap tempat kerja yang berbeda mempunyai kebutuhan jumlah dan komposisi keahlian personil yang berbeda. Sumberdaya manusia yang menanggulangi kebakaran di Tempat kerja di PPS Nizam Zachman terlihat masih kurang mencukupi baik dari segi jumlah maupun komposisi tingkat keahlian yang dimiliki oleh seorang yang mempunyai tugas menanggulangi kebakaran di tempat kerja mereka. Tidak hanya itu saja, terlihat sumberdaya manusia-khususnya para stakeholder-belum memberikan perhatian khusus mengenai Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di tempat kerja mereka dalam hal ini adalah di wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta. Akan tetapi jumlah dan komposisi tingkat keahlian personil unit penaggulangan kebakaran dengan lingkup PPS Nizam Zachman (Damkar-PB dan TB.Mina Antasena) dirasa sudah cukup memadai. Setiap bangunan industri harus mempunyai kelengkapan sarana prasarana standar penanggulangan kebakaran sendiri. Pada tempat kerja di wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta terlihat dari segi kelengkapan sarana dan prasarananya

51 misalnya masih kurang memadai dari apa yang telah ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. Lain halnya dengan sarana dan prasarana standar penanggulangan kebakaran di ruang lingkup yang lebih besar yang sudah mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana yang cukup baik. Tata operasional juga menjadi bagian yang penting karena ini mencakup pencegahan, pemadaman, pelaporan, dan sebagainya. Pencegahan misalnya, setiap tempat kerja harus mempunyai rencana strategis tindakan darurat kebakaran, standar operasional prosedur, pelatihan personil penanggulangan kebakaran, pemantauan berkala sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran,dan lain sebagainya. Pada kasus di PPS Nizam Zachman ternyata tata operasional unit penanggulangan kebakaran dengan lingkup PPS Nizam Zachman sudah baik. Hal ini masuk dalam tata operasional Damkar-PB dan TB.Mina Antasena. Akan tetapi, untuk di wilayah kerja yang lebih kecil hampir semua unit kerja tersebut belum mempunyai tata operasional penanggulangan bencana seperti yang disebutkan di atas. Kalaupun ada itu hanya berupa pelatihan personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja mereka. Sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, tata operasional tidak akan lengkap tanpa adanya pengorganisasian penanggulangan kebakaran di masingmasing tempat kerja. Pengorganisasian penanggulangan kebakaran ini terdiri dari tim (regu) yang dibentuk untuk menanggulangi kebakaran dan struktur organisasi regu penanggulangan kebakaran di masing-masing tempat kerja tersebut. Untuk hal ini lagi-lagi yang mempunyai organisasi regu penanggulangan kebakaran adalah hanya untuk yang lingkupnya PPS Nizam Zachman saja. Sedangkan, untuk yang lebih kecil lingkupnya sama halnya dengan tata operasional, ternyata hampir seluruh unit kerja di PPS Nizam Zachman tidak mempunyai pengorganisasian dalam hal penanggulangan kebakaran. Salah satu contohnya adalah, hampir seluruh sumberdaya yang mempunyai tugas menanggulangi kebakaran di perusahaan bukan merupakan petugas khusus yang mempunyai keterampilan khusus untuk menanggulangi kebakaran. Pada umumnya mereka hanya

52 merupakan petugas peran kebakaran yang mempunyai tugas utama sebagai mekanik atau security. Disamping itu yang perlu diperhatikan juga adalah potensi dan penyebab umum kebakaran yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta. Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan pengamatan yang dilakukan jika dilihat dari sumber penyebab umum kebakaran (listrik, kompor, mesin, bahan bakar, dll) maka hampir seluruh kawasan di PPS Nizam Zachman mempunyai potensi tersebut. Bisa dibayangkan jika terjadi kebakaran di area yang lebih dari 46.000 m2 dengan kapasitas produksi lebih dari 10.000 megaton/tahun tersebut pastinya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk mengurangi kerugian jiwa dan materil melalui Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) yang baik. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen penanggulangan kebakaran di tingkat PPS Nizam Zachman sudah cukup baik. Akan tetapi, untuk manajemen penanggulangan kebakaran dengan ruang lingkup yang lebih kecil yaitu di tingkat gedung dan unit kerja masih ada yang harus diperbaiki dan dioptimalkan kembali.

53 SDM Kurang Tata Operasional Tidak ada Organisasi Yang tidak ada Jumlah Pemeriksaan dan pemeliharaan Unit Khusus Kompetensi/ keahlian Pencegahan Pelaporan Pemadaman Kosleting listrik Struktur Organisasi Unit Khusus Manajemen Penanggulangan kebakaran belum optimal Jumlah/ kecukupan Kelengkapan Mesin Kompor Bahan bakar Sarana & Prasarana kurang memadai Potensi Penyebab Kebakaran banyak Gambar 11 Diagram Ishikawa manajemen penanggulangan kebakaran lingkup tempat kerja di PPS Nizam Zachman Jakarta 53