BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.2 Umum Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup (Stephens, 1985 dalam jurnal uberlin,2015 ). Menurut (Blake, 1975 dalam jurnal uberlin,2015), Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut adalah : 1. Kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik. 2. Keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya. 3. Biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis mungkin. Maksudnya adalah bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya. V - 1
Adapun fungsi bekisting adalah sebagai berikut : Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan. Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu : 1. Kualitas Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan(stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan. 1. 2. Keselamatan Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton. 3. Ekonomis Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik). Dalam pengerjaan bekisting, biasanya bekisting dapat digunakan secara berulang-ulang. V - 2
Menurut (Wigbout, di dalam Buku Pedoman Tentang Bekisting 1992), secara garis besar tipe dari bekisting dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Bekisting konvensional (Bekisting tradisional) Material utama bekisting konvensional adalah kayu. Kelebihan dari sistem konvensional ini adalah fleksibilitas yang tinggi. Sedangkan kekurangan dari bekisting konvensional adalah dalam pengerjaannya membutuhkan waktu yang relatif lama dan material bekisting yang harus dibeli ulang. Kekurangan bekisting konvensional adalah: Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor. Bentuknya tidak presisi. 1. 2. Bekisting Semi Modern Tipe bekisitng semi modern merupakan bekisting yang peralatan dan perlengkapannya menggunakan gabungan antara kayu dan bahan fabrikasi. Kelebihan dari bekisting ini adalah adanya penghematan biaya karena kayu bukan material utama pada bekisting jenis ini. Kayu hanya digunakan pada bagian tertentu menggunakan bahan plywood. 1. 2. 3. Bekisting Modern V - 3
Keseluruhan material yang digunakan pada sistem ini adalah material-material fabrikasi. Karena pemasangannya sudah sangat disederhanakan, segi kerja teknisnya pun sangat ringan. Akan tetapi, pembelian bekisting ini sangat mahal. Hal ini disebabkan karena bekisting modern ini menggunakan fiber yang memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber : Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting. Tidak berkarat. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan berair. Efisien secara biaya. Kualitas hasil yang lebih baik. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga 1000 kali. Tahan panas. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak, gampang untuk dibersihkan. V - 4
Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan cuaca. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan sangat ramah lingkungan. Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi owner dan perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan masyarakt luas, bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu dalam pelestarian lingkungan. 5.1.3 Perencanaan dan Pemasangan Bekisting Gambar 5.1 Perencanaan dan Pemasangan Bekisting Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban vertikal dan lateral/angin serta beban bergerak diatasnya atau beban-beban lain sesuai yang ditentukan di dalam peraturan pembebanan Indonesia. Lendutan maksimum permukaan bekisting adalah 1/400 bentang yang ditinjau. Struktur bekisting harus cukup kedap untuk mencegah hilang atau lolosnya adukan beton. Pada bagian sudut beton ekspose harus diberi pelat strip untuk membuat pojokan (bevel). V - 5
Kecuali jika ditentukan lain, pada bagian sudut bekisting lainnya tidak diperlukan pojokan. Pada perancah harus disiapkan alat-alat untuk penyetelan (wedges atau jacks) dan semua penurunan terjadi harus diperbaiki/diangkat selama proses pengecoran berlangsung. Bekisting harus diberi pengaku yang cukup terhadap defleksi lateral. Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus dibuat supaya memudahkan pembongkarannya sehubungan dengan adanya kemungkinan pengembangan bekisting tersebut. Bekisting harus didukung oleh sistem perancah sedemikian sehingga setiap kemungkinan pergerakan lateral maupun vertikal tidak dapat terjadi selama pengecoran. 5.1.4 Persiapan Material Bekisting Gambar 5.2 Persiapan Material Bekisting Semua permukaan bekisting dan material yang tertanam harus dibersihkan dari akumulasi mortar atau grout bekas pengecoran sebelumnya dan dari material asing lainnya sebelum beton dicor. Permukaan bekisting yang sudah cacat sehingga mempengaruhi kualitas permukaan beton tidak boleh dipergunakan lagi. Kecuali ditentukan lain, permukaan bekisting harus diperlakukan sebagai berikut : 1. Sebelum penempatan besi atau pengecoran beton, permukaan bekisting harus dilapisi dengan bahan yang mencegah penyerapan air, melekatnya beton pada V - 6
bekisting dan tidak mengotori permukaan beton. Dapat dipakai bahan release agent atau sealer atau nonabsorptive linier yang disetujui oleh direksi pengawas. 2. Sisa material pelapis tidak boleh menggenangi bekisting atau pada bagian beton yang sudah mengeras dimana beton baru akan dituangkan diatasnya. 5.1.5 Pembongkaran Bekisting Gambar 5.3 Pembongkaran Bekisting Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus segera dilepas sesudah beton dianggap cukup keras sehingga tidak rusak saat pembongkarannya. Bekisting kolom, dinding, sisi balok dan bagian lain yang tidak menahan berat sendiri beton dapat segera dilepas sesudah beton dianggap cukup keras sehingga tidak rusak pada saat pembongkaran bekistingnya. Bekisting dan perancah yang digunakan untuk memikul berat beton balok, pelat dan bagian struktur lainnya baru boleh dilepas setelah beton mencapai kekuatan 75% dari kekuatan beton yang dipersyaratkan. Pada saat bekisting dilepas, tidak boleh terjadi lendutan atau V - 7
distorsi yang berlebihan dan tidak menimbulkan kerusakan pada beton, baik karena pembongkaran perancah maupun karena proses pelepasan bekistingnya. 5.1.6 Material Untuk Bekisting 1. Bekisting Kolom Gambar 5.4 Bekisting Kolom Bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah. Gambar 5.4. merupakan contoh dari bekisting knock down pada pekerjaan kolom. 2. Bekisting Balok dan Pelat V - 8
Gambar 5.5 Bekisting Balok dan Pelat Bekisting dapat dibuat dari kayu, water proof-plywood atau material lain yang telah disetujui oleh direksi pengawas. Papan kayu yang digunakan tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari 25 mm. Tebal plywood tidak boleh kurang dari 12 mm. Cetakan harus dari bahan yang tidak merugikan terhadap bahan finishing yang akan dilekatkan pada beton demikian juga terhadap permukaan yang dihasilkannya. Penggunaan bahan-bahan tersebut harus dikerjakan secara seksama mengikuti petunjuk dari pabriknya dan tidak diperkenankan mengenai/berhubungan langsung dengan besi beton. 5.2 Pekerjaan Pembesian 5.2.1 Umum Pekerjaan pembesian yang dimaksudkan dalam hal ini, adalah pekerjaan pada pembuatan struktur beton bertulang. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan V - 9
asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya (SNI 03-2847 2002, Pasal 3.13 ). Beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya tekan sedangkan tulangan diperhitungkan memikul gaya tarik dan sebagian gaya tekan, selain itu ada gaya gaya lain yang dipikul oleh tulangan seperti, gaya puntir ( Torsi ), gaya geser dan lain lain. 5.2.2 Baja Tulangan Gambar 5.6 Besi Tulangan Menurut (SNI 03-2847-2002), tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang di batasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebut. Baja tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu Baja Tulangan Polos (BJTP) Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD) V - 10
Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16 (dengan Ø menyatakan simbol diameter polos). Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut BJTD-30). Mesikpun baja tulangan mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan, tetapi karena harganya yang mahal maka baja tulangan ini hanya diutamakan untuk menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang bekerja cukup ditahan oleh betonnya. 5.2.3 Pemasangan 1. Persiapan Pembersihan sebelum pengecoran beton, tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya. Pemilihan/ seleksi tulangan yang tidak memenuhi syarat harus ditolak darilapangan (Wawancara Proyek, 2017). 2. Pemasangan Tulangan V - 11
Gambar 5.7 Pemasangan Tulangan Pemasangan tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya(wawancara Proyek, 2017). Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penjaga jarak. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4buah setiap m 2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak iniharus tersebar merata. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan balok yang berbatasan. V - 12
5.3 Pengecoran Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana (Wawancara Proyek, 2017). Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut : Setiap pekerja harus memakai pakaian pelindung, sepatu safety, helm dan pelindung mata jika diperlukan. Ketepatan ukuran dan elevasi harus diperhatikan dan di check. Zona pengecoran harus direncanakan dan ukurannya ditentukan. Bekisting harus kuat dan instalasi M/E di bawah pelat atau balok, pastikan ini terpasang sebelum dicor. Ketika mengecor, hati-hati jangan sampai merusak atau merubah bekisting dan tulangan. Delay diakibatkan oleh cuaca panas atau angin yang kencang, sehingga beton mengeras lebih cepat. Juga diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman karena kurangnya perencanaan atau hal lain yang tidak bisa dihindari. Untuk mencegah delay maka tenaga kerja, peralatan dan cuaca dalam keadaan terkendali. Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan pelaksanaan cor. Jika terpaksa gunakanlah campuran air dan semen. V - 13
Cara pelaksanaan pengecoran sebagai berikut : Pengecoran elemen vertikal umumnya menggunakan alat bantu TC dan bucket cor sedangkan untuk elemen horizontal menggunakan alat bantu concrete mixer. Pada pengecoran pile cap yang berada pada elevasi ground floor, jika volume pengecoran kecil digunakan cara pengecoran langsung dari truck mixer. Pada volume pengecoran yang besar akan efektif menggunakan concrete pump. Khusus pada pengecoran bored pile, digunakan alat bantu TC dan bucket cor. Pada permukaan miring, pengecoran mulailah dari level terendah dan gunakanlah moncong untuk menaburkan beton di permukaan miring. Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi posisi akhir. Mulailah dari pojok bekisting. Selalu tuangkan beton baru langsung ke beton yang sudah lama. Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering, beton diaduk dengan baik, jika menjatuhkan beton secara vertikal jangan lebih dari 2 m. Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton memadat memenuhi bekisting. Pengecoran yang kami amati ketika di proyek adalah : Pengecoran pelat V - 14
Pengecoran Kolom dan Shear Wall Gambar 5.8 Pengecoran Pelat Gambar 5.9 Pengecoran Kolom dan Shear Wall 5.4 Perawatan Beton Perawatan beton atau dikenal sebagai proses curing ini dilakukan dengan menggunakan air yaitu dengan membasahi beton dua kali sehari selama seminggu (Wawancara Proyek, 2017). V - 15
Tujuan utama dari perawatan beton adalah : Menghindari beton mengalami kehilangan kadar air yang berlebihan Menjaga suhu dan kelembaban dari beton sendiri agar tidak terjadi retak V - 16