BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Zemool, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1991), hlm. 64. Nasional. 1 Mahmud Ahmad Sayyed, Mendidik Generasi Qur any, Terj. S. A.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa yang penting dalam kehidupan manusia. Pada masa ini mulai tumbuh rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu hal, baik yang dilihat maupun yang didengar. Mengingat pentingnya masa kanak-kanak, anak harus dibiasakan untuk mempelajari nilai-nilai moral. Penanaman pendidikan moral harus dilakukan sejak dini agar pendidikan moral tersebut tertanam dalam jiwa anak sehingga anak dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Kesuma 2012: 22) mendefinisikan moral sebagai kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya. Adisusilo (2013: 54) menjelaskan bahwa moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai manusia. Kesuma dkk (2012: 67) menjelaskan bahwa nilai-nilai moral seperti kejujujuran, ketidakmemihakan, toleransi, kehati-hatian, disiplin-diri, penolong, berbelas-kasih, kerjasama, keberanian, dan sehimpunan nilai demokratis adalah bentuk-bentuk dari menghargai orang dan pertanggungjawaban atau membantu dalam berbuat secara berharga dan bertanggungjawab. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem 1

2 Pendidikan Nasional Pasal 3 (dalam Barnawi dan M. Arifin 2012: 45) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut maka, dalam menanamkan nilai-nilai moral diperlukan kepedulian dari berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, sekolah maupun keluarga. Lickona (2013: 42) menyatakan bahwa orangtua adalah guru moral pertama anak-anak, pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama: anakanak berganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki satu orangtua sepanjang masa pertumbuhan. Purwanto (2006: 80) menyatakan bahwa pendidikan orangtua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Hal ini berarti orangtua seharusnya mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak bukan keinginan dan kesenangan mereka. Keluarga menjadi guru utama dalam penanaman nilai-nilai moral kepada anak sejak dini, karena peranan kedua orangtua dalam pendidikan sangat penting dalam mengajarkan anak untuk melakukan perbuatan yang terpuji dan menjauhkan anak dari perbuatan yang tidak terpuji serta orangtua

3 sebagai teladan dalam berperilaku anak. Lickona (2013: 42) menjelaskan bahwa seberapa baik orangtua mengajarkan anak-anak mereka meghormati orang yang memiliki otoritas juga memengaruhi pembentukan fondasi pertumbuhan moral mereka dimasa depan. Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri. Selanjutnya, pasal 26 ayat (1) menyebutkan, orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: (a) mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak; (b) menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya; dan (c) mencegah terjadinya perkawinan dini. Hal ini akan berjalan dengan baik ketika peran orangtua dapat dilaksanakan dengan maksimal dan akan sangat sulit ketika orangtua harus mendidik anak sebagai single parent karena memaksa orangtua tunggal berperan ganda untuk anak. Dalam pandangan tradisional, pengasuhan anak lebih dibebankan kepada ibu. Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan SERUNI Banyumas (2014: 33) menyebutkan bahwa pengasuhan adalah cara orangtua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak selama ia melewati proses pendewasaan, termasuk juga upaya penanaman norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Saat ini peran orangtua bersifat androgini, yakni ayah dan ibu memiliki peran dan fungsi yang sama dalam pengasuhan anak sehingga banyak ibu rumah tangga yang memutuskan untuk bekerja salah satunya dengan menjadi Tenaga Kerja

4 Wanita (TKW). TKW adalah sebutan untuk warga Negara Indonesia khususnya perempuan yang bekerja di luar negeri. Pada keluarga TKW tercipta lingkungan yang kurang kondusif dalam pembentukan perilaku moral anak karena fungsi ibu tidak dapat berjalan ideal meskipun peran ibu dapat digantikan oleh anggota keluarga lain seperti ayah, bibi atau nenek. Akibatnya, anak kurang mendapat perhatian dan kontrol atas perilaku yang dilakukan. Purwanto (2006: 82) mengemukakan bahwa pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Baik-buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di kemudian hari. Kabupaten Ponorogo menjadi salah satu Kabupaten dengan angkatan TKW yang cukup tinggi. Desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menjadi salah satu contohnya dengan mayoritas yang menjadi TKW adalah seorang ibu rumah tangga. Adapun negara yang menjadi tujuan utama para TKW adalah Hongkong, Singapura, dan Taiwan. Para perempuan tersebut pada umumnya bekerja pada sektor informal, seperti pembantu rumah tangga dan perawat bayi atau orang jompo. Mata pencaharian warga Desa Mojopitu mayoritas adalah sebagai petani yang sebagian besar diolah oleh laki-laki. Para wanita terlibat dalam pengolahan sawah ketika musim tanam padi dan musim panen padi. Hasil yang didapat dirasa kurang mencukupi kebutuhan keluarga sehingga banyak ibu rumah tangga yang memutuskan untuk mencari penghasilan ke luar negeri

5 dengan menjadi TKW dengan tujuan memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain faktor penghasilan, faktor lainnya adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di negeri sendiri (Indonesia). Keputusan menjadi TKW memberikan dampak terhadap keluarga yang ditinggalkan. Salah satu yang merasakan dampaknya adalah anak yang berada pada masa kanak-kanak hingga masa remaja. Pada masa kanak-kanak dibedakan menjadi dua tahap seperti yang dikemukakan oleh Durkheim (1990: 13) yakni Kita dapat membedakan dua tahap masa kanak-kanak. Tahap pertama hampir seluruhnya berlangsung dalam keluarga atau sekolah taman kanak-kanak, yang sebenarnya hanya merupakan perpanjangan peran keluarga. Tahap kedua berlangsung di sekolah dasar. Pada waktu itu anak mulai meninggalkan lingkungan keluarganya dan mulai memasuki lingkungan yang lebih luas. Tahap ini kita sebut tahap kanak-kanak kedua. Dalam pembicaraan mengenai pendidikan moral, kita akan memusatkan perhatian pada tahap kedua ini. Tahap ini sesungguhnya merupakan saat kritis dalam pembentukan sikap moral. Pada usia 7 tahun, seorang anak dihadapkan pada tuntutan baru sebagai siswa Sekolah Dasar (SD). Selain itu, seorang anak mulai tertarik terhadap aktivitas kelompok dan mencoba menjadi anggota dari suatu kelompok tertentu. Anak usia SD harus mendapat penjagaan dan bimbingan dalam perilaku serta tutur katanya karena anak cenderung lebih cepat mengadaptasi sesuatu yang dinilai keren untuk diucapkan. Hal tersebut menjadi tidak

6 masalah apabila yang diucapkan adalah hal-hal yang baik. Namun apabila yang diucapkan itu bersifat tidak enak untuk didengar telinga, termasuk katakata kotor, mengumpat, dan lain sejenisnya tentu akan membawa dampak yang tidak baik pada lingkungan, masyarakat, keluarga dan bahkan pada diri anak itu sendiri. Di desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa anak dari keluarga TKW usia SD yang tidak mau masuk sekolah apabila uang saku kurang atau terlambat bangun tidur dari biasanya. Pada saat bermain beberapa anak dari keluarga TKW didapati mengucapkan kata kotor. Hal ini menjadi sorotan karena anak usia 7-12 tahun sudah mempratekkan penyimpangan moral yang dilakukan dengan sengaja. Bahkan tidak jarang anak dari keluarga TKW ini berkelahi karena hal sepele. Meskipun demikian, tidak semua anak dari keluarga TKW berperilaku negatif. Ada pula anak dari keluarga TKW yang berperilaku baik, sopan, manis serta nurut terhadap nasihat orang tua. Perhatian dari orang tua tunggal (ayah) membuat anak merasa kehilangan salah satu figur teladan (ibu) yang seharusnya menjadi panutan dalam perilaku moral. Setiap hari anak hanya mendapatkan perhatian dari ayah dan anggota keluarga lainnya seperti kakek dan nenek. Kebutuhan hidup yang semakin banyak membuat seorang ibu rela meninggalkan anak dan bekerja ke luar negeri untuk membantu perekonomian keluarga. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang moral anak dengan judul Deskripsi Perilaku

7 Moral Anak TKW Usia 7-12 Tahun Studi Kasus di Desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo Tahun 2015. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan yaitu: 1. Bagaimana perilaku moral anak TKW usia 7-12 tahun di Desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo tahun 2015? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku moral anak TKW usia 7-12 tahun di Desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo tahun 2015? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perilaku moral anak TKW usia 7-12 tahun di Desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo tahun 2015. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku moral anak TKW usia 7-12 tahun di Desa Mojopitu Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo tahun 2015.

8 D. MANFAAT HASIL PENELITIAN Berdasarkan tujuan Penelitian di atas, maka manfaat penelitian sebagai berikut. 1. Bagi peneliti Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan serta untuk melengkapi keilmuan dalam bidang akademik dan penelitian. 2. Bagi Fakultas dan Jurusan Dari segi akademis sebagai literatur ilmiah yang diharapkan bermanfaat untuk menambah bahan referensi, bahan bacaan mahasiswa maupun sebagai bahan rujukan untuk penelitian lanjutan yang berkenaan dengan penelitian ini. 3. Bagi Orangtua dan Masyarakat Sebagai bahan masukan dan gambaran bagi orang tua dan masyarakat dalam mendidik anak agar berperilaku sesuai dengan aturan norma-norma yang berlaku dan tidak berperilaku yang berakibat sebagai penyimpangan moral.