BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sebagaimana Allah SWT mengutus

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN FRASE NOMINAL PADA KARANGAN SISWA KELAS 2 SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Sudut Baca. a. Pengertian Sudut Baca. Sudut baca merupakan sebuah tempat yang terletak di sudut

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. Adopratama, 2011, hal Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI NOVEL MELALUI TEKNIK PETA PIKIRAN BAGI SISWA KELAS XI DI SMAN I SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan latihan berkelanjutan. Sependapat dengan yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama, terutama di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari empat keterampilan berbahasa (skills). Dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dalam ajaran agama

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2.

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perintah untuk belajar, membaca, mengarang wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sebagaimana Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kepada nabi Muhammad SAW di Gua Hiro, yang tertulis di dalam Al Qur an Surat Al Alaq ayat 1-5. Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah (3), Yang mengajar (manusia dengan perantaraan kalam (4), Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5). Rasulullah SAW juga menjelaskan yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim, Artinya : Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Melihat, memahami perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW sekiranya ada keinginan untuk menambah dan semakin memperdalam ilmu pengetahuan. Pendidikan merupakan langkah awal bagi setiap manusia untuk mengetahui dan mengaplikasikan segala sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Melalui belajar manusia dididik untuk mempelajari sesuatu atau apapun yang belum diketahui hingga dapat berinteraksi secara baik di dalam suatu masyarakat. Bertitik tolak dari ayat tersebut di atas, kiranya perlu meneliti, melihat dan memahami segala sesuatu yang ada di lingkungan alam sekitar

2 manusia. Hal yang lebih spesifik perlu menelusuri bagaimana bisa belajar dengan mudah, khususnya dalam hal mengarang sebuah karangan cerita dari sebuah film, kemudian ditulis di dalam buku menjadi cerita yang utuh sesuai dengan apa yang dilihat. Dalam hal ini tidak mudah untuk menuangkan tulisan dengan apa yang dilihat, karena keterbatasan waktu, proses pengajaran yang kurang serius dan minat siswa untuk mengarang juga kurang, faktor penyajian guru dalam menjelaskan hanya ditekankan pada pemberian pengetahuan teori yang sering disajikan hanya informasi belaka. Kesempatan untuk mengarang, mengembangkan kemampuan sangat terbatas, disamping itu bimbingan guru juga sangat kurang. Situasi kurang menguntungkan ditunjukkan kurangnya buku-buku yang berkaitan dengan cara mengarang alur cerita yang benar. Beberapa masalah lain yaitu, adanya suatu anggapan bahwa nilai bagus adalah tolak ukur keberhasilan dalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya mengarang cerita. Seorang guru kadang kurang teliti setiap mengoreksi tugas yang diberikan kepada siswa sehingga potensi anak dalam mengarang tidak bisa tersalurkan. Kurangnya sarana dan prasarana dalam mengarang cerita juga disebabkan tidak adanya mading (majalah dinding), majalah sekolah atau hal-hal lain yang berkaitan dengan penampungan karya tulis berupa cerita. Kegiatan mengarang merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu. Oleh karena

3 itu pengajaran ketrampilan mengarang di sekolah merupakan sarana untuk melatih dan menjadikan siswa kreatif dalam mengarang. Melalui ketrampilan mengarang ini siswa dapat menceritakan kisah, menerangkan suatu kegiatan, dan berbagai rasa serta pikiran dengan menggunakan bahasa tulis. Berdasarkan sifatnya kegiatan mengarang merupakan cara berkomunikasi secara tidak langsung, dalam arti kegiatan berkomunikasi dengan tidak bertatap muka. Selain itu mengarang juga merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis dapat diartikan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21). Deporter (2002 : 179) mengartikan mennulis sebagai aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Adapun Akhadiah (2001 : 3) mengartikan sebagai aktivitas komunikasi bahasa dan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai mediannya. Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh tentang menulis, maka dapat diambil disimpulkan, bahwa menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan dari penulis kepada pembaca dengan menggunakan bahasa selain untuk menuangkan gagasan, kegiatan menulis juga dapat melatih seseorang menjadi lebih disiplin dalam berbahasa dan menjadi lebih

4 kreatif. Mengarang juga sebagai sarana untuk menggambarkan sesuatu yang telah dilihat, dirasakan dan diucapkan kedalam bentuk tulisan. Penulis yang baik harus dapat mengungkapkan dengan jelas tujuan yang ditulisnya sehingga penyampaian pesan kepada pembaca tercapai. Berkaitan dengan hal itu penulis dituntut untuk memusatkan perhatiannya pada hal yang akan ditulisnya sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Melalui mengarang seseorang diharapkan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya. Dalam kegiatan mengarang, bukan pengetahuan teori yang diperlukan, melainkan praktik mengarang itulah yang lebih penting. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan berguru dan berlatih. Berguru tidak berarti seseorang datang belajar pada seseorang guru. Sekarang ada cara berguru yang paling efektif, yaitu dengan jalan membaca. Begitu banyak bahan bacaan yang dapat dipergunakan untuk berguru. Majalah dan surat kabar adalah media berguru yang tidak ada habis-habisnya dan bermunculan setiap hari. Dengan banyak membaca otomatis siapa pun akan menjadi pandai (Nursisto 1999 : 21) Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan usaha pembinaan dan pengembangan pengajaran mengarang. Pembinaan dan pengembangan itu dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pengajaran mengarang sehingga mampu berfungsi sebagai sarana yang efektif dan efisien untuk membina siswa agar dapat memiliki pengetahuan, kepekaan emosional, imajinatif, dan estetik terhadap nilai-nilai artistik yang memujudkan dalam unsur-unsur

5 intrinsik yang signifikan dalam mengarang cerita, dan memiliki kemampuan dan keterampilan serta mampu menilai secara kritis unsur-unsur artistik tulisan. Selain fungsi tersebut, diharapkan pula agar pembinaan dan pengembangan pengajaran mengarang cerita itu dapat berfungsi sebagai sarana untuk mempertahankan dan memelihara sikap dan rasa serta mampu mengembangkan daya cipta kreatif sebagai salah satu bentuk hasil karya tulisan. Dengan demikian, usaha pembinaan dan pengembangan pengajaran mengarang cerita merupakan upaya menjadikan pengajaran mengarang menjadi efektif, efisien, dan bermutu tinggi. Akan tetapi, kenyataan yang kita dapat pengajaran mengarang di SMP masih belum memenuhi harapan tersebut. Pengajaran mengarang yang diterapkan dalam sekolahan pada dasarnya hanya menitikberatkan pada aspek pengetahuan, akibatnya siswa tidak kreatif mengembangkan kemampuannya. Keadaan ini tentu saja tidak dapat dipakai sebagai panutan atau tuntutan siswa untuk berkreasi dalam mengarang. Padahal yang dituntut dalam pengajaran mengarang tidak hanya sebatas pengetahuan tersebut selain itu siswa juga diharapkan mampu mengembangkan kemampuan mengarang cerita. Menurut pendapat Disick yang dikutip Fuady (1992 : 3), menggolongkanya sebagai tingkatan terakhir yang dapat dicapai dalam domain efektif yang pencapaianya memerlukan waktu yang sangat panjang serta proses berlangsung terus setelah pendidikan formal berakhir. Sehubungan dengan ini, kiranya dapat dipahami bahwa menulis cerita yang sempurna sukar dicapai di bangku pendidikan. Karena itu potensi yang dibina

6 dibangku pendidikan dapat dikatakan merupakan proses menuju potensi sebenarnya. Mengingat begitu besarnya peranan lembaga pendidikan terhadap kemampuan mengarang cerita siswa, kiranya sangat bijaksana bila guru selalu pengajar mengarang mamberi kesempatan berlatih pada siswa untuk berkarya, memberikan bimbingan dan arahan pada siswa, memperluas pengetahuan cara mengarang yang benar kepada siswa, dan melakukan usaha untuk penguasaan kosakata bahasa Indonesia siswa. Penguasaan mengarang dan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia, sangat dalam kegiatan mengarang cerita. Sebab kurangnya pengetahuan dan penguasaan kosakata bahasa Indonesia diprediksikan akan menyebabkan kemampuan mengarang cerita rendah. Siswa yang mempunyai pengetahuan mengarang tinggi dan menguasai kosakata bahasa Indonesia dengan baik dimungkinkan akan terampil dalam mengarang cerita. Demikian pula sebaliknya. Kiranya fenomena inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai Penggunaan Frase Nominal pada Karangan Siswa Kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong Tahun Pelajaran 2009/2010 B. Identifikasi Masalah Bertitik tolak dari uraian dalam latar belakang masalah diatas, penelitian dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Tekanan pengajaran mengarang cerita lebih banyak ditekankan pada pembinaan pengetahuan teori;

7 2. Guru sangat terbatas dalam memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan bakat mengarang cerita; 3. Guru masih kurang memberikan bimbingan pada siswa mengenai ketrampilan mengarang cerita yang baik; 4. Buku-buku tata cara mengarang sebagai penunjang pengajaran masih kurang; 5. Guru hanya memprioritaskan nilai dan pengajaran mengarang bukan pada pengetahuan dan praktik; 6. Guru kurang serius dalam menyampaikan pengajaran mengarang cerita; 7. Pengetahuan mengarang cerita yang benar dimiliki siswa masih rendah; 8. Kosakata bahasa Indonesia yang berkaitan dengan mengarang hanya sedikit yang dikuasai siswa. C. Pembatasan Masalah Mengingat terbatasnya waktu, kemampuan, biaya, dan penelitian ini agar lebih terarah, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada: 1. Penggunaan Frase Nominal Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal (M. Ramlan 1996 : 158). Persamaan itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran.

8 2. Karangan Kemampuan Mengarang Cerita adalah kemampuan siswa dalam menggauli, memahami, menghayati, menghargai dengan perasaan mendalam, dan keterlibatan secara mendalam terhadap cerita yang ditulis sehingga menumbuhkan sikap kritis dan menghargai apa yang dilihat dalam diri siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, yang akan diteliti atau dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami cerita yang dilihat ( unsur-unsur struktural cerita ). Mengarang adalah kemampuan dalam menuangkan tulisan berupa cerita dari hasil melihat, mendengar maupun yang dirasakan dari pengalaman pribadi. D. Perumusan Masalah Bertolak dari pembatas masalah yang diuraikan diatas, penelitian dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam menggunakan Frase Nominal kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong? 2. Ketepatan siswa dalam menggunakan Frase Nominal kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong? 3. Kesalahan siswa dalam mengunakan Frase Nominal kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui :

9 1. Kemampuan menggunakan Frase Nominal pada Karangan siswa kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong. 2. Ketepatan siswa dalam menggunakan Frase Nominal kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong? 3. Kesalahan dalam menggunakan Frase Nominal pada Karangan kelas 2 SMP Muhammadiyah 9 Gemolong. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis a. Sebagai sarana kajian penulis dalam menerapkan salah satu ketrampilan mengarang sebuah cerita lewat film. b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan mengarang yang benar di lembaga pendidikan. 2. Secara praktis a. Memberikan wawasan tentang ketrampilan mengarang cerita. Khususnya melihat film. b. Memberikan gambaran pada siswa dan guru bahwa penguasaan pengetahuan mengarang cerita mempengaruhi kemampuan mengarang cerita melihat film.