BAB 1 PENDAHULUAN. adalah distres psikologik atau distres emosional (Stuart, 2006).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB V PENUTUP. adalah sebesar 88%, berada pada interval 76% - 100% yang tergolong dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. diketahui serta diminati oleh konsumen dari berbagai kalangan masyarakat. konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus di perhatikan. Video game yang memiliki unsur kekerasan kini

BAB I 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja menurut Organisasi Kesegatan Dunia (WHO) adalah individu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang ini pendidikan memegang peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khulaimata Zalfa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis terus berlanjut sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Istilah lain gangguan mental emosional adalah distres psikologik atau distres emosional (Stuart, 2006). Gangguan mental emosional dan perilaku (MEB disorders) seperti depresi, masalah perilaku dan penyalahgunaan zat di antara anak-anak dan remaja meyebabkan beban yang berat bagi keluarga, bangsa dan diri mereka sendiri. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan faktor yang penting bagi masa depan dan kesejahteraan remaja. Empat belas sampai 20% remaja mengalami kelainan mental emosional dan perilak. Survey menunjukkan bahwa 50% dari seluruh kasus yang didiagnosa kelainan mental dimulai sejak usia 14 tahun dan tiga perempatnya dimulai sejak 24 tahun (Saam, 2013). Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi masalah mental dan emosional pada orang di Indonesia dengan usia di atas 15 tahun adalah 11,6%, masalah kesehatan mental dan emosional yang sering terkait dengan gangguan emosi, depresi, suka menentang dan gangguan prilaku. Jumlah 1

2 penduduk yang mengalami gangguan jiwa ringan sampai sedang mencapai 19 juta. Sementara yang mengalami gangguan jiwa berat sekitar satu juta orang Berbagai faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan resiko kelainan mental, emosional dan prilaku pada remaja antara lain kompensasi individu, keluarga, kualitas sekolah dan di level komunitas. Faktor-faktor tersebut cenderung memiliki efek kumulatif dimana faktor resiko yang besar meningkatkan kemungkinan dampak negative sedangkan sejumlah besar faktor protektif akan menurunkan kemungkinan terjadinya dampak negative (Stuart, 2006). Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi, remaja juga dihadapkan pada petugas-petugas yang berbeda dari pada masa kanak-kanak.dalam setiap fase perkembangan, termasuk fase remaja, individu dituntut untuk memenuhi tugastugas perkembangan yang mereka hadapi (Stuart, 2006). Salah satu tuntutan dan kewajiban yang harus dihadapi oleh para remaja adalah tuntutan di lingkungan sekolah.beberapa orang tua menginginkan untuk agar anaknya bisa bersekolah di pondok pesantren, dimana pondok pesantren merupakan pendidikan yang berbasis keagamaan dimana para remaja yang tinggal disana banyak dibekali dengan keagamaan yang kuat, di pondok pesantren darul ulum jombang contohnya.pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1885 oleh KH. Tamim Irsyat dibantu KH. Cholil. Pondok pesantren yang merupakan salah satu jalur pendidikan yang memiliki kekhususan dalam menjalankan pola

3 pendidikan. Terbatasnya hiburan di dalam pondok pesantren serta jauhnya siswa dari orangtua yang hanya bias bertemu saat libur saja sehingga dapat menyebabkan stresdan depresi pada siswa atau santri (Jusmiati et al, 2008). Kondisi lingkungan yang jauh dari keluarga serta padatnya jadwal di pondok pesantren yang harus diselesaikan sendiri, hal ini memicu terjadinya depresi yang ditandai seperti sering dikamar,jarang bergaul, lebih suka menyendiri, sering melamun terkadang menangis, sering tidak makan, diam, kurang merespon orang lain baik guru maupun teman, tidak mengikuti pelajaran di kelas atau tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak punya minat, tidak berpartisipasi dalam kelompok, perasaan rindu yang sangat terhadap rumah dan keluarga dan tidak mengerjakan tanggung jawabnya akan muncul ketika siswa tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya sehingga menyebabkan remaja mengalami gangguan mental emosional bahkan sampai berdampak pada tindakan bunuh diri (Karomah, 2014). Dari hasil studi kasus yang peneliti lakukan dalam 6 bulan belakangan ini di Pondok pesantren Darul Ulum jombang, sudah ada 2 remaja yang melakukan percobaan bunuh diri dengan sebab yang tidak jauh berbeda yaitu karena aturan dan larangan di pondok pesantren yang mereka langgar, karena masalah cinta dan juga karena faktor orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anaknya karena orang tua tersebut sudah percaya dengan pondok pesantren yang akan mendidik anak-anak mereka tersebut meskipun anak tersebut tidak bersedia untuk tinggal disana.

4 Dari latar belakang di atas, hasil studi pendahuluan Di Pondok Pesantren Darul Ulum pada tanggal 1 Maret 2014 maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan mental emosional remaja di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan bawha masalah penelitian adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan mental emosional remaja di Pondok pesantren Darul ulum jombang 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan mental emosional remaja di Pondok pesantren Darul ulum Jombang. 1.3.2 Tujuan khusus a. Mengidentifikasi faktor pendampingan orang tua yang mempengaruhi gangguan mental emosional pada remaja di pondok Pesantren Darul Ulum Jombang b. Mengidentifikasi faktor aktualisasi diri yang mempengaruhi gangguan mental emosional pada remaja di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. c. Mengidentifikasi faktor ketidakmampuan mengambil keputusan yang mempengaruhi gangguan mental emosional pada remaja di Pondok pesantren Darul ulum Jombang.

5 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitiana skripsi ini di antaranya sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan mental emosional remaja di Pondok pesantren Darul ulum Jombang 1.4.2 Manfaat bagi Pondok Pesantren Darul Ulum Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar bagi Pondok Pesantren Darul Ulum dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan mental emosional remaja di Pondok pesantren Darul ulum Jombang 1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber untuk penelitian selanjutnya, dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.