FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih


BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di seluruh dunia. DM juga disebut dengan penyakit kencing manis dapat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

* Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

Kedokteran Universitas Lampung

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

Hubungan Status gizi dengan kejadian Diabetes Melitus pada Lansia di PSTW Budhi Dharma Bekasi Tahun 2013 ABSTRAK. Nurul Asriah

USIA MENOPAUSE DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Miratu Megasari ABSTRAK Penyakit Diabetes Mellitus dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah. Diabetes mellitus pada lansia tahun 2013 berjumlah 528 kejadian dan ditahun 2014 mengalami penurunan menjadi 394 kejadian. Meskipun angka kejadiannya menurun tetapi penyakit diabetes mellitus masih termasuk 15 besar penyakit tertinggi di poli penyakit dalam RSUD Arifin Achmad. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jenis penelitian adalah Analitik Kuantitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUD Arifin Achmad pada tanggal 20 April 8 Mei 2016. Populasi dalam penelitian sebanyak 66 orang dengan teknik Sampling Aksidental. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dianalisa menggunakan uji statistic chi square. Diperoleh faktor yang berhubungan dengan diabetes mellitus pada lansia adalah riwayat keturunan ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 13,286), obesitas ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 11,200), pola makan ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 11,200), kurang aktivitas fisik ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 21, 000), sedangkan umur ( p value = 1,000 > 0,05), jenis kelamin ( p value = 0, 374 > 0,05) tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara riwayat keturunan, obesitas, pola makan dan kurang aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus. Kata Kunci : Faktor Faktor, Diabetes Mellitus, Lansia ABSTRACT Diabetes Mellitus is known as diabetes or blood sugar disease. Diabetes mellitus in the elderly in 2013 amounted to 528 events and in the year 2014 decreased to 394 events. Although the number of events decreased but still diabetes mellitus including the top 15 highest disease in poly illness in arifin achmad. Research aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the elderly at Arifin Achmad Hospital provincial Riau. This research is quantitative analytics. The location of research conducted at Arifin Achmad Hospital on April 20 to 8 May 2016. Population in the study of 66 people with aksidental. Date Sampling technique used in this study are primary date and secondary date were analyzed using chi square statistic test. Retrieved factors associated with diabetes mellitus in the elderly is a history of descent (p value = 0. 000 <0.05 OR = 13. 286), obesity (p value = 0. 000 <0.05 OR = 11. 200), diet (p value = 0. 000 <0.05 OR = 11. 200), lack of physical activity (p value = 0. 000 <0.05 OR = 21. 000), whereas age (p value = 1. 000 > 0. 05), gender (p value = 0.374 > 0. 05) had no significant relationship with the occurrence of diabetes mellitus in the elderly. The conclusion of this study was no significant association between a history of heredity, obesity, diet and lack of physical activity with the accurrence of diabetes mellitus. PENDAHULUAN Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.diabetes mellitus sering disebut penyakit kencing manis.diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapi gula darahnya dapat dikontrol. Diabetes terjadi karena kurangnya insulin, sementara insulin adalah suatu zat yang dihasilkan pankreas untuk mengola zat gula darah (glukosa) sehingga menjadi energi (Saraswati, 2013). 123

Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu Data dari internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan angka prevalensi Diabetes Mellitus di Amerika Serikat 8,3 %, di Cina 3,9 % dan di Malaysia sebagai Negara Indonesia 2006 di dapatkan prevalensi yang tinggi 14,9 %. Menurut WHO (World Health Organization) Indonesia menempati urutan ke 4. Jumlah penderita Diabetes Mellitus sejak tahun 2000 terus meningkat dan padat pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta orang. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan prevalensi Diabetes Mellitus di perkotaan mencapai 14,7 % dan 7,2 % terjadi di pedesaan. Berdasarkan data awal yang didapat dari RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru di Provinsi Riau. Lansia yang mengalami Diabetes Mellitus pada tahun 2013 jumlah lansia yang mengalami diabetes melitus berjumlah 528 orang. Dan pada tahun 2014 jumlah lansia yang mengalami Diabetes Melitus berjumlah 394 orang. Pada tahun 2015 jumlah lansia yang mengalami Diabetes Melitus berjumlah 66 orang. Mengalami penurunan pada tiap tahunnya walaupun demikian, diabetes melitus pada lansia masih termasuk 15 besar penyakit dalam yang berisiko di RSUD Arifin Achmad. Dengan demikian, diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan yang penting pada lansia. Itulah sebabnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pada Lansia. METODE Jenis penelitian Analitik Kuantitatif, dengan desain penelitian cross sectional(notoatmodjo, 2005) yaitu untuk melihat hubungan yang terjadi pada sebuah fenomena kejadian Diabetes Mellitus. penelitian dilaksanakan di RSUD Arifin Achmad pada tanggal 20 April 8 Mei 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berkunjung ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada tahun 2016 sebanyak 66 orang yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Sampling Aksidental. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariate dan analisis bivariate yang nantinya di uji dengan uji chi square (Notoatmodjo, 2005). HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisisunivariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan dari masing-masing variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil yang didapatkan akan dijadikan sebagai pembahasan. Hasil univariate terlihat dari tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Analisis Univariat dan Aanalisis Bivariat Variabel N % P value OR Usia 60 74 tahun 22 33,3 % 75 90 tahun 44 66,7 % Riwayat Keturunan Ada 34 51,5 % Tidak ada 32 48,5 % 0,000 13,286 Jenis Kelamin Laki-laki 32 48,5 % Perempuan 34 51,5 % Obesitas IMT < 25 26 39,4 % IMT 25 40 60,6 % 0,000 11,200 Pola Makan Baik 26 39,4 % Kurang Baik 40 60,6 % 0,000 11,200 124

Kurang Aktivitas fisik Beresiko 38 57,6 % Tidak beresiko 28 42,4 % 0,000 21, 000 Analisis Bivariat Dari tabel 1 dapat dilihat hasil uji bivariat didapatkan variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus yaitu riwayat keturunan ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 13,286), obesitas ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 11,200), pola makan ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 11,200), kurang aktivitas fisik ( p value = 0,000 < 0,05 OR = 21, 000), sedangkan umur ( p value = 1,000 > 0,05), jenis kelamin ( p value = 0, 374 > 0,05) tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia. PEMBAHASAN Usia Dari uji statistic Chi-Square dimana nilai p Value 1,000 (p- value lebih besar dari α ( 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia. Diabetes Melitus dapat menyerang warga penduduk dari berbagai lapisan, baik dari segi ekonomi rendah, menengah, atas, ada pula dari segi usia. Tua maupun muda dapat menjadi penderita DM. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin (Shahab,2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erniati (2013) dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan diabetes mellitus tipe 2 pada lanjut usia di pos pembinaan terpadu kelurahan cempaka putih jakarta, menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien berumur < 60 tahun 2 kali berisiko dari pada > 60 tahun untuk terkena diabetes mellitus. Hasil uji chi square diperoleh p = 0,558 (>α = 0,05) yang berarti bahwa usia tidak berhubungan kejadian Diabetes Mellitus. Riwayat Keturunan Dari uji statistic Chi-Square dimana nilai p Value 0,00 (p- value lebih kecil dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keturunan dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia. Teori menjelaskan bila salah satu orang tua terkena diabetes kemungkinan akan mempunyai risiko diabetes sebesar 40 %. Namun apabila kedua orang tua menderita diabetes kemungkinan akan lebih besar terkena diabetes menjadi 50 % (Tandra, 2008). Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukan oleh Pondiko (2013) dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus di poli penyakit dalam RSUD arifin achmad provinsi riau, diketahui bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus, memiliki risiko menderita Diabetes Mellitus 11 kali dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga Diabetes Mellitus, berarti ada hubungan yang bermakna antara riwayat keturunan Diabetes Mellitus dengan Kejadian Diabetes Mellitus. Jenis Kelamin Dari uji statistic Chi-Square dimana nilai p Value 0, 297 (p- value lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia. Teori juga menjelaskan bahwa diabetes mellitus dapat menyerang pria maupun wanita. Setiap hari penderita diabetes mellitus yang melakukan kontrol ke rumah sakit tidak pernah menurun. Jumlah penderita pria dan wanita nyaris sama, namun pada kasus yang disebabkan 125

Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu pola makan salah, jumlah penderita pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita, hal ini terjadi karena pola makan penderita tidak sehat (Soeryoko, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2010) dengan judul faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di RSUD sunan kalijaga demak menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian pada 76 responden yang terkena DM di RSUD Sunan Kalijaga, sebanyak 48 responden (65%) berjenis kelamin perempuan. Meskipun para pasien di rumah sakit tersebut didominasi oleh pasien perempuan, namun jenis kelamin ini secara nyata tidak berhubungan dengan terjadinya DM. Data yang diperoleh dari hasil pengecekan pasien di bagian laboratorium pemeriksaan sampel menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih mendominasi. Hasil uji chi square diperoleh p = 0,733 (>α = 0,05) yang berarti bahwa jenis kelamin tidak berhubungan kejadian DM. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa laki -laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk terkena DM. Obesitas Dari uji statistic Chi-Square dimana nilai p Value 0,00 (p- value lebih kecil dari α ( 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia. Teori menjelaskan bahwa pada orang obesitas, makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resistensi terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (Central Obesity). Lemak akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat di angkut kedalam sel dan menumpuk di dalam peredaran darah (Tandra, 2008). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yesi (2012) dengan judul hubungan faktor risiko diabetes mellitus dengan kejadian diabetes mellitus di desa Pangkalan Baru Kabupaten Kampar mengatakan orang yang obesitas beresiko terkena penyakit diabetes mellitus sebesar 2,8 kali lebih besar dari pada orang yang tidak obesitas. Pola Makan Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan bermakna antara pola makan dengan diabetes mellitus pada lansia. Dimana dari 66 responden yang pola makan kurang baik sebanyak 40 orang (60,6 %). Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan p value = 0,000 lebih kecildari α = 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan diabetes mellitus pada lansia. Dengan OR = 11, 200 ini berarti orang yang pola makan kurang baik mempunyai risiko 11 kali terkena penyakit diabetes mellitus lebih besar dari orang yang pola makannya baik. Teori menjelaskan bahwa pola makan yang kurang baik yaitu pola makan yang tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi secara berulang atau dalam jangka waktu lama serta dalam jumlah yang banyak dapat mempengaruhi terjadinya resistensi insulin yang berakibat pada gangguan kadar glukosa darah (Sutanto, 2010). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2011) Semarang dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2, bahwa orang yang pola makan yang kurang baik mempunyai risiko terkena penyakit diabetes mellitus sebesar 1, 75 kali lebih besar dari pada orang yang pola makannya baik. Kurang Aktivitas Fisik Dari hasil penelitian diketahui terdapat hubungan bermakna antara kurang aktivitas fisik dengan diabetes mellitus pada lansia. Dimana dari 66 Responden yang tidak beresiko sebanyak 28 orang (42, 4 %), sedangkan yang beresiko sebanyak 38 orang (57,6 %). Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan p value = 0,000 lebih kecildari α = 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kurang aktivitas fisik dengan diabetes mellitus pada lansia. Dengan OR = 21,000 ini berarti orang yang kurang aktivitas fisik mempunyai risiko 21 126

kali terkena penyakit diabetes mellitus lebih besar dari orang yang rutin melakukan aktivitas fisik. Teori menjelaskan bahwa Pada saat tubuh melakukan aktivitas atau gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumlah gula dalam tubuh akan berkurang, dan dengan demikian kebutuhan akan hormon insulin juga berkurang. Pada orang yang kurang gerak dan jarang berolahraga, proses pengubahan zat makanan menjadi lemak dan gula, memerlukan hormon insulin, jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus (Saraswati, 2013). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Wicaksono (2011) di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2, diketahui kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus. Terdapat hubungan yang bermakna antara kurang aktivitas fisik dengan kejadian Diabetes Mellitus. Orang yang memiliki aktivitas fisik kurang beresiko 3 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus dibandingkan dengan orang yang memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan di Puskesmas Kota Cilegon, orang yang memiliki aktivitas fisik kurang berisiko 2 kali lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus dibandingkan dengan orang yang memiliki aktivitas fisik cukup. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia adalah riwayat keturunan dengan nilai p value = 0,000 < 0,05 OR = 13,286, obesitas dengan nilai p value = 0,000 < 0,05 OR = 11,200, pola makan dengan nilai p value = 0,000 < 0,05 OR = 11,200, dan kurang aktivitas fisik dengan nilai p value = 0,000 < 0,05 OR = 21, 000, sedangkan umur dengan nilai p value = 1,000 > 0,05 dan jenis kelamin dengan nilai p value = 0, 374 > 0,05 berarti tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada lansia di Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016. SARAN Bagi pihak RSUD Arifin Achmad diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas gizi untuk memberikan konseling gizi dan senam lansia bagi pasien Diabetes Mellitus khususnya tentang pentingnya memperhatikan faktor faktor pemicu yang dapat diubah seperti Obesitas, Pola Makan, dankurang aktivitas fisik karena obesitas, pola makan, dan kurang aktivitas fisik salah satu faktor pemicu penyakit Diabetes Mellitus. DAFTAR PUSTAKA Bilous Dr. Ruby W, 2008. Bimbingan Dokter Pada Diabetes, Jakarta : Dian Rakyat Ramaiah, Savitri, 2008. Diabetes : Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksinya Sejak Dini. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Saraswati Neyla Putri, 2013. Terapi 7 Penyakit Paling Berbahaya Dengan 12 Buah Paling Berkhasiat, Yogyakarta : IN Azna Books Sarwono, dkk, 2004. Pedoman Diet Diabets Mellitus, Jakarta : Balai Penerbit FKUI Suryo Joko, 2009. Rahasia Herbal Penyembuhan Diabetes, Yogyakarta : B First. Tandra Hans, 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes Tanya Jawab Lengkap Dengan Ahlinya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Wahdah, dr Nurul, 2011. Menaklukan Hipertensi & Diabetes, Yogyakarta : MultiPress. Notoatmodjo, Soekdjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. 127