11 6. Wayang Madya Wayang Madya diciptakan pada waktu Pangerarn Adipati Mangkunegoro IV (1853-1881) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu kesatuan yang berangkai serta disesuaikan dengan sejarah Jawa sejak beberapa abad yang lalu sampai masuknya agama Islam di Jawa dan diolah secara kronologis. Semula Sri Mangkunegoro IV menerima buku Sera Pustaka Madya dan Serat Witaradya dari Raden Ngabehi Ronggo Warsito pada tahun 1870. Buku tersebut berisikan cerita riwayat Prabu Aji Pamasa dari negeri Mamenang di Kediri, yang kemudian kerajaan itu pindah ke Pengging atau disebut Pengging Witaradya. Kesimpulannya, buku tersebut berkaitan dengan buku Serat Pustaka Raja Purwa yang menceriakan riwayat dewa-dewa, riwayat para Pandawa sampai akhir perang Bratayuda. Lalu timbullah gagasan Sri Mangkunegoro IV untuk membuat jenis wayang baru, yang dapat menyambung zaman Purwa dengan zama Jenggala dengan cerita-cerita Panji. Dari gagasan tersebut terciptalah jenis wayang baru yang disebur wayang Madya (Sejarah dan Perkembangan Wayang,1988,p95). Gambar 2.6 Wayang Madya Sumber dari Buku Sejarah Wayang Purwa
12 7. Wayang Wahyu Wayang Wahyu adalah wayang yang menceritakan tentang kisah-kisah agama Nasrani. Wayang ini diciptakan oleh Temotheus Marji Subroto pada bulan Desember 1960. Ceritanya diambil dari kitab-kitab Perjanjian Lama dan Baru. Tokoh-tokohnya berjumlah 225 tokoh pria dan wanita. Menurut Lucia Subanto, seorang pendalang wayang, mendalang wayang kulit Purwa lebih mudah daripada wayang Wahyu, karena untuk pergelaran wayang Wahyu harus lebih berhati-hati mengingat cerita yang dibawakannya berkaitan dengan agama (Sejarah dan Perkembangan Wayang,1988,p118). Gambar 2.7 Wayang Purwa Sumber dari Museum Wayang
13 8. Wayang Revolusi Wayang Revolusi muncul saat terjadi Revolusi di indonesia. Wayang Revolusi menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau. Dalam Wayang Revolusi, tokoh-tokoh yang sering ditampilkan seperti Bung Karno, dan para pasukan Belanda (Sumber Museum Wayang). Gambar2. 8 Wayang Revolusi Sumber dari Museum Wayang
14 9. Wayang Kancil Wayang Kancil diciptakan oleh Bo Liem dan pembuatnya Lie Too Hien (1925 ) untuk media pendidikan. Wayang ini berbentuk binatang-binatang seperti : Gajah, macan, buaya, ular, burung dan lain -lain yang berkaitan dengan dongeng kancil yang diambil dari Serat Kancil Kridomartono karangan Panji Notoroto atau dari karangan Raden Sastrowijoyo (Sumber Museum Wayang). Gambar 2. 9 Wayang Kancil Sumber dari Museum Wayang
15 10. Wayang Potehi Wayang Potehi adalah wayang yang berasal dari Cina, tetapi juga berkembang di Indonesia.Biasanya wayang ini dimainkan di depan kelenteng atau vihara oleh orang Tionghua. Cerita yang dibawakan adalah cerita-cerita rakyat di Cina, seperti Sam Pek Eng Tai, Sam Kok, Kera Sakti dan lain-lain (Sumber Museum Wayang). Gambar 2.10 Wayang Purwa Sumber dari http://www.google.co.id/
16 2.2 HASIL SURVEI DI MUSEUM WAYANG Gambar 2.11 Wayang Purwa Sumber dari Museum Wayang Museum Wayang terletak di Jl. Pintu Besar Barat 27 Jakarta Pusat. Museum ini memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Tiongkok dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Terdapat juga koleksi topeng-topeng dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Cirebon, Bali, Madura, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawab Barat dll. Adapun hasil wawancara dengan kepala dan staf museum wayang, didapatkan datadata mengenai koleksi-koleksi wayang di museum dan pendapat pengamat mengenai perkembangan wayang di Indonesia. Jenis-jenis wayang di museum tersebut tidak hanya
dari dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri, seperti puppet asal Eropa, India, wayang Potehi asal Cina, juga wayang-wayang asal Thailand, Malaysia dan sebagainya. 17 Pak Supryono, seorang staf museum yang sedang membuat buku ensikolopedia koleksi wayang di museum wayang Jakarta, menyebutkan bahwa perkembangan wayang di indonesia up to date (mengikuti zaman), karena wayang mengikuti tata krama dan adat istiadat yang ada di masyarakat. Masalahnya sekarang ini wayang kurang diminati generasi muda. Menurut beliau hal ini dikarenakan adanya budaya luar yang masuk melalui media-media cetak dan elektronik. Selain itu juga dikarenakan adanya keterbatasan bahasa, dimana dalam pertunjukan wayang yang dipakai adalah bahasa Jawa. Dan juga ada faktor pendidikan dalam rumah oleh orang tua yang kurang mendukung anak-anaknya untuk mempelajari tentang wayang dan kebudayaan lokal. Menurut Pak Budi, kepala museum wayang, wayang masih diminati masyrakat sampai sekarang. Hal ini dilihat dari banyaknya jumlah orang yang datang saat diadakan pertunjukan wayang di depan museum. Menurut beliau, anak-anak sekarang juga masih meminati wayang, tetapi hanya sebagian. Kebanyakan adalah yang sekolahnya lebih elit, yang mana sekolahnya menyediakan kurikulum khusus untuk wayang, sehingga anakanak dapat mengenal dan mempelajari wayang serta mempertunjukkannya.
18 2.3 ANALISA SWOT Strength - Wayang adalah kebudayaan unik negara kita dan masih diminati masyrakat. Wayang masih bersifat exotic artinya belum terlalu dalam dijamah masyrakat, sehingga masih dapat digali dan diexplore lebih dalam. - Visual dan ceritanya begitu kuat menggambarkan sejarah dan keadaan tanah air - Akrab dengan kehidupan masyarakat, karena cerita dan karakter wayang menggambarkan keadaan yang terjadi sehari-hari, begitu juga dengan sifat-sifat manusianya, sehingga mudah dicerna masyarakat - Target dalam pembuatan buku ini adalah anak-anak. Anak-anak umumnya sangat teliti dengan visual dan mempunyai memori yang kuat, sehingga adalah lebih baik mengenalkan dan mengajarkan sesuatu dimulai sejak dini. - Menampilkan buku Pop Up merupakan metode baru yang unik dan prospektif untuk menyebarluaskan budaya wayang, karena buku pop up sifatnya interaktif sehingga anak-anak tidak akan merasa bosan. Weakness - Telah bergesernya nilai apresiasi kebudayaan saat ini, dimana generasi muda saat ini lebih menyukai budaya-budaya luar daripada kebudayaan lokal. - Wayang kerap memakai bahasa Jawa, sehingga kurang dimengerti masyarakat. - Wayang dianggap kuno dan terkesan buat orang dewasa daripada anak-anak. - Pendidikan di rumah dan sekolah jarang memperkenalkan tentang kebudayaan lokal.