Perda No. 14/1998 tentang Pendirian Perusahaan Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Gol. C Kab.Magelang.

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 30 TAHUN 1982 Seri D Nomor 26

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH WAHANA RAHARJA PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 98 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABU PATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SWATANTRA KABUPATEN BULELENG

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1969;

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1968 TENTANG BANK DAGANG NEGARA DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1984 TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN BADAN PIMPINAN UMUM PERUSAHAAN DAGANG NEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN TENTANG BANK PEMBANGUNAN PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1963 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PERTANIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 17 TAHUN 1968 (17/1968) Tanggal: 18 DESEMBER 1968 (JAKARTA) Sumber: LN 1968/70; TLN NO. 2870

PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA "BINA KARYA" Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1962 Tanggal 13 Nopember 1962 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARI AH RENGGALI KABUPATEN ACEH TENGAH

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BULELENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 27 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 18 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1985 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 15

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Menimbang : Mengingat :

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1985 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SANG HYANG SERI. Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1963 TENTANG PENDIRIAN BADAN PIMPINAN UMUM PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA ANEKA TANAMAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA SEMEN PADANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PETRO PRABU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA "PEMBANGUNAN PERUMAHAN" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1972 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 1998 T E N T A N G PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II MAGELANG Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah di Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang, sesuai dengan kebijaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab perlu digali usaha-usaha daerah guna menunjang kegiatan pembangunan tersebut dengan memanfaatkan potensi pembangunan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat ; b. bahwa potensi tambang Bahan Galian Golongan C yang ada di Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang merupakan sumber pendapat daerah yang dewasa ini belum dikelola secara intensif; c. bahwa untuk pengusahaan tambang tersebut perlu didirikan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dituangkan dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 13 Tahun tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) ; 2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) ; 3. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) ; 4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 197 Nomor 68) ; 5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang Undang tentang Kepailitan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 87) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang ke Kecamata Mungkid di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 36) ;

2 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai berlakunya Undang Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari hal pembentukan daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah istimewa Yogyakarta ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Daerah Tingkat II (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 33487) ; 9. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 11 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Materiil Daerah ; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah ; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 536-666 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi dan Badan Pengawas Perusahaan Daerah ; 12. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1994 tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Daerah Nomor 3 Tahun 1995 Seri D Nomor 1) 13. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Nomor 5 Tahun 1976 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Darah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang; b. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati kepala Daerah Tingkat II Magelang ; c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; d. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; e. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah ; f. Direksi adalah perangkat Perusahaan Daerah yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa Direktur Perusahaan Daerah ;

3 g. Direktur Utama adalah yang mengkoordinir Direktur dalam suatu Perusahaan ; h. Direktur adalah pejabat yang membidangi salah satu fungsi tugas Perusahaan Daerah ; i. Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ; j. Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian Golongan C sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1994. BAB II KETENTUAN PENDIRIAN Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Daerah ini didirikan Perusahaan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. (2) Perusahaan Daerah adalah milik Pemerintah Daerah dan merupakan Badan Hukum yang melakukan tugas dan usaha berdasarkan Peraturan Daerah ini. (3) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini terhadap Perusahaan Daerah berlaku hukum di Indonesia. BAB III NAMA DAN KEDUDUKAN Pasal 3 (1) Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini disebut dengan nama Perusahaan Daerah Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C. (2) Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berkedudukan / berkantor di Kota Mungkid dan dapat membuka Kantor Perwakilan / Cabang di tempat lain. BAB IV TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 4 (1) Perusahaan Daerah sebagai suatu Badan usaha diselenggarakan dalam kesatuan sistim pembinaan ekonomi berdasarkan Pancasila yang menjamin kelangsungan Demokrasi ekonomi dan berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (2) Tugas pokok Perusahaan Daerah adalah mengusahakan pertambangan Bahan Galian Golongan C untuk meningkatkan Pendapatan Daerah dan Kesejahteraan masyarakat. (3) Dalam melaksanakan tugas pokok Perusahaan Daerah melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Mengusahakan penambangan Bahan Galian Golongan C meliputi Eksplorasi, eksploitasi, pengangkutan, pengolahan / pemurnian dan penjualan ; b. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

4 BAB V M O D A L Pasal 5 (1) Modal Perusahaan Daerah terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan Daerah yang dipisahkan. (2) Sebagai modal awal Perusahaan Daerah sebesar Rp. 37.000.000,- (tiga puluh tujuh juta rupiah). (3) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat ditambah setiap tahun sesuai dengan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 6 (1) Selain modal sebagaimana dimaksud pada pasal 5 peraturan Daerah ini, maka penyertaan modal pihak ketiga dimungkinkan dengan memperhatikan ketentuan bahwa mayoritas modal Perusahaan dimiliki oleh Pemerintah Daerah. (2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dituangkan dalam Perjanjian sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 7 Perusahaan Daerah membentuk Cadangan Umum yang dipergunakan untuk menutup kerugian yang disebabkan karena pengelolaan maupun sebab lain yang mungkin diderita terhadap milik Perusahaan Daerah. Pasal 8 Perusahaan Daerah membentuk Cadangan Tujuan, sesuai Pasal 22 ayat (6) huruf b Peraturan Daerah ini. BAB VI D I R E K S I Pasal 9 (1) Perusahaan Daerah dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri dari Direktur Utama yang dibantu oleh sedikit-dikitnya 2 (dua) orang Direktur. (2) Direksi bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah. (3) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah. (4) Sebelum dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah tentang Pengangkatan anggota Direksi terlebih dahulu dimintakan persetujuan prinsip kepada Gubernur. (5) Pengangakatan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini berlaku selama-lamanya 4 (empat) tahun dan setelah waktu itu berakhir Direksi dapat diangkat kembali hanya untuk 1 (satu) kali jabatan berikutnya. (6) Sebelum menjalankan tugas, Direksi dilantik dan diambil sumpah oleh Bupati kepala Daerah. (7) Apabila terdapat lowongan keanggotaan Direksi dapat diangkat penggantinya dengan memenuhi syarat pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini.

5 Pasal 10 (1) Anggota Direksi berhenti karena : a. Meninggal dunia ; b. Berakhir masa jabatannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4) Peraturan Daerah. (2) Anggota Direksi dapat diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah karena : a. Permintaan sendiri. b. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan wajar. c. Tindakan atau sikap yang bertentangan dengan pemerintah daerah maupun negara. d. Tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah. (3) Dalam hal-hal dimana diduga terdapat tuduhan tersebut dalam ayat (2) huruf c dan d Pasal ini, anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara dari tugasnya oleh Bupati Kepala Daerah dan diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasan yang menyebabkan tindakan tersebut. (4) Anggota Direksi yang dikenakan pemberhentian sementara diberi kesempatan untuk membela diri, yang harus dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu tentang maksud pemberhentiannya itu oleh Bupati Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini. (5) Jika dalam waktu 3 (tiga) bulan sesudah pemberhentian sementara dijatuhkan belum ada dkeputusan mengenai pemberhentian anggota Direksi berdasarkan ayat (3) pasal ini maka pemberhentian sementara menjadi batal dan anggota Direksi yang bersangkutan dapat segera menjalankan tugas sesuai jabatannya, kecuali bilamana untuk keputusan pemberhentian tersebut diperlukan keputusan pengadilan dan hal itu harus diberitahukan kepada yang bersangkutan. (6) Apabila pelanggaran sebagaimana tersebut dalam ayat (2) huruf b s/d. d Pasal ini merupakan suatu tindak pidana, maka pemberhentian itu akan merupakan pemberhentian tidak hormat. Pasal 11 (1) Antara anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga menurut garis lurus maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar. (2) Jika sesudah pengangkatan ternyata mereka masuk hubungan keluarga yang terlarang, maka salah satu tidak boleh melanjutkan jabatannya. (3) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. (4) Anggota Direksi tidak dapat merangkap jabatan lain kecuali dengan persetujuan Bupati Kepala Daerah. Pasal 12 (1) Direksi mewakili Perusahaan Daerah di dalam dan di luar Pengadilan. (2) Direksi dapat memberi kuasa kepada seorang atau beberapa orang Direktur yang khusus ditunjuk untuk itu atau kepada seorang / beberapa orang pegawai perusahaan Daerah baik sendiri maupun bersama-sama atau kepada orang / badan lain untuk mewakilinya di dalam dan di luar pengadilan. BAB VII PENGAWASAN Pasal 13 (1) Direksi berada di bawah pengawasan Badan Pengawas.

6 (2) Badan Pengawas terdiri sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyak-banyaknya lima orang anggota yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah. (3) Bupati Kepala Daerah menjabat Ketua merangkap anggota Badan Pengawas. (4) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini untuk waktu selama-lamanya 3 (tiga) tahun, setelah waktu tersebut berakhir, anggota yang bersangkutan dapat diangkat kembali untuk 2 (dua) kali masa jabatan berikutnya. (5) Anggota Badan Pengawas adalah Warga Negara Indonesia yang memiliki keahlian, kecakapan serta akhlak dan moral yang baik. (6) Antara sesama anggota Badan Pengawas dan antara Badan Pengawas dengan Anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar. (7) Apabila seseorang anggota badan Pengawas sesudah pengangkatan ada hubungan keluarga yang terlarang dengan seorang anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) Pasal ini, maka pengangkatannya dicabut. Pasal 14 (1) Badan Pengawas dalam batas-batas wewenangnya mengawasi dan menjaga supaya ketentuanketentuan untuk mengatur dan mengurus Perusahaan Daerah ditaati. (2) Ketua / anggota Badan Pengawas baik bersama-sama atau sendiri-sendiri berhak meminta keterangan dan meminta segenap buku-buku dan surat-surat yang dipandang perlu untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya. (3) Direksi wajib memberikan segala penjelasan yang diperlukan. Pasal 15 (1) Badan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 4 bulan sekali atau setiap saat apabila seseorang anggota Badan Pengawas menganggap perlu untuk membicarakan segala hal mengenai kepentingan pengawasan pertambangan bahan galian golongan C. (2) Keputusan Badan Pengawas diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat. (3) Badan Pengawas menetapkan tata tertib tugas pekerjaan antara anggota Badan Pengawas dengan pengesahan Bupati kepala Daerah. (4) Ketua dan Anggota Badan Pengawas menerima honorarium setiap bulan yang besarnya ditetapkan sesuai ketentuan pokok Kepegawaian yang berlaku. (5) Segala biaya-biaya rapat, uang transport serta biaya lainnya yang diperlukan untuk kepentingan pengawasan Perusahaan Daerah dibebankan pada Perusahaan Daerah. (1) Anggota Badan pengawas berhenti karena : Pasal 16 a. Meninggal Dunia ; b. Berakhir masa jabatannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (4) Peraturan Daerah ini. (2) Anggota Badan Pengawas dapat diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah karena : a. Permintaan sendiri. b. Melakukan sesuatu atau sikap merugikand Perusahaan Daerah. c. Sesuatu yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugas secara wajar.

7 BAB VIII KEPEGAWAIAN Pasal 17 (1) Kedudukan hukum pegawai, gaji, pensiun bagi Direksi dan Pegawai / Pekerja Perusahaan, diatur berdasarkan ketentuan pokok kepegawaian dan Peraturan gaji Pegawai Daerah yang berlaku. (2) Tunjangan lain bagi Direksi dan Pegawai / Pekerja Perusahaan Daerah diatur oleh Direksi dengan persetujuan Bupati Kepala Daerah. (3) Direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai / Pekerja Perusahaan menurut peraturan pokok Kepegawaian yang berlaku, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Bupati Kepala Daerah. BAB IX ANGGARAN DAN RENCANA KERJA Pasal 18 (1) Tiap-tiap tahun selambat-lambatnya akhir bulan Desember Direksi menyampaikan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja serta Rencana Kerja Perusahaan Daerah untuk tahun buku baru kepada Bupati Kepala Daerah. (2) Bupati Kepala Daerah mengesahkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja serta Rencana Kerja Perusahaan Daerah untuk Tahun buku baru setelah mendapat pertimbangan Badan Pengawas. (3) Apabila sampai permulaan tahun buku baru Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja serta rencana Kerja Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini belum disahkan, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja serta Rencana Kerja Perusahaan Daerah tersebut berlaku sepenuhnya. (4) Setiap perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja serta Rencana Kerja Perusahaan Daerah yang terjadi dalam tahun buku yang bersangkutan harus disahkan kepada Bupati Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan dari Badan Pengawas. (5) Setelah tahun buku berakhir selambat-lambatnya 3 bulan Direksi menyampaikan pertanggung jawaban kepada Bupati Kepala Daerah dan Badan Pengawas atas pelaksanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja serta Rencana Kerja Perusahaan Daerah dari tahun buku yang telah berakhir. (6) Bupati Kepala Daerah mengesahkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja serta Rencana Kerja Perusahaan Daerah setelah mendengar pertimbangan dari Badan Pengawas. (7) Untuk mencapai target yang ditentukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan Daerah, dapat diadakan perjanjian kerja sama operasional dengan pihak ketiga yang pelaksanaannya harus disahkan terlebih dahulu oleh Bupati kepala Daerah. BAB X PENGELOLAAN BARANG PERUSAHAAN DAERAH Pasal 19 Pengelolaan barang Perusahaan Daerah harus berpedoman pada Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8 Pasal 20 (1) Direksi dengan kuasa Bupati Kepala Daerah berwenang dan bertanggung jawab dalam mengendalikan dan membina pengelolaan barang perusahaan Daerah. (2) Direksi dimaksud ayat (1) Pasal ini, berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi penggunaan dan perawatan barang dalam lingkungan Perusahaan Daerah dan unitunitnya. Pasal 21 (1) Setiap barang yang sudah rusak, hilang atau tidak efisien lagi untuk kepentingan Perusahaan Daerah dapat dihapus dari Daftar Inventaris. (2) Direksi mengusulkan kepada Bupati Kepala Daerah barang-barang yang akan dihapus melalui Badan pengawas mengenai jenis, jumlah, nama, harga, dan lokasi barang dengan disertai alasanalasan yang jelas. (3) Penghapusan barang-barang dimaksud ayat (1) Pasal ini, harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Bupati Kepala Daerah. (4) Tata cara dan pelaksanaan penghapusan barang dimaksud ayat (1) Pasal ini harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XI PERHITUNGAN TAHUNAN Pasal 22 (1) Tahun Buku Perusahaan Daerah ditetapkan 1 Januari sampai 31 Desember. (2) Perusahaan Daerah setiap tahun diaudit oleh akuntan publik. (3) Selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun buku, Direksi menyusun perhitungan tahunan terutama Neraca dan Perhitungan Rugi Laba setelah disetujui oleh Badan Pengawas selanjutnya dikirim kepada Bupati kepala Daerah untuk mendapatkan pengesahan. (4) Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah dikirim atau diterima perhitungan tahunan, Bupati Kepala Daerah tidak menyatakan keberatan secara tertulis maka perhitungan tahunan itu dengan sendirinya dianggap telah disahkan. (5) Neraca dan Perhitungan Rugi Laba yang telah disahkan sebagaimana ayat (2) pasal ini memberikan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi. (6) Laba Perusahaan Daerah yang modal seluruhnya terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan dan disahkan, setelah dikurangi Pajak dan cadangan umum dibagi sebagai berikut : a. 55% disetor ke Kas Daerah sebagai pendapatan pemerintah Daerah ; b. 25% untuk Cadangan Tujuan ; c. 10% untuk kesejahteraan Direksi dan pegawai Perusahaan Daerah; d. 10% untuk jasa Produksi bagi Direksi dan Badan Pengawas Perusahaan Daerah. Pasal 23 Laba perusahaan Daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan dan penyertaan modal pihak ketiga pembagiannya diatur berdasarkan perjanjian sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) Peraturan Daerah ini.

9 BAB XII PEMBUBARAN Pasal 24 (1) Pembubaran Perusahaan Daerah ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Terhadap pembubaran Perusahaan Daerah dilakukan likuidasi. (3) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini baru berlaku setelah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang. (4) Hal-hal yang terjadi sebagai akibat dilikuidasinya Perusahaan Daerah diselesaikan oleh Bupati kepala Daerah termasuk kekayaan, hutang-piutang serta kepegawaiannya. (5) Dalam hal terjadi pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, maka pelaksanaan dan penyelesaiannya dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah. BAB XIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 25 Anggota Direksi dan Anggota Badan Pengawas tidak berhak memberikan keterangan-keterangan yang diperoleh karena jabatannya, kecuali apabila diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya atau untuk memenuhi kewajibannya dengan seijin Bupati Kepala Daerha. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati Kepala Daerah. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. Ditetapkan di Kota Mungkid Pada tanggal 29 September 1998. D. P. R. D KABUPATEN DATI II MAGELANG KETUA TTD. H. AKHMAD SOBOERI BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II M A G E L A N G K A R D I

10 D I S A H K A N Dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor : 188.3/22/1998 tanggal 3 Maret 1999 An. SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH TINGKAT I JAWA TENGAH Kepala Biro Hukum, ttd. TARTOPO SUNARTO, SH. NIP. 500 048 825 Dundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Nomor 2 Tahun 1999 Tanggal 11 Maret 1999 Seri D ; Nomor 2 Ymt. Sekretaris Wilayah / Daerah ttd. DRS. H. SOLECHAN AS. Pembina Tingkat I. NIP. 500 034 460 : jdt 99

11 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG UMUM Perubahan perekonomian saat ini bergerak sangat cepat, dan merupakan tantangan yang menuntut perlakuan secara cepat, tepat sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat, sehingga Pemerintah dituntut untuk dapat memahami perlakuan perubahan perekonomian yang serba cepat tersebut. Oleh karena itu menyikapi situasi dan kondisi yang demikian, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang memandang perlu meningkatkan sumber dana guna menjalankan fungsinya dalam rangka melaksanakan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab dengan membuat Peraturan Daerah dimaksud mengingat : a. Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang memiliki potensi Bahan Galian Golongan C yang besar terutama berupa Pasir dan batu, marmer, tanah liat, oker, trast serta bahan galian Golongan C lainnya. b. Pengusahaan penambangan Bahan Galian Golongan C dimaksud merupakan salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 : Cukup jelas. Pasal 2 : Cukup jelas. Pasal 3 : Cukup jelas. Pasal 4 ayat (1) : Cukup jelas. Pasal 5 ayat (1) : Cukup jelas. Ayat (2) : Modal awal dapat ditambah berupa asset Pemerintah Daerah yang lain yang dapat digunakan untuk operasional Perusahaan Daerah. Ayat (3) : Cukup jelas. Pasal 6 ayat (1) : Cukup jelas. Ayat (2) : Di dalam akad Perjanjian yang diterbitkan terlebih dahulu diadakan pembahasan di antara fihak ketiga dan Pemerintah Daerah yang diketahui oleh Badan Pengawas. Pasal 7 ayat (1) : Cukup jelas. Ayat (2) : Apabila tidak terjadi kerugian, maka Cadangan Umum dapat untuk menambah modal Perusahaan Daerah.

12 Pasal 8 : Cukup jelas. Pasal 9 : Cukup jelas. Pasal 10 : Cukup jelas. Pasal 11 : Cukup jelas. Pasal 12 : Cukup jelas. Pasal 13 : Cukup jelas. Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16 ayat (1) : Cukup jelas. Ayat (2) huruf a dan b : Cukup jelas. Ayat (2) huruf c : Bagi Badan Pengawas yang dijabat oleh Pejabat Pemerintah Daerah, maka setiap kepindahan ke lain Daerah Tingkat II Kabupaten Magelang diberlakukan ayat ini. Pasal 17 : Cukup jelas. Pasal 18 : Cukup jelas. Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 19 : Cukup jelas. Pasal 20 : Cukup jelas. Pasal 21 : Cukup jelas. Pasal 22 ayat (1) : Cukup jelas. Pasal 22 ayat (2) : Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Direksi berdasarkan Persetujuan Badan Pengawas. Pasal 23 : Cukup jelas. Pasal 24 : Cukup jelas. Pasal 25 : Cukup jelas. Pasal 26 : Cukup jelas. Pasal 27 : Cukup jelas.