BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. untuk memahami good corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan financial distress. Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Corporate Governance) yang kurang baik atau dikarenakan oleh kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan suatu kondisi yang disebut financial distress. Dengan adanya model

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh financial indicators, ukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kepentingan masing-masing. Pada teori agensi ( agency theory ) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. I Gusti Agung Ayu Pritha Cinantya dan Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. leverage, dan pertumbuhan perusahaan dalam memprediksi financial

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai sistem yang lebih baik berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB I PENDAHULUAN. dapat tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Apabila efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan kegiatan operasionalnya Astuti (2014). sendiri. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB I PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian. besar negara mengalami kemunduran dan kesulitan keuangan karena

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan menunjukkan. dengan meningkatkan inovasi dan produktivitas.

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan analisis profitabilitas perusahaan (Retnaningsih, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penelitian tentang pengaruh dari struktur good corporate governance seperti

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mekling (1976) dalam Hanifah (2013) menggambarkan hubungan keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan antara principal yang menggunakan agen untuk melaksanakan jasa yang menjadi kepentingan dalam hal terjadi pemisahan kepemilikan dan control perusahaan. Teori keagenan merupakan dasar yang digunaan untuk memahami corporate governance. Menurut Fachrudin (2008;13) Financial distress dapat terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat dan kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyebabkan secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta tidak adanya atau kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan perusahaan. Salah satu usaha yang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan adalah penerapan good corporate governance dalam perusahaan. Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan dan diharapkan dapat meminimalkan masalah agensi dan principal dan dan agen dengan memberikan keyakinan terhadap pihak principal atas kinerja agen Setiawan (2011) dalam Agusti (2013). 9

10 Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkain hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainya. Dalam corporate governance memberikan suatu struktur yang menfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, sebagai saran dalam memonitoring kinerja perusahaan. 2.1.2 Financial Distress Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami masalah kesulitan keuangan. Platt dan Platt (2002) dalam Almilia (2003) mendefinisikan financial distress merupakan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Kondisi financial distress terlihat dari ketidakampuan atau tidak tersedianya dana untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam pertumbuhan dan aset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan persediaan relatif terhadap perusahaan yang sehat menurut Fachrudin (2008:5). Disamping itu kesulitan keuangan juga dapat dilihat dari melemahnya kondisi keuangan, kreditur yang mulai mengambil tindakan, pemasok yang mungkin tak mengirim bahan baku secara kredit, investasi modal yang menguntungkan mungkin harus dilepas dan pembayaran deviden yang terganggu menurut Fachrudin (2008:6).

11 Kebangkrutan adalah kesulitan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu untuk menjalankan operasi perusahaan dengan baik. Sedangkan kesulitan keuangan (financial distress) adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan. Analisis kesulitan keuangan sangat membantu pembuat keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. 2.1.3 Penyebab Financial Distress Salah satu penyebab terjadinya financial distress menurut Brigham dan Daves (2003) dalam Fachrudin (2008:9), penyebab utamanya adalah faktor ekonomi (37%) dan faktor keuangan (47,3%), selain itu juga disebabkan oleh kelalaian, malapetaka dan kecurangan yaitu sebanyak (14%). Faktor ekonomi meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk, Faktor keuangan meliputi hutang yang terlalu banyak dan modal yang tidak memadai. Pentingnya faktorfaktor yang berbeda ini dari waktu ke waktu, bergantung beberapa hal seperti keadaan ekonomi, dan tingkat suku bunga. Juga, kebanyakan kegagalan bisnis karena kombinasi sejumlah faktor yang membuat bisnis tidak dapat bertahan. Fachrudin (2008:12) mengatakan bahwa kesulitan keuangan terjadi karena akibat economic distress, penurunan dalam industri perusahaan dan manajemen yang buruk. Manajemen yang buruk didefinisikan sebagai kecenderungan penurunan persentase pendapatan operasi perusahaan terhadap pendapatan operasi industri dalam lima tahun terakhir. Demikian juga tata kelola perusahaan yang buruk dapat menimbulkan kesulitan keuangan bagi perusahaan itu sendiri karena

12 tidak mampu mengawasi kondisi perusahaan sehingga dapat terjadi adanya penyelewengan operasional perusahaan. 2.1.4 Faktor Penyebab Financial Distress Financial distressdapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam perusahan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Faktor internal perusahaan meliputi: 1. Kesulitan arus kas Kesulitan arus kas dapat disebabkan adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas perusahaan untuk pembayaran aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan. 2. Besarnya jumlah hutang Hutang perusahaan timbul karena untuk menutupi biaya perusahaan yang terjadi akibatnya operasi perusahaan akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutangnya di masa depan. 3. Kerugian dari kegiatan operasi perusahaan selama beberapa tahun Kerugian merupakan suatu akibat dari aktifitas perusahaan yang perlu diatasi dengan kebijakan tepat dalam jangka waktu singkat. Kerugian operasi perusahaan menimbulkan arus kas negatif. Apabila mampu untuk menutupi 3 hal di atas, belum tentu suatu perusahaan dapat terhindar dari kondisi financial distress, karena masih ada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Faktor eksternal dapat berupa kenaikan tingkat suku bunga pinjaman yang menyebabkan beban bunga yang ditanggung perusahaan

13 meningkat, selain itu ada pula kenaikan biaya tenaga kerja yang mengakibatkan besarnya biaya produksi suatu perusahaan menyebabkan kenaikan biaya tenaga kerja juga meningkat. 2.1.5 MekanismeGood Corporate Governance Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan menurut Monks & Minow (2001) dalam Wardhani (2006). Porter (1991)dalam Wardhani (2006) menyatakan bahwa alasan mengapa perusahaan sukses atau gagal mungkin lebih disebabkan oleh stretegi yang diterapkan oleh perusahaan. Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya dapat juga mencakup strategi penerapan sistem good corporate governance (GCG) dalam perusahaan dan struktur good corporate governance bisa jadi juga ikut menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan (Wardhani, 2006). Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi sistem dalam sebuah organisasi serta diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan. Mekanisme tersebut berkaitan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi dan dewan komisaris. Dalam corporate governance untuk dapat mengurangi masalah dalam keagenan yang timbul dalam suatu perusahaan maka perlu diterapkan sistem tata kelola yang baik (corporate governance) Wardhani (2006).

14 2.1.6 Kepemilikan Institusional Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional, maka pemanfaatan aktiva perusahaan semakin efisien. Dengan demikian, proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. 2.1.7 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen atau pengelola perusahaan tersebut. Kepemilikan ini menunjukkan adanya peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan bahkan mengalami bangkrut. Menurut penelitian Classeens et al. (1999) dalam Hanifah(2013) apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya maka dewan tersebut justru akan cenderung melakukan tindakantindakan ekspropriasi yang menguntungkan secara pribadi. Oleh karena itu dengan kepemilikan perusahaan dimiliki oleh direksi semakin meningkat maka

15 keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan akan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan (Wardhani, 2006). 2.1.8 Dewan Direksi Dewan direksi merupakan pimpinan perusahaan yang dipilih oleh para pemegang saham untuk mewakili kepentingan mereka dalam mengelola perusahaan. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang (Wardhani, 2006). Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Jensen (1993) dalam Bodroastuti (2009) menyatakan bahwa dari rata-rata ukuran dewan direksi untuk perusahaan yang tetap sehat, memang lebih besar dibandingkan ukuran dewan direksi dari perusahaan yang mengalami financial distress. Hal ini berarti bahwa monitoring kinerja perusahaan untuk perusahaan yang tetap sehat, lebih baik dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress.

16 2.1.9 Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang melakukan fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Dewan komisaris juga memiliki peran yag diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dan pemegang saham Wardhani (2006). Peran ini diharapkan mampu meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dan pemegang saham. Dewan komisaris merupakan pengawas dalam perusahaan yang bertugas mengawasi perilaku manajemen dalam pelaksanaan strategi perusahaan dewan komisaris sebagai organ perusahaan juga bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksakan good corporate governance dengan baik Agusti (2013). 2.2.0 Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannyayang harus segara dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuanganya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan tersebut dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendeknya (Munawir, 1993:31).

17 Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan lebih kecil. 2.2.1 Leverage Leverage merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang menurut Van Horne and Wachowicz, JR (2005) dalam Hanifah (2013). Triwahyuningtyas (2012), menyatakan apabila suatu perusahaan pembiayaanya lebih banyak menggunakan hutang, maka akan berisiko terjadi kesulitan keuangan di masa yang akan datang. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik maka maka potensi terjainya financial distress akan semakin besar Leverage juga menunjukkan resiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar resiko yang dihadapi perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba dimasa depan juga akan semakin meningkat. Dalam rasio ini menunjukkan perlunya perusahaan memikirkan untuk menyediakan pendanaan hutang-hutang perusahaan yang ditanggung oleh perusahaan Agusti (2013). Agusti (2013) menyatakan bahwa kemungkinan kegagalan perusahaan akan semakin besar jika nilai leverage perusahaan juga besar, sebab perusahaan yang memiliki nilai leverage yang tinggi berarti memiliki tanggungan kewajiban atas perolehan pendanaan perusahaan yang tidak di dukung dengan aset yang dimiliki.

18 2.2.2 Operating Capacity Operating capacity disebut juga dengan rasio efisiensi, rasio ini dihitung dengan total assetturnover yaitu dengan membandingkan total penjualan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin efektif suatu perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan diharapkan dapat memberikan keuntungan yang semakin besar bagi perusahaan (Ardiyanto, 2011). Namun, sebaliknya jika penggunaan aktiva perusahaan yang tidak efektif maka akan berakibat perusahaan mengalami potensi kesulitan keuangan, hal ini menunjukkan adanya kinerja dalam perusahaan tersebut tidak baik karena perusahaan tidak mampu dalam menghasilkan volume penjualan yang cukup dibandingkan dengan investasi dalam aktivanya. 2.2 Penelitian terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu No Indikator Wardhani (2006) Triwahyuningtias (2012) Selfi (2013) 1. Judul Penelitian Mekanisme corporate governance dalam perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan (financial distresses firm) Analisis pengaruh struktur kepemilikan, ukuran dewan, komisaris independen, likuiditas, dan leverage terhadap terjadinya financial distress (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2008-2010) Mekanisme corporate governance, likuiditas, leverage, dan operating capacity pada perusahaan yang mengalami financial distress.

19 2. Variabel Independen 3. Variabel Dependen Ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independensi, turnover direksi, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan. Financial distress Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, Ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, likuiditas, leverage Financial distress Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dewan komisaris, leverage, likuiditas, operating capacity. Financial distress 4. Alat analisis Analisis regresi logistik Analisis regresi logistik Analisis regresi logistic 5. Hasil Penelitian Ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, dan turnover direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress sedangkan komisaris independen, strukutur kepemilikan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, leverage, likuiditas, berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress, sedangkan ukuran dewan komisaris dan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress Dalam proses penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa variabel dari penelitian sebelumnya, yaitu variabel independen yang terdiri dari, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dewan komisaris likuiditas, leverage dan variabel

20 dependen yang digunakan adalah financial distress. Sementara itu, perbedaanya adalah adanya penambahan variabel independen yaitu likuiditas, leverage, dan operating capacity, sampel dan tahun penelitianya. 2.3 Rerangka Pemikiran Perusahaan Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan Agency teori Mekanisme Corporate Governance Likuiditas Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Dewan Direksi Dewan Komisaris Leverage Operating Capacity Manajemen yang baik Manajemen yang buruk Pengaruh Parsial Pengaruh Simultan Financial Distress Gambar 1 Diagram Rerangka Pemikiran

21 Keterangan : 1. Analisis kebangkrutan suatu perusahaan dapat diukur melalui laporan keuangan. 2. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, dengan cara analisis laporan keuangan. 3. Analisis laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan bebrapa rasio yaitu rasio likuiditas, leverage, dan operating capacity, sedangkan 4. Agency teory merupakan dasar dalam memahami corporate governance karena menggambarkan hubungan antara principal misalnya seperti karyawan pada bisnis tersebut. 5. Penerapan mekanisme corporate governance menjadi salah satu usaha yang dapat mengurangi konflik keagenan, dalam mekanisme corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dewan komisaris. 6. Corporate governanceakan memiliki dampak pada kondisi manajemen yang buruk dan kondisi manajemen yang baik. 7. Mekanisme corporate governance dapat berakibat manajemen yang buruk jika tidak dijalankan dengan baik, sebagai alat dalam menganalisis laporan keuangan dalam penelitian ini berupa beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, leverage, dan operating capacity. Dalam penelian ini kondisi manajemen yang buruk merupakan akibat dari mekanisme corporate governance dan likuiditas, leverage,operating capacity apakah berpengaruh parsial dan berpengaruh simultan terhadap financial distress.

22 2.4 Pengembangan Hipotesis Berdasarkan kerangka penelitian, dan penelitian maka dapat dibuat hipotesisnya, dalam hipotesis memperlihatkan hubungan tertentu antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: Kepemilikan institusioanal merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi masalah dalam teori keagenan antara pemilik dan manajer sehingga timbul keselarasan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer. Sehingga tidak menimbulkan agency cost yang dapat menyebabkan kondisi kesulitan keuangan perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan, sehingga potensi kesulitan keuangan dapat diminimalkan. Dengan demikian hipotesisnya sebagai berikut : H 1 : Kepemilikan institusional berpengaruhnegatif terhadap financial distress Kepemilikan manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan dimasa yang akan datang. Kemungkinan suatu perusahaan berada pada posisi tekanan keuangan juga banyak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan menjelaskan komitmen dari pemiliknya untuk menyelamatkan perusahaan (Wardhani, 2006). Kepemilikan manajerial diasumsikan mampu mengurangi masalah keagenan yang timbul pada suatu perusahaan yang apabila terjadi terus menerus dapat menimbulkan financial distress. Dengan demikian maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

23 H 2 : Kepemilikan manajerial berpengaruhnegatif terhadap financial distress Ukuran dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian (Wardhani, 2006) menyatakan bahwa semakin besar jumlah direksinya maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi tekanan keuangan. Bukti yang menyatakan efektifitas ukuran dewan masih berbaur karena terjadinya perbedaan hasil temuan. Dari hasil yang berbedabeda tersebut mungkin dapat dikatakan bahwa pengaruh ukuran direksi terhadap kinerja perusahaan tergantung dari karakteristik dari masing-masing perusahaan (Wardhani, 2006). Berdasarkan pernyataan di atas, dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut : H 3 : Dewan direksi berpengaruhnegatif tehadap financial distress Dewan Komisaris merupakan mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi masalah dalam teori agency, Semakin tinggi proporsi dewan komisaris maka akan semakin meningkatkan monitoring atau evaluasi terhadap kinerja perusahaan sehingga akan bermanfaat pada semakin rendahnya kemungkinan kesulitan keuangan bagi perusahaan (Deviacita, 2012). Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: H 4 : Dewan komisaris berpengaruhnegatif terhadap financial distress Likuiditas merupakan suatu rasio mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo

24 dengan aktiva lancar yang tersedia. Apabila perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil. Hal ini membuktikan bahwa semakin semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka semakin kecil kemungkinan terjadinya financial distress. Berdasarkan pernyataan di atas maka hipotesisnya sebagai berikut : H 5 : Likuiditas berpengaruhnegatif terhadap financial distress Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis leverage diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang (jangka pendek maupun jangka panjang). Apabila suatu perusahaan pembiayaanya lebih banyak menggunakan hutang maka hal ini berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang akibat utang lebih besar dari aset yang dimiliki. Jika keadaan ini tidak diatasi maka potensi terjadinya financial distress semakin besar (Triwahyuningtias, 2012). Berdasarkan pernyataan di atas maka hipotesisnya sebagai berikut : H 6 : Leverage berpengaruhpositif terhadap financial distress Operating capacity diproksikan dengan rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran total aktiva yang rendah harus membuat menajemen untuk mengevaluasi strategi, pemasaran dan pengeluaran modalnya. Apabila rasio tersebut rendah maka perusahaan tidak menghasilkan volume penjualan yang

25 cukup dibanding dengan investasi dalam aktivanya, sehingga menunjukkan kinerja yang tidak baik dan dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan dan memicu terjadinya financial distress. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dirumuskan hipotesisnya adalah sebagai berikut: H 7 : Operating capacity berpengaruhpositif terhadap financial distress