BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Secara teoritis dan fisiologis tujuan. mandiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan dasar yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Di pundak merekalah kelak kita menyerahkan peradaban yang telah kita bangun dan akan kita tinggalkan. Kesadaran akan arti penting generasi penerus yang berkualitas mengharuskan kita serius membekali anak dengan pendidikan yang baik agar dirinya menjadi manusia seutuhnya dan menjadi generasi yang lebih baik dari pendahulunya. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sesuai dengan minat dan bakatnya masingmasing. Sebagaimana terdapat dalam pasal 1 Ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik, maka pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan program kegiatan yang mencakup berbagai bidang pengembangan, diantaranya bidang pengembangan pembentukan perilaku

dan bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi ; nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana setiap anak memiliki kemampuan berbeda dan unik untuk dikembangkan, salah satunya melalui bidang pengembangan kemampuan dasar di Taman Kanak-Kanak yaitu kemampuan kognitif. Dalam semua aspek perkembangan yang ada, aspek kognitif memegang peranan yang sangat penting dalam diri seseorang. Hal ini karena berkaitan dengan alat berpikir yang sangat membantu dalam proses pemecahan masalah, melakukan tindakan, dan memperluas kemampuannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengembangan secara maksimal dalam proses pembelajaran di sekolah agar anak dapat tumbuh dengan baik dalam kehidupannya. Aspek perkembangan kognitif pada anak usia dini memiliki beberapa ruang lingkup kemampuan pengenalan konsep-konsep yaitu kemampuan pengetahuan umum dan sains ( kopus); konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola (koben); dan konsep bilangan, lambing bilangan dan huruf (kobil). Dari ruang lingkup konsep kemampuan kognitif di atas saya memilih konsep bilangan (kobil) dan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola (koben). Saya berfokus pada kedua kedua konsep tersebut karena kedua konsep kemampuan kognitif tersebut diarahkan untuk penguasaan konsep penjumlahan permulaan bagi anak usia dini. Adapun kemampuan konsep penjumlahan permulaan yang terkandung di dalam kedua konsep kemampuan kognitif tersebut yaitu : menyebut atau membilang urutan bilangan 1-10, meniru lambang bilangan 1-10, membilang( mengenal konsep bilangan dengan benda-benda ) sampai 20, menghitung benda, menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, mengurutkan benda berdasarkan urutan tinggi-rendah, mengelompokkan benda yang jumlahnya sama - tidak

sama, lebih banyak - lebih sedikit dari dua kumpulan benda serta mengerjakan operasi penjumlahan sederhana dari soal cerita. Menurut Piaget (dalam Tarigan, 2006:14) bahwa anak belum mampu berpikir formal karena orientasinya masih terkait dengan objek-objek konkret, namun hal itu bukan berarti bahwa matematika hanya diajarkan di Sekolah Dasar (SD) bahkan sudah diajarkan sejak di TK, dan hakekat matematika itu lebih baik diajarkan sejak usia dini. Berdasarkan pendapat tersebut, anak usia dini perlu dilatih dalam hal berpikir agar perkembangan kognitif dapat berkembang sesuai harapan. Menurut Susanto ( 2011 : 52 ) pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Pemberian materi kepada anak tentang konsep penjumlahan perlu memperhatikan karakteristik anak usia dini yang unik dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di TK ASSISI MEDAN, peneliti melihat bahwa kemampuan kognitif anak usia dini dalam mengenal konsep penjumlahan masih rendah. Ketidakmampuan anak dalam pembelajaran konsep penjumlahan ditandai dengan kondisi sebagai berikut : Ada beberapa anak yang masih mengalami kesulitan dalam mengenal konsep bilangan, setiap diberi tugas untuk menghubungkan gambar dengan lambang bilangan yang sesuai banyak anak yang asal menarik garis, bahkan ada beberapa anak yang tidak mengerjakan sama sekali, anak masih mengalami kesulitan dalam membedakan 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Anak masih mengalami kesulitan dalam menyebutkan hasil penjumlahan. Pengajaran di TK tersebut masih berpusat

pada guru, begitu pun dengan media pembelajaran yang digunakan dimana guru hanya mengandalkan buku dan pensil dalam operasi penjumlahan. Hal ini menyebabkan ada beberapa anak didik yang terlihat kurang antusias dalam kegiatan yang diberikan, ada anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas sampai selesai, ada anak yang sibuk mengobrol dengan temannya, ada anak yang selalu bertanya kepada gurunya karena tidak mengerti, hal ini mengakibatkan anak kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga anak menjadi bosan dan malas belajar. Tahap kemampuan kognitif pada anak usia dini berada pada tahap konsep penjumlahan permulaan. Anak usia dini memerlukan bimbingan dan pengarahan yang tepat untuk dapat mengenal konsep penjumlahan dengan baik. Anak usia dini biasanya dapat mengenal konsep dengan benda-benda dari lingkungan di sekitarnya serta media pembelajaran yang dapat menarik perhatian anak agar lebih semangat belajar dan tidak bosan. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik dan juga bermakna bagi anak sangat penting, begitu juga dengan media pembelajaran yang digunakan saat memberikan materi kepada anak-anak sangat berpengaruh terhadap penyerapan materi. Media merupakan salah satu alat penyampaian materi kepada siswa. Media juga sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penggunaan gambar secara efektif dapat dilakukan apabila gambar disesuaikan dengan kegiatan siswa, baik dalam hal besarnya gambar, detail warna, dan latar belakang yang perlu penafsiran, dijadikan untuk pengalaman kreatif, untuk memperkaya fakta serta memperbaiki

kekurang jelasan. Media gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya mengikuti pelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Dengan melihat pentingnya penggunaan media dalam proses pembelajaran, serta melihat kemampuan kognitif anak yang masih rendah, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tentang Konsep Penjumlahan Anak Usia Dini Kelompok B Menggunakan Media Gambar Di TK ASSISI MEDAN Tahun Ajaran 2012-2013. 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Kemampuan kognitif anak usia dini dalam mengenal konsep penjumlahan dan bilangan masih rendah. b. Anak masih mengalami kesulitan dalam menyebutkan hasil penjumlahan c. Anak masih mengalami kesulitan dalam membedakan 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. d. Anak lebih suka meniru jawaban temannya. e. Terbatasnya jenis-jenis media pembelajaran yang dapat merangsang antusias anak dalam kegiatan pembelajaran yang diberikan guru.

1.3.Pembatasan Masalah Dengan memahami pentingnya peranan media gambar dalam pembelajaran, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya pada peningkatan kemampuan kognitif tentang konsep penjumlahan 1-20 Anak Usia Dini Kelompok B menggunakan media gambar di TK Assisi Medan Tahun Ajaran 2012-2013. 1.4.Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apakah dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif tentang konsep penjumlahan 1 20 Anak Usia Dini Kelompok B di TK Assisi Medan Tahun Ajaran 2012-2013?. 1.5.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tentang Konsep Penjumlahan Anak Usia Dini Menggunakan Media Gambar di TK Assisi Medan Tahun Ajaran 2012-2013.. 1.6.Manfaat Penelitan Dengan tercapainya tujuan penelitin di atas, diharapkan penelitian ini memiliki beberapa sebagai berikut: a. Secara Teoritis Memberikan sumbangan atau pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini tentang konsep penjumlahan anak usia 5-6 tahun melalui media gambar.

b. Secara Praktis 1) Agar anak didik mampu meningkatkan kemampuan kognitifnya dengan menggunakan media gambar. 2) Bahan masukan bagi guru TK untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak khususnya tentang operasi penjumlahan anak usia dini menggunakan media gambar yang menarik dan menyenangkan. 3) Bagi Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan inspirasi tentang penerapan pembelajaran operasi penjumlahan dan cara meningkatkannya melalui berbagai media yang menarik dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar di TK yang dipimpinnya. 4) Bagi peneliti sebagai calon guru TK dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan sehingga dapat memanfaatkan dan meningkatkan suatu cara dalam peningkatan kemampuan operasi penjumlahan dengan menggunakan media gambar. 5) Bagi orang tua penelitian ini diharapkan dapat menjadikan orang tua mengerti bagaimana pembelajaran tentang konsep penjumlahan diterapkan di Taman Kanak- Kanak sehingga kemampuan kognitif khususnya tentang konsep penjumlahan anak yang tadinya rendah menjadi lebih baik engan adanya pembelajaran yang menyenangkan. 6) Manfaat bagi pembaca dapat digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan yang berkaitan dengan permasalahan peneliti yang dikaji.