UPAYA PEMBERIAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA AKIBAT TINDAKAN PASSING OFF TERHADAP HAK MEREK DAGANG DALAM SISTEM HUKUM MEREK DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. penemuan-penemuan di bidang teknologi. Indonesia sebagai negara berkembang

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK DAN PROSES PEMBUKTIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP PEMEGANG MEREK TERKENAL YANG TIDAK TERDAFTAR DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB I Pendahuluan. suatu barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan diperlukan tanda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

KAJIAN PEMBATALAN MEREK PUTUSAN NOMOR 08/HAKI/M/2007/ PN.NIAGA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

BEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL*

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK MELALUI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DI WILAYAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000

TINJAUAN TENTANG HAKI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab III, maka dapat

ABSTRAK STUDI KASUS TERHADAP PENOLAKAN MEREK TERKENAL IKEA DI INDONESIA BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5541) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pem

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 ATAS TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. sehingga merek menjadi hal yang penting bagi sebuah bisnis, karena merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlindungan Dan Pengaturan Tentang Hak Merek Di Indonesia.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tindakan Parodi terhadap Merek Terdaftar Ditinjau dari Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. maupun memasarkan suatu produk haruslah ditingkatkan. Hal ini dikarenakan

Volume 12 Nomor 2 September 2015

Oleh: Fahmi Mutiara Endry Heweningtiyas A.A Yusa Damardhi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut atau memberikan izin pada pihak lain untuk menggunakannya. 3 Dengan

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara untuk

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi internasional di bidang HKI salah

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

PELANGGARAN HAK ATAS MEREK DAN MEKANISME PENYELESAIANNYA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

PENYELESAIAN SENGKETA MEREK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK. Abstract

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Transkripsi:

87 UPAYA PEMBERIAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA AKIBAT TINDAKAN PASSING OFF TERHADAP HAK MEREK DAGANG DALAM SISTEM HUKUM MEREK DI INDONESIA Oleh : Lis Julianti, S.H., M.H. Erma Septiovita, S.H. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Passing off is a form of unfair competition which can lead to confusion, and false allegation, because with the passing off the impression there is a close link / indication of the existence of a relationship, an indication of misleading the public (consumers). The absence of laws that specifically regulate the Passing Off action as a violation on Trademark Rights resulted in businesses that are victims of this action is difficult to obtain legal protection. Efforts to provide legal protection to businesses as a result of act of unfair competition in the form of passing off against the trademark rights is still in general in the Criminal Code Article 372 bis Penal (Penal Code). Keywords : Passing off action, trademark of rights, law protection. Abstrak Passing off merupakan bentuk persaingan tidak sehat yang dapat menimbulkan kebingungan, dan dugaan salah (false allegation), karena dengan adanya Passing off terdapat kesan keterkaitan yang erat/indikasi adanya suatu hubungan, indikasi menyesatkan publik (konsumen). Belum adanya hukum yang secara khusus mengatur mengenai tindakan Passing Off sebagai salah satu bentuk pelanggaran Ha katas Merek mengakibatkan pelaku usaha yang menjadi korban tindakan ini sulit memperoleh perlindungan hukum. Upaya pemberian perlindungan hukum terhadap pelaku usaha akibat tindakan persaingan curang berupa passing off terhadap hak merek dagang masih diatur secara umum dalam Pasal 372 bis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Kata Kunci : Tindakan passing off, hak atas merek, perlindungan hukum. A. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang atau organisasi perusahaan yang ada, akan sangat peduli akan pentingnya sebuah nama dan symbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis dan pemasaran barang dan jasa. 1 Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada dasarnya ialah tanda untuk mengindetifikasikan asal barang dan jasa (an indication of origin). 2 Merek merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui 1 Prof. Dr. Rahmi Jened,SH.,MH, April 2015, Hukum Merek Dalam Era Globalisasi & Integrasi Ekonomi, Prenadamedia Group, Jakarta, (selanjutnya disingkat Prof. Dr. Rahmi Jened,SH.,MH I) h. 3. 2 Ibid

88 merek, pengusaha dapat menjaga dan memberi jaminan akan kualitas (a guarantee of quality). 3 Citra dan reputasi perusahaan untuk menciptakan kepercayaan merupakan dasar untuk mendapatkan pembeli yang setia dan meningkatkan nama baik perusahaan. Konsumen menilai merek, reputasi, citra dan sejumlah kualitas-kualitas yang konsumen inginkan yang berhubungan dengan merek.merek yang tepat dan dipilih secara hati-hati merupakan aset bisnis yang berharga untuk sebagian besar perusahaan. Di perkirakan pada 2004 nilai dari cap Coca Cola adalah US$ 67.39 miliar. 4 Norma dasar perlindungan merek bahwa tidak ada seorang pun berhak menawarkan barangnya kepada masyarakat seolah-olah sebagai barang pengusaha lainnya. 5 Tindakan persaingan yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beriktikad buruk yang bermaksud membonceng reputasi 6 mewajibkan Pemerintah Indonesia untuk berperan aktif dalam mengatasi pelanggaran Passing Off. Passing Off adalah suatu upaya atau tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang h.4. 3 Ibid 4 Prof. Dr. Rahmi Jened,SH.,MH I, Op.Cit, 5 Ibid, h.2. 6 Ibid, h.3. mengarah kepada adanya suatu persaingan tidak sehat atau pelanggaran dibidang hak kekayaan intelektual yang dalam hal ini adalah hukum merek. 7 Adanya faktor-faktor yang memotivasi pelanggaran ini dan juga perilaku masyarakat yang melakukan pembelian produk passing off menunjukkan bahwa masih rendahnya pemahaman terhadap norma-norma hukum yang berlaku tentang Merek dan HKI. Selain hukum publik internasional dan hukum persaingan usaha, HaKI juga berhubungan erat dengan hukum perlindungan konsumen.logika dasarnya cukup jelas, bahwa konsumen yang beritikad baik harus dilindungi dari produk-produk pelanggaran HaKI. 8 Passing off secara kepustakaan hukum Indonesia belum begitu dikenal, dengan demikian maka istilahnya pun masih seluruhnya asing.dimana juga terdapat kekosongan peraturan yang mengatur tentang passing off dalam undang-undang dan peraturan-peraturan, baik tentang HaKI dan perlindungan konsumen di Indonesia. 7 Hendra Setiawan Boen, 15 Januari 2009, Dapatkah Doktrin Passing Off Diaplikasikan di Indonesia?http://www.hukumonline.com/berita/ba ca/hol20887/dapatkah-doktrin-passing-offdiaplikasikan-di-indonesia,diunduh pada tanggal 14 November 2016, pukul 10.00 WITA 8 Ibid

89 Passing off is a common law tort which can be used to enforce unregistered trade mark rights. The tort of passing off protects the goodwill of a trader from a misrepresentation. The law of passing off prevents one trader from misrepresenting goods or services as being the goods and services of another. 9 Passing Off memang merupakan pranata yang dikenal dalam sistem hukum Common Law. Pemboncengan merek sering disebut dengan passing off atau pemboncengan reputasi dimana perbuatan yang mencoba meraih keuntungan dengan cara membonceng reputasi merek yang sudah terkenal atau beredar.negara yang menganut sistem hukum common law diantaranya adalah Inggris, Australia dan New Zealand. Menurut salah satu ahli hukum di bidang HaKI Indonesia, definisi umum dari doktrin passing off adalah: a common-law tort to enforce unregistered trademark. Maka dapat disimpulkan bahwa Passing off mengandung dua unsur, yaitu :Passing off merupakan tort (yang sering kali disandingkan dengan perbuatan melawan hukum pada Pasal 1365 BW). Passing off merupakan upaya hukum yang dilakukan pemilik merek 9 https://en.wikipedia.org/wiki/passing_off, diunduh pada tanggal 14 November 2016, pukul 10:15 WITA yang belum didaftarkan untuk melindungi mereknya dari digunakan oleh pihak lain. Dalam sistem hukum Anglo Saxon dikenal berbagai macam tort, dan passing off masuk ke dalam kategori tort of misrepresentation yang mengakar dari hukum kontrak. Di Indonesia padanan yang mirip dengan tort of misrepresentation dapat ditafsirkan dari Pasal 1320 jopasal 1321 jo Pasal 1322 jo Pasal 1328 jo Pasal 1335 jo Pasal 1337 jo Pasal 1365 BW. 10 Dalam melakukan kerjasama internasional, Indonesia resmi menjadi anggota Organisasi HKI Dunia / World Intellectual Property Organization (WIPO) pada tahun 1979 dengan meratifikasi Convention Establising The World Intellectual Property Organization melalui Keputusan Presiden No.24 Tahun 1979 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No.15 Tahun 1997 dan melalui Keputusan Presiden yang sama diratifikasi pula Paris Convention. 11 Indonesia juga menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia / World Trade Organization (WTO) dengan menandatangani Agreement Establishing The World Organization dan meratifikasikannya dalam Undang- Undang No.7 tahun 1994 berarti 10 Hendra Setiawan Boen, Loc.Cit 11 Materi Kuliah HKI, Perlindungan Merek di Indonesia, Universitas Jayabaya, h. 2.

90 berkewajiban pula mempedomani persetujuan tersebut ke dalam legislasi / Undang-Undang nasionalnya. Sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 Indonesia sudah harus menyesuaikan dengan standar TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right, Including Trade in Counterfeit Good) dalam hal definisi, administrasi dan penegakan hukum HKI, penerapan semua ketentuanketentuan yang ada dalam persetujuan TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi untuk seluruh anggota WTO termasuk Indonesia. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia berpijak pada Teori / Prinsip empat hal, yaitu : Pertama, Teori Hukum Kodrat / Hukum Alam. Kedua adalah Pasal 27 Declaration of Human Rights, December 10, 1948.Ketiga adalah Pasal 28H ayat (4) Undang- Undang Dasar 1945.Dan keempat adalah Doktrin. Teori Hukum Pertama atau Teori Hukum Kodrat, dasar pemikiran diberikannya perlindungan hukum kepada seorang kreator terhadap kreasinya bermula dari teori yang tidak lepas dari dominasi pemikiran mazhab atau doktrin hukum kodrat, yang menekankan pada faktor manusia dan penggunaan akal sehat seperti yang dikenal dalam sistem hukum sipil (civil law system) yang merupakan sistem hukum yang digunakan di Indonesia. 12 Teori HKI biasanya menggunakan teori hukum kodrat atau hukum moral sebagai dasar pemikirannya, yaitu bahwa kekayaan intelektual merupakan milik creator. Robert N.Sherwood, menjelaskan bahwa terdapat teori-teori yang memberikan landasan perlunya perlindungan HKI, yaitu: 13 a. Reward Theory, yang memiliki makna mendalam berupa pengakuan terhadap karya intelektual yang telah dihasilkan seseorang, sehingga kepada penemu / pencipta / pendesain harus diberikan penghargaan sebagai imbangan atas upaya-upaya kreatif dalam menemukan atau menciptakan karyakarya intelektual. b. Recovery Theory, yang menyatakan bahwa penemu / pencipta / pendesain yang telah mengeluarkan waktu, biaya dan tenaga dalam menghasilkan karya intelektual harus memperoleh kembali apa yang telah dikeluarkan. c. Incentive Theory, yang mengaitkan pengembangan kreativitas dengan memberikan insentif bagi ara penemu / pencipta / pendesain. 12 Dr. Anne Gunawati, Op.Cit, h.17. 13 Ibid, h.85.

91 d. Risk Theory, yang mengakui bahwa HKI merupakan suatu hasil karya yang mengandung resiko yang dapat memungkinkan orang lain yang terlebih dahulu menemukan cara atau memperbaikinya, sehingga dengan demikian adalah wajar untuk memberikan suatu perlindungan hukum terhadap upaya atau kegiatan yang mengandung resiko. Economic Growth Stimulus Theory, yang mengakui bahwa perlindungan atas HKI merupakan suatu alat dari pembangunan ekonomi. Berdasarkan Pasal 27 Declaration of Human Rights, December 10, 1948 yaitu pengakuan secara universal terhadap perlindungan HKI 14 (1) Everyone has the right freely to participate in the cultural life of the community, to enjoy the art and to share in scientific advancement and its benefits (2) Everyone has the right to protection of the moral and material resulting from any scientific, literary or artistic production of which he is the author. Dalam Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 mengatur mengenai hak-hak asasi manusia meliputi 14 Ibid, h. 80. Hak Politik dan Hak Sosial. Berkaitan dengan perlindungan terhadap hak milik, diatur di dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat (4) 15, yang didasarkan atas persamaan hak dan kewajiban serta hak ekonomi untuk mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 27. 16 Sehingga pengaturan mengenai hak kekayaan intelektual ini juga diatur dalam konstitusi secara umum yang tertuang dalam Pasal 28H ayat (4) UUD 1945. Tindakan sebagian pengusaha yang melakukan pelanggaran dengan cara membuat dan memasarkan produkpassing off di masyarakat luas jelas merugikan pemilik merek yang sah. Adanya faktorfaktor yang memotivasi pelanggaran ini dan juga perilaku masyarakat yang melakukan pembelian produk passing off menunjukkan bahwa masih rendahnya pemahaman terhadap norma-norma hukum yang berlaku khususnya yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Merek. 15 UUD 1945 Pasal 28H ayat (4): Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. 16 UUD 1945 Pasal 27: (1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

92 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tulisan ini, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah : 1. Bagaimanakah akibat hukum atas Tindakan Passing Off terhadap Merek bagi pelaku usaha? 2. Bagaimanakah upaya pemberian perlindungan hukum terhadap pelaku usaha atas tindakan passing off dalam system hukum merek di Indonesia? B. PEMBAHASAN 1. Pengaturan mengenai Tindakan Passing Off dalam Undang- Undang tentang Hak Merek di Indonesia dan Akibat Hukumnya. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 Tentang Merek belum mengantisipasi bentuk-bentuk perbuatan persaingan usaha tidak sehat yang di lakukan oleh pelaku usaha di bidang HKI. Persaingan usaha tidak sehat tersebut dilandasi oleh adanya itikad buruk dari pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan dengan cara melanggar hak orang lain di bidang HKI khususnya merek. 17 Passing off atau di kenal dengan the act of reputation brand ridership benefits for those who commit such acts. Kasus passing off yang terjadi di Indonesia dibilang cukup banyak. Namun karena tidak ada undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai persaingan curang, maka Dirjen HKI hanya menangani kasus passing off yang juga terindikasi pelanggaran merek. Dalam periode Januari-Agustus 2008, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Dirjen HKI) mencatat 89 pelanggaran merek termasuk passing off yang terdaftar. Kepala Sub Direktorat Pelayanan Hukum Merek Dirjen HAKI Didik Taryadi mengatakan di antara 89 kasus ini, terdeteksi juga beberapa kasuskasus passing off. 18 Tindakan persaingan curang sudah tentu merugikan konsumen juga karena itu Indonesia sudah memiliki dasar hukum untuk menindak tindakan tersebut dan melindungi pihak konsumen dari tindakan persaingan curang.dasar hukum tersebut adalah Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Tetapi Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen hanya memberikan perlindungan terhadap konsumen dari tindakan passing off dan 17 Dr.Anne Gunawati,SH,M.Hum, 2015,Perlindungan Merek Terkenal Barang dan Jasa Tidak Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat, PT.Alumni, Bandung, h.267. 18 Kompas.com, 9 September 2008, Passing Off Modus Baru Pelanggaran Merek,Bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/09/ 09/20040774/Passing.Off, diunduh pada tanggal 2 Januari 2017, pukul 10:00 WITA

93 belum secara spesifik merinci tindakantindakan merugikan tersebut sebagai passing off. Akibat hukum bagi pelanggaran hak atas merek yang sudah terdaftar sendiri diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek menetapkan ketentuan pidana dalam Pasal 90 bagi pemilik Merek yang melakukan passing off Merek terkenal terdaftar sama keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau iperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Sedangkan bagi pemilik Merek yang melakukan passing off Merek terkenal terdaftar sama pada pokoknya untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 91 Undangundang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. 2. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Tindakan Passing Off pada Merek Dagang di Indonesia Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum, atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.hal ini dikemukakan oleh Satjipto Raharjo. 19 Dengan adanya perlindungan hukum ini, maka para pesaing bisnis tidak berhak memakai merek, huruf-huruf, kemasan, citra produk dari produk barang atau jasa tersebut. Jadi passing off mencegah pihak-pihak lain untuk melakukan beberapa hal, yaitu : 1. Menyajikan barang atau jasa seolaholah barang/jasa tersebut milik orang lain. 2. Menjalankan produk atau jasanya seolah-olah mempunyai hubungan dengan barang atau jasa milik orang lain Sistem perolehan hak merek yang berkaitan dengan perlindungan hak merek menurut Undang-Undang No.15 Tahun 19 http://www.suduthukum.com/2015/09/per lindungan-hukum.html

94 2001 adalah sistem konsitutif. Pendaftaran merek dalam hal ini adalah untuk memberikan status bahwa pendaftar dianggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang membuktikan sebaliknya. 21 Pendaftaran merek, selain mencegah pelanggaran hak atas merek di kemudian hari dan juga merupakan syarat untuk menggugat merek lain yang sudah terdaftar apabila di anggap menyerupai atau terindikasi tindakan passing off. Secara Internasional Indonesia terikat Konvensi Paris Union yang diadakan tanggal 20 Maret 1883 di Paris, yang khusus diadakan untuk memberikan perlindungan pada hak milik perindustrian (Paris Convention for the protection of Industrial Property) termasuk tindakan passing off Di dalam Konvensi Paris Union, merek-merek dagang dapat didaftar untuk barang-barang yang sama atau serupa oleh pihak lain selain pihak pemegang merek dagang asli. Permohonan pendaftaran tersebut harus ditolak atau dibatalkan oleh Negara anggota, baik ex-officio ataupun atas permohonan pemegang pendaftaran merek dagang asli (Pasal 6 bis) 20 Rahmi Jened, April 2015, Hukum Merek Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi, Prenadamedia group, Jakarta (selanjutnya disingkat Prof.Dr.Rahmi Jened,SH.,MH I), h.196. 21 H.OK.Saidin, February 2013, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, h.363. 20 Prinsip lainnya dalam Konvensi Paris adalah prinsip right of priority (hak prioritas) sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Konvensi Paris (1967). Disebutkan bahwa seseorang yang mendaftarkan hak milik perindustriannya di dalam suatu Negara anggota akan mendapat pengakuan juga di Negara-negara anggota lainnya. Hak prioritas ini berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal pendaftaran pertama kali diterima dinegara anggota. 22 Hak prioritas adalah hak yang berlaku surut dalam perlindungan hak atas merek yang berlaku dalam wilayah negaranegara anggota termasuk Indonesia. Selain konvensi Paris terdapat juga perjanjian internasional yang menjadi kerangka dasar dari pelindungan hukum pada merek dagang terhadap tindakan passing off, salah satunya adalah TRIPs (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including Trade in Counterfeit Goods). Dan pada Article 16 TRIPs: 1. The owner of a registered trademark shall have the exclusive right to prevent all third parties not having the owner s consent from using in the course of trade identical or similar signs for goods or services which are identical or similar to those in 22 Anne Gunawati, Op.Cit, h.259.

95 respect of which the trademark is registered where such use would result in a likelihood of confusion. In case of the use of an identical sign for identical goods or services, a likelihood of confusion shall be presumed. The rights described above shall not prejudice any existing prior rights, nor shall they affect the possibility of Members making rights available on the basis of use. Article 16 TRIPs tersebut menjadi acuan untuk menetapkan alasan (relative ground) sebagai persyaratan materiil merek yang di Indonesia di atur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Berdasarkan Article 44 TRIPs The judicial authorities shall have the authority to order a party to desist from an infringement, inter alia to prevent the entry into the channels of commerce in their jurisdiction of imported goods that involve the infringement of an intellectual property right, immediately after customs clearance of such goods. Members are not obliged to accord such authority in respect of protected subject matter acquired or ordered by a person prior to knowing or having reasonable grounds to know that dealing in such subject matter would entail the infringement of an intellectual property right. Menetapkan bahwa suatu perintah pengadilan untuk mencegah masuknya kedalam arus perdagangan dalam wilayah hukum barang-barang impor yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual. 23 Merupakan tindakan pencegahan awal terhadap barang-barang yang diduga merupakan hasil produsen yang melakukan tindakan passing off terhadap merek terkenal atau merek terdaftar. 3. PENUTUP Passing off merupakan bentuk persaingan tidak sehat yang dapat menimbulkan kebingungan, dan dugaan salah (false allegation), karena dengan adanya Passing off terdapat kesan keterkaitan yang erat/indikasi adanya suatu hubungan, indikasi menyesatkan publik (konsumen). Dalam mencapai persaingan sehat, ada tiga instrument hukum yang harus di tegakkan, yaitu aturan hukum HKI (Intellectual Property Law), aturan hukum pencegahan 23 http://www.pt-medan.go.id/images/file/ Upaya%20Penanggulangan%20Pelanggaran%20H ak%20kekayaan%20intelektual.pdf, download 3 Januari 2017, jam 13:42 WITA.

96 persaingan curang (Unfair Compettion Prevention Law), dan Hukum persaingan atau hukum anti-monopoli. 24 Terdapat kekosongan hokum yang belum mengatur tindakan passing off sebagai bentuk khusus dari pelanggaran terhadap Hak atas Merek. Perlindungan hukum dari akibat tindakan passing off terdapat dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen hanya memberikan perlindungan terhadap konsumen dari tindakan passing off dan belum sepenuhnya melindungi pelaku usaha yang menjadi korban tindakan passing off. Upaya pemberian perlindungan hukum terhadap pelaku usaha akibat tindakan persaingan curang berupa passing off terhadap hak merek dagang masih diatur secara umum dalam Pasal 372 bis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), jika produsen menampilkan produknya seolah-olah adalah produk perusahaan lain. Perlunya sosialisasi dan pentingnya peran aktif para pengusaha agar dapat lebih kompetitif membangun reputasi merek mereka tanpa harus membonceng merek terkenal, agar meningkatkan daya saing produk terhadap merek-merek terkenal dan menunjukkan ketaatan pada 24 Prof.Dr.Rahmi Jened,SH.MH, Hukum Merek Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi, Prenadamedia group, 2015, h. 196. hukum yang berlaku kepada pengusahapengusaha atau merek terkenal lainnya. Selain untuk mengurangi kerugian menggunakan produk dengan merek yang tidak diinginkan,masyarakat diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam mencegah atau bahkan menolak membeli merek-merek yang terindikasi tindakan passing off. Sehingga dapat memberikan kesempatan kepada produk dengan reputasi yang jujur tanpa membonceng reputasi merek terkenal. DAFTAR PUSTAKA BUKU : Gunawati, Anne, 2015,Perlindungan Merek Terkenal Barang dan Jasa Tidak Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat, PT.Alumni, Bandung. Jened, Rahmi, 2015, Hukum Merek Dalam Era Globalisasi & Integrasi Ekonomi, Prenadamedia Group, Jakarta, April 2015, Hukum Merek Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi, Prenadamedia group, Jakarta Saidin, H.OK., 2013, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. MAKALAH : Materi Kuliah HKI, Perlindungan Merek di Indonesia, Universitas Jayabaya

97 INTERNET : Boen, Hendra Setiawan, 15 Januari 2009, Dapatkah Doktrin Passing Off Diaplikasikan di Indonesia?http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20887/dapatka h-doktrin-passing-offdiaplikasikan-di-indonesia,diunduh pada tanggal 14 November 2016 Kompas.com, 9 September 2008, Passing Off Modus Baru Pelanggaran Merek, Bisniskeuangan.kompas.com/read/ 2008/09/09/20040774/Passing.Off, diunduh pada tanggal 2 Januari 2017. http://www.suduthukum.com/2015/09/per lindungan-hukum.html https://en.wikipedia.org/wiki/passing_off. http://www.ptmedan.go.id/images/file/up aya%20penanggulangan%20pelang garan%20hak%20kekayaan%20in telektual.pdf, download 3 Januari 2017, jam 13.42 WITA.