Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen,

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Pedagang kaki lima yang sampai saat ini menempati jalan kesehatan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mempersempit ruang gerak di sebuah wilayah. Dimana jumlah pertumbuhan penduduk tidak

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,

I. PENDAHULUAN. pemerintah dalam era otonomi daerah seperti saat ini. Hal tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

UCAPAN TERIMA KASIH...

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN GELANDANGAN DI KOTA SEMARANG

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Implementasi kebijakan program keluarga berencana dalam penggunaan alat

PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) UNTUK MEWUJUDKAN KENYAMANAN, KEINDAHAN, DAN KETERTIBAN DI WILAYAH KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 13 Tahun tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

ARTIKEL EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN BERBASIS ELECTRONIC GOVERNMENT DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

BAB III PENYAJIAN DATA. memperoleh data yang berhubungan dengan Bagaimana tanggapan pedagang kaki

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP DAN IMPLIKASI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tata ruang dalam perkotaan lebih kompleks dari tata ruang pedesaan,

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PENGAWASAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SIMPANG LIMA SEMARANG. Universitas Diponegoro

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang bersifat sentralistik dengan cara mendelegasikan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN WILAYAH GEDEBAGE MENJADI PUSAT SEKUNDER (Kantor Litbang bekerjasama dengan LPM UNPAR) TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

PEDOMAN WAWANCARA I. 2. Apakah tata kelola transportasi di Kota Yogyakarta sudah responsif terhadap kebutuhan masyarakat?

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara tentunya mempunyai tata pemerintahan beserta unsur-unsur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERHADAP PENATAAN PKL

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

Transkripsi:

1 ARTIKEL Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang Fikry, Larasati, Sulandari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro JL. Prof. Soedarto, SH Tembalang ABSTRAKSI Pemerintah Kota Semarang Melalui Regulasi Peraturan Daerah tentang Pengaturan dan pedagang kaki lima Nomor 11 tahun 2000 dan pemakaian kekayaan Daerah nomor 6 tahun 2008. Merelokasi PKL kawasan Simpang lima dan Pahlawan ke kawasan Taman Menteri Soepeno dengan menghabiskan anggaran sebesar RP. 370.483.000,00 yang telah di relokasi ke kawasan Taman KB, Pemerintah Kota Semarang melakukan upaya pembangunan lapak-lapak PKL di Taman Menteri Soepeno agar dapat menata PKL-PKL liar yang berada di pinggiran jalan Kota Semarang. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan Bagaimana proses manajemen program relokasi Pedagang Kaki Lima dai Jalan Pahlawan ke Taman Menteri Supeno di Kota Semarang serta mencari tahu apa yang menjadi faktor pendorong maupun faktor penghambat dari proses manajemen relokasi Pedagang Kaki Lima di Jalan Pahlawan ini, sebab sebagaian besar Pedagang merasa banyak mengalami kerugian didalam program relokasi ini, dimana mereka mengalamai penurunan pendapatan yang diakibatkan hilangnya langganan mereka dulu serta sepinya konsumen di Shelter Taman Menteri Supeno Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk menjelaskan fenomena yang mempengaruhi proses manajemen program relokasi di Taman Menteri Supeno Kota Semarang, dengan menggunakan teori fungsi mananjemen dari George Terry sebagai pedoman didalam melakukan penelitian ini, sehingga pembagian penelitian terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

2 Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan pelaksanaan program relokasi Program Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang sehingga diharapkan dengan mengoptimalkan pelaksanaan program ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan para Pedagang Kaki Lima di Taman Menteri Supeno sehingga program ini tidak hanya memberikan solusi permasalahan tata kota buntuk Pemerintah tetapi juga untuk kesejateraan Pedagang. Kata Kunci : Pedagang Kaki Lima, Relokasi, Manajemen, perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan, dan faktor pendorong-penghambat A. PENDAHULUAN Di mana ada pedagang kaki lima (PKL) di situ ada kesemrawutan, dan kemacetan. Stigma itu melekat erat pada PKL seantero negeri, hingga hari ini. Kebanyakan PKL (terpaksa) berjualan di trotoar jalan protokol atau jalur hijau yang dilarang untuk menjadi tempat berjualan karena mencari sesuap nasi untuk mempertahankan hidupnya. Di sisi lain, pemerintah kabupaten/kota berupaya mewujudkan daerahnya bersih, tertib, rapi, dan trotoar yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ini menjadi pangkal musabab PKL dan pemerintah kabupaten/kota selalu berhadap-hadapan yang berujung bentrok. Sejatinya, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menertibkan PKL mulai dari negosiasi, memberikan ganti rugi hingga tindakan tegas. Namun seringkali tidak gayung bersambut, PKL tetap bergeming. Dua kepentingan yang berbeda antara pemerintah daerah dengan PKL itu lah yang kemudian harus disatukan menjadi hubungan simbiosis mutualisme tanpa harus diwarnai bentrokan. Pemerintah Kota Semarang Melalui Regulasi Peraturan Daerah tentang Pengaturan dan pedagang kaki lima Nomor 11 tahun 2000 dan pemakaian kekayaan Daerah nomor 6 tahun 2008. Merelokasi PKL kawasan Simpang lima dan Pahlawan ke kawasan Taman Menteri Soepeno. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yaitu Bagaimana Bagaimana manajemen yang telah dilakukan Pemerintah Kota Semarang, khususnya Dinas Pasar Kota Semarang, untuk merelokasi PKL ke Taman menteri Supeno? Apa saja yang menjadi faktor

3 pendorong dan penghambat program relokasi ini dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk dapat mengoptimalkan program relokasi PKL Taman Menteri Supeno? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk dapat mengetahui gambaran dari pelaksanaan relokasi PKL dari Jalan Pahlawan ke Taman Menteri Soepeno, apakah relokasi tersebut bisa mengatasi permasalahan penataan kota dan mampu menciptakan tempat usaha yang juga nyaman untuk pedagang yang dilokalisasi. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana manajemen pelaksanaan relokasi PKL di Jalan Pahlawan ke Taman Menteri Soepeno, apakah relokasi tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang terlibat ditambah untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendorong dan penghambat serta apa upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalilkan program relokasi PKL Taman Menteri Soepeno. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan narasumber dari Kepala Bidang PKL Dinas Pasar Kota Semarang, Ketua Paguyuban PKL Taman KB Bersatu, Pedagang tahu gimbal, es campur, dan Kucingan. Adapun analisis data yang digunakan dimulai dari analisis domain yaitu dengan memperoleh gambaran yang menyeluruh secara umum mengenai manajemen relokasi Pedagang Kaki Lima di Taman Menteri Supeno dengan menggunakan tabel semantis, kemudian menggunakan analisis taksonomi dimana pada analisis ini lebih memfokuskan mengenai manajemen pelaksanaan serta faktor pendorong dan penghambatnya, kemudian menggunakan analisis tema kultural yaitu mengkaitkan dengan pedoman pelaksanaan program relokasi Taman Menteri Supeno.

4 B. PEMBAHASAN Pemindahan 48 PKL oleh pemkot ini berjalan tertib dan tanpa penolakan dari pedagang. Pemindahan PKL ke lokasi yang dikenal dengan sebutan Taman KB ini juga menjadi catatan dalam kegiatan penataan PKL Kota Semarang. Untuk pertama kalinya pemindahan PKL tidak diwarnai dengan ontran-ontran penolakan.sebagai bentuk apresiasi, Pemkot Semarang memfasilitasi pemindahan itu dengan menggelar arak-arakan ala adat Jawa dan atraksi budaya lain. Para pedagang menyatakan siap menjaga tempat kebersihan mereka dan keamanan Taman KB. Dan para pedagang sangat mengapresiasi Pemkot yang telah menyediakan tempat jualan secara gratis. Pedagang Kaki Lima atau sering yang kita kenal dengan istilah PKL merupakan merupakan masyarakat yang berusaha dengan modal yang minim untuk mandiri mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dimana dengan modal yang minim tersebut mereka cenderung menghemat tempat berjualan di pinggiran-pinggiran kota yang merupakan area strategis. Sehingga dalam hal ini biasanya Pedagang Kaki Lima tersebut cenderung merusak pemandangan kota yang telah tertata jika berada pada tempat yang tidak semestinya. Mengenai permasalahan Pedagang Kaki Lima ini Pemerintah Kota Semarang termasuk yang menghadapi permasalahan pengelolaan Pedagang Kaki Lima. Dimana Pemerintah Kota Semarang melakukan pemindahan PKL dari Jalan Pahlawan ke komplek Taman KB atau Taman Menteri Supeno, dimana program ini diresmikan pada 19 Januari 2011 tahun lalu.

5 Program ini awalnya mendapat penolakan dari para Pedagang dimana para Pedagang Kaki Lima telah merasakan nyaman berjualan di Jalan Pahlawan selain itu juga Jalan Pahlawan lebih strategis jika dibandingkan dengan Taman Menteri Supeno yang sedikit terletak lebih ke arah dalam dari pusat Kota Semarang. Setelah terjadi pertemuan dan perundingan yang memakan cukup banyak waktu maka akhirnya para Pedagang Kaki Lima di Jalan Pahlawan sepakat untuk direlokasi di Taman Menteri Supeno. Setelah setahun lebih peresmian relokasi Pedagang Kaki Lima ke taman Menteri Supeno ini peneliti berusaha mencari tahu bagaimana manajemen yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Semarang, Peneliti menggunakan dimensi dari Manajemen, Beberapa dimensi tersebut yang digunakan untuk mengetahui proses manajemen dari program relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno Kota Semarang menurut teori yang digunakan dari George Terry yaitu : Planning (perncanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (Penggerakan) dan, controling (pengawasan). Selain itu juga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat didalam Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Meneteri Supeno Kota Semarang. Untuk mengetahui hasil penelitian mengenai Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno Kota Semarang ini, dapat dilihat berdasarkan pemaparan berikut: Proses Manajaemen Program Relokasi Taman Menteri Supeno Kota Semarang Pemindahan 48 PKL oleh pemkot ini berjalan tertib dan tanpa penolakan dari pedagang. Pemindahan PKL ke lokasi yang dikenal dengan sebutan Taman KB ini juga menjadi catatan dalam kegiatan penataan PKL Kota Semarang. Untuk

6 pertama kalinya pemindahan PKL tidak diwarnai dengan ontran-ontran penolakan. 1. Proses Perencanaan Perencanaan Dinas Pasar Kota Semarang didalam Program relokasi Pedagang Kaki Lima di Jalan Pahlawan ini mengalami cukup penolakan saat awal-awal program ini direlokasikan akan tetapi melalui pendekatan secara pribadi Kepada para Pedagang Kaki Lima di Jalan Pahlawan saat itu, akhirnya ditemui kata sepakat antara Dinas Pasar Kota Semarang dan para Pedagang Kaki Lima Jalan Pahlawan untuk melakukan program relokasi Pedagang Kaki Lima di Jalan Pahlawan ke Taman Menteri Supeno. 2. Proses Pengorganisasian Proses pengorganisasian program relokasi Pedagang Kaki Lima ke shelter Taman Menteri Supeno dilakukan pembagain tugas antara pihak Dinas Pasar Kota Semarang Bidang PKL dengan pihak Paguyuban PKL Taman KB Bersatu, dimana Pihak Dinas Pasar telah menyediakan 48 shelter di Taman Menteri Supeno dengan menggunakan dana APBD serta bantuan pihak swasta, sosro, berupa gerobak dan meja, selain itu juga melakukan penarikan retribusi sebesar Rp 4.000,- perharinya sedangkan untuk retribusinya masih dikelola Dinas Pasar Kota Semarang bidang PKL. 3. Proses Pelaksanaan Pelaksanaan program relokasi ini secara tempat maupun fasilitas kondisi relokasi di Taman Menteri Supeno sudah baik pedagang tidak lagi bongkar pasang tenda untuk berjualan karena tenda di shelter Taman Menteri Supeno sudah permanen fasilitas listrik maupun air mereka disini sudah tercukupi Letak Taman Menteri Supeno tidak di tempat strategis. Minimnya sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang mengenai relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno Langganan hilang akibat masyarakat kurang mengetahui perpindahan lokasi ini 4. Proses Pengawasan Proses pengawasan program relokasi Pedagang Kaki Lima di Taman Menteri Supeno mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pasar Kota Semarang

7 melalui Bidang PKL dengan cara terjun langsung ke shelter Taman Menteri Supeno Kota Semarang Selain itu juga Dinas Pasar berkoordinasi dengan pengurus Paguyuban Pedagang Kaki Lima Taman KB Bersatu untuk melakukan pengawasan internal kepada para pedagang melalui pertemuan-pertemuan rutin bulanan yang dilakukan oleh pihak Paguyuban. Dinas Pasar untuk permasalahan kebersihan shelter bekerjasama dengan Kelurahan Mugas untuk melakukan program kerja bakti rutin bulanan selain itu juga adanya penertiban terhadap para Pedagang yang melanggar jam buka yang telah dtentukan oleh Satpol PP sebagai penegak Perda. Faktor-faktor Pendorong-penghambat 1. Faktor pendorong kondisi Taman dan shelter yang rapi dan menarik program pementasan musik yang dilaksanakan pada malam setiap akhir pekannya Program peningkatan SDM Pedagang dengan bekerjasama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indinesia (Hipmi) Semarang untuk mengadakan Pelatihan kepada para Pedagang. 2. Faktor Penghambat Sedikitnya konsumen yang datang setiap harinya jika dibandingkan dengan kondisi saat mereka masih berjualan di Jalan Pahlawan Selain itu juga masih banyaknya pengamen yang masuk ke area shelter Pedagang Kaki Lima sehingga menggangu kenyamanan para konsumen yang sedang mampir ke shelter Pedagang Kaki Lima Taman Manteri Supeno.

8 C. PENUTUP Kesimpulan Proses perencanaaan di dalam program Relokasi Pedagang Kaki Lima dari jalan Pahlawan ke Taman Menteri Supeno merupakan salah satu program Pemerintah Kota Semarang yang bertujuan untuk menata Jalan Pahlawan sebagai salah satu Jalan Utama di Kota Semarang agar dapat terlihat indah karena sisa dari para Pedagang Kaki Lima berjualan menyebabkan Jaln Pahlawan terlihat kumuh, maka dipilihlah shelter Taman Menteri Supeno sebagai lokasi pemindahan didalam proses pengorganisasian program relokasi Pedagang Kaki Lima ke shelter Taman Menteri Supeno dilakukan pembagain tugas antara pihak Dinas Pasar Kota Semarang Bidang PKL dengan pihak Paguyuban PKL Taman KB Bersatu Pelaksanaan program relokasi ini sudah berjalan dengan baik dalam beberapa hal akan tetapi masih ada beberapa permasalahan yang harus segera diperbaiki Proses Pengawasan Dinas Pasara Kota Semarang bekerjasama dengan Kelurahan Mugas, Satpol PP, maupun dari internal paguyuban Taman KB Bersatu Saran Menjadikan Taman Menteri Supeno sebagai Taman rekreasi keluarga Mengadakan program yang mampu mempromosikan shelter Taman Menteri supeno kepada amasyarakat. Melakukan sosialisasi melalui media-media mengenai shelter Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno Kota Semarang