BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam batasbatas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan khususnya dalam pebelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact group yang dikenal dengan metode penelitian Quasi Experiment. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment (Eksperimen Semu). Metode penelitian ini merupakan pengembangan dari True Experiment yang memiliki kelemahan dalam menentukan kelas kontrol. Metode penelitian eksperimen semu mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut (Luhut Panggabean, 1996:27). 36
37 Sehingga dalam metode ini pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dianggap paling dominan. Dalam penelitian ini, pengontrolan variabel tidak dilakukan terhadap seluruh variabel, tetapi hanya pada variabel tertentu yang dianggap paling dominan berpengaruh dalam penelitian, sehingga peningkatan pemahaman konsep fisika siswa seolah-olah hanya dipengaruhi oleh model inkuiri laboratorium terbimbing yang diterapkan pada pembelajaran fisika. B. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing. Maka dari itu, peneliti hanya memerlukan satu kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah One group Pretest- Postest Design. Dalam desain ini, kelompok yang menjadi subjek penelitian merupakan kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol. Sebelum diberi perlakuan, kelompok ini diberi pretest (tes awal) dan setelah diberi perlakuan, kelompok ini diberi postest (tes akhir). Banyaknya pretest dan posttest yang diberikan pada siswa adalah satu kali. Jika digambarkan maka akan seperti ini : Keterangan : Pretest Treatment Postest T1 X T2 Gambar 3.1. Desain penelitian One Group Pretest-Postest Design T1 : Pretest (tes awal)
38 X : Treatment (Perlakuan) yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation T2 : Postest (tes akhir) C. Populasi dan Sampel Penelitian Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel ialah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili seluruh karakteristik populasi (sampel representatif). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP negeri di kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian di sekolah tersebut dikarenakan beberapa hal: 1. sekolah tersebut memiliki sarana laboratorium yang lengkap yang menunjang penelitian yang fokus pada pembelajaran inkuiri di laboratorium; 2. sumber daya manusia (siswa) yang baik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu kelas VIII dengan siswa berjumlah 32 orang yang diambil dengan metode sampel bertujuan (purposive sample). Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk melihat peningkatan aspek prestasi belajar dan keterampilan proses sains dasar siswa pada salah satu kelas di sekolah yang peneliti telah pilih. Dengan mempertimbangkan tidak mungkin peneliti merusak sistem kelas yang telah ada, maka peneliti memilih teknik sampling bertujuan tersebut.
39 D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Tes yang digunakan berupa tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006: 151). Instrumen tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan keterampilan proses sains siswa. Tes yang diberikan untuk mengukur prestasi belajar berbentuk pilihan ganda, sedangkan tes Keterampilan Proses Sains berbentuk piliha ganda beralasan. Tes ini diberikan kepada siswa sebelum diberikan treatment (pre-test) dan setelah diberikan treatment (post-test). Lembar soal tes prestasi belajar dan Keterampilan Proses Sains (KPS) terdapat pada lampiran B.3. 2. Lembar Observasi Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2009: 30). Jenis observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor yang diamati sudah diatur menurut kategorinya. Instrumen lembar observasi digunakan sebagai alat penilaian Keterampilan Proses Sains siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dibuat oleh peneliti dan digunakan oleh observer untuk mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran. Lembar observasi yang berbentuk check-list ini terdapat pada lampiran B.1.b
40 E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 1. Tes Tes yang diberikan terdiri dari tes prestasi belajar dan tes Keterampilan Proses Sains. Tes dilakukan dua kali dalam penelitian ini. Tes pertama diberikan pada siswa sebelum diberikan treatment (pre-test). Tes berikutnya dilakukan pada siswa setelah diberikan treatment (post-test). Hasil dari tes diolah dengan menggunakan cara yang dijelaskan pada lampiran C.2.a. 2. Observasi Data yang didapat dari hasil observasi berupa frekuensi dari tiap siswa berkenaan dengan suatu aspek keterampilan proses yang akan dinilai. Siswa dinilai dalam suatu lembar observasi dengan metode check-list. Observer akan diberi suatu rubrik yang akan menjadi patokan penilaian keterampilan proses siswa. Data yang didapat dari hasil observasi selanjutnya ditabulasi. Skor untuk tiap-tiap aspek keterampilan proses sains dijumlahkan. Selanjutnya dengan hasil tersebut peneliti bisa menentukan siswa berada pada kategori sangat terampil, terampil, cukup terampil, kurang terampil, atau tidak terampil dengan menggunakan aturan pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Persentase Hasil Observasi KPS dan interpretasinya % Hasil Observasi Kriteria 80,1% - 100,0% Sangat terampil 60,1% - 80,0% Terampil 40,1% - 60,0% Cukup terampil 20,1% - 40,0% Kurang terampil 0,0% - 20,0% Tidak terampil
41 F. Prosedur Penelitian Secara umum penelitian ini diselenggarakan dalam tiga tahapan besar yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian. Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Penelitian Persiapan-persiapan yang akan dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian adalah sebagai berikut: a. Studi pendahuluan mengenai pendekatan inkuiri laboratorium terbimbing dan juga objek penelitiannya meliputi: 1) Paper: mempelajari dokumen, buku sumber, laporan penelitian sejenis, artikel, jurnal, dsb; 2) Person: berkonsultasi pada dosen pembimbing, berkonsultasi dengan ahli yang berkaitan dengan teori yang akan diuji, mewawancarai guru sekolah yang akan dijadikan objek penelitian 3) Place: menentukan sekolah yang cocok dengan kriteria objek penelitian yang telah disesuaikan dengan hal yang akan diteliti b. Menentukan SMP yang akan dijadikan objek penelitian berdasarkan beberapa kriteria yang telah dijelaskan dibagian populasi; c. Menyiapkan administrasi perizinan penelitian; d. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran, skenario pembelajaran, LKS, dan media pembelajaran kemudian mengkonsultasikannya pada dosen pembimbing; e. Membuat instrumen penelitian berupa tes, lembar observasi, dan angket
42 1) Tes Tes diberikan untuk menguji kemampuan konsep dan keterampilan proses sains siswa sebelum treatment diberikan (pre-test) dan setelah treatment diberikan (post-test) untuk mengetahui pengaruh dri treatment terhadap hasil belajar kognitif siswa. 2) Lembar Observasi Penilaian terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa meliputi aspek mengamati, mengajukan hipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, dan menerapkan konsep. Instrumen untuk mengukur keterampilan proses sains dasar siswa terdiri dari 11 aspek. Skor yang digunakan adalah 0 dan 1, maka skor tertinggi 1 X 11 = 11 dan skor terendah 0 x 11 = 0. Untuk mendapatkan nilai KPS dihitung dengan persamaan (1) sebagai berikut. = 100% (1) f. Melakukan uji coba instrumen Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan untuk melihat validitas dan realibilitas instrumen sehingga ketika instrumen diberikan pada siswa, instrumen tersebut telah valid dan reliabel. Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelas yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas yang akan dijadikan objek penelitian.
43 1) Analisis Validitas Instrumen Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur yang hendak diukur (Arikunto, 2009: 65). Nilai validitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2): = ( 2) Keterangan: X Y N : koefisien korelasi antara variabel X dan Y : skor tiap butir soal : skor total tiap butir soal : jumlah siswa Nilai validitas yang sudah didapat selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan aturan pada tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2 Nilai korelasi dan interpretasinya (Arikunto, 2009: 75) Nilai r xy Interpretasi 0,800 1,00 Sangat tinggi 0,600 0,800 Tinggi 0,400 0,600 Cukup 0,200 0,400 Rendah 0,00 0,200 Sangat rendah 2) Analisis Realibilitas Instrumen Realibilitas didefinisikan sebagai kestabilan hasil yang diperoleh orang yang sama jika dites dengan instrumen yang sama pada waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat relibilitas suatu instrumen adalah
44 dengan menggunakan metoda belah dua (split half method). Dalam menggunakan metode ini penguji hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Realibilitas tes dapat dihitung dengan persamaan (3): = (3) Keterangan: : realibilitas instrumen : korelasi antara skor-skor tiap belahan tes Nilai realibilitas yang sudah didapat selanjutnya diinterpretasikan pula dengan menggunakan aturan pada tabel 3.2 di atas. 3) Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal yang diujikan tergolong soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan (4): = ( 4) Keterangan: : indeks kesukaran : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar : jumlah peserta tes Nilai tingkat kesukaran yang sudah didapat selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan aturan pada tabel 3.3.
45 Tabel 3.3 Nilai koefisien tingkat kesukaran dan interpretasinya (Arikunto, 2003: 210) Nilai P Klasifikasi 0,00 0,29 Soal sukar 0,30 0,69 Soal sedang 0,70 1,00 Soal mudah 4) Analisis Daya Pembeda Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal ditunjukkan oleh indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan daya pembeda pada suatu soal, seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok A32 dengan nilai tertinggi (upper group) dan kelompok B dengan nilai terendah (lower group). Setelah dibagi dua kelompok, maka dapat dilihat jumlah siswa padaa masing-masing kelompok yaitu JA untuk skor total pada kelompok atas (upperr group) dan JB untuk skor total pada kelompok bawah (lower group). Sedangkan BA menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompokk atas, dan BB menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok bawah. Jika keempat nilai tersebut sudah diketahui, maka dapat ditentukan nilai P pada setiap kelompok di setiap butir soalnya. Dengan menggunakan persamaan (5): atau (5)
46 Keterangan : DP = Daya Pembeda B U B L N U N L = Jumlah siswa kelompok atas yang benar = Jumlah siswa kelompok atas yang salah = Banyak siswa kelompok atas = Banyak siswa kelompok bawah Dengan klasifikasi daya pembeda seperti pada tabel 3.4 sebagai berikut : Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Instrumen Tes (Arikunto, 2008: 218) Nilai P Kategori 0 0,20 Jelek 0,21 0,40 Cukup 0,41 0,70 Baik 0,71 1,00 Baik sekali Bertanda negatif Tidak baik Uji coba dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2011. Instrumen tes prestasi belajar yang diujicobakan terdiri dari 26 item pilihan ganda biasa. Tabel 3.5 menunjukkan hasil ujicoba instrumen tes prestasi belajar berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Pengolahan hasil uji coba dapat dilihat pada Lampiran C.1.a. Tabel 3.5 Tabulasi Analisis Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar No. Ranah Tk. Kesukaran Daya Pembeda Validitas Soal Kognitif Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Ket. 1. C 4 0,26 Sukar 0,43 Baik 0,37 Rendah Dipakai 2. C 4 0,88 Mudah 0,19 Jelek 0,09 Sangat rendah Direvisi 3. C 3 0,91 Mudah 0,24 Cukup 0,38 Rendah Dibuang 4. C 5 0,44 Sedang 0,24 Cukup 0,39 Rendah Dipakai 5. C 2 0,47 Sedang 0,19 Jelek 0,24 Rendah Dibuang 6. C 5 0,39 Sedang -0,05 Tidak baik 0,13 Sangat rendah Direvisi 7. C 5 0,28 Sukar 0,29 Cukup 0,26 Rendah Dipakai 8. C 4 0,44 Sedang 0,33 Cukup 0,25 Rendah Dipakai
47 No. Ranah Tk. Kesukaran Daya Pembeda Validitas Soal Kognitif Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Ket. 9. C 4 0,19 Sukar 0,19 Jelek 0,24 Rendah Dibuang 10. C 2 0,21 Sukar 0,24 Cukup 0,32 Rendah Dipakai 11. C 3 0,23 Sukar -0,09 Tidak baik 0,01 Sangat rendah Dipakai 12. C 2 0,37 Sedang 0,19 Jelek 0,16 Sangat rendah Dipakai 13. C 2 0,70 Sedang 0,29 Cukup 0,32 Rendah Dibuang 14. C 2 0,77 Mudah 0,33 Cukup 0,30 Rendah Dipakai 15. C 2 0,14 Sukar 0,19 Jelek 0,51 Cukup Dibuang 16. C 3 0,54 Sedang 0,14 Jelek 0,20 Rendah Dibuang 17. C 3 0,39 Sedang 0,24 Cukup 0,45 Cukup Direvisi 18. C 3 0,26 Sukar -0,05 Tidak baik 0,09 Sangat rendah Dibuang 19. C 3 0,33 Sedang 0,29 Cukup 0,49 Cukup Dibuang 20. C 3 0,21 Sukar 0,14 Jelek 0,12 Sangat rendah Dibuang 21. C 3 0,28 Sukar 0,48 Baik 0,63 Tinggi Dipakai 22. C 3 0,23 Sukar 0,29 Cukup 0,38 Rendah Dibuang 23. C 3 0,23 Sukar 0,09 Jelek 0,07 Sangat rendah Dipakai 24. C 3 0,16 Sukar 0,05 Jelek 0,27 Rendah Dipakai 25. C 2 0,49 Sedang 0,33 Cukup 0,33 Rendah Dibuang 26. C 4 0,95 Mudah 0,05 Jelek 0,02 Sangat rendah Dipakai Realibilitas Tes : 0,08 (Sangat rendah) Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran dari 26 soal prestasi yang telah diujicobakan adalah 15,38% dikategorikan soal yang mudah, 38,46% dikategorikan soal yang sedang, dan 46,15% dikategorikan soal yang sukar. Apabila dilihat dari daya pembedanya, 11,54% dikategorikan tidak baik, 38,46% dikategorikan jelek, 42,31% dikategorikan cukup, dan 7,69% dikategorikan baik. Tingkat validitas dari soal prestasi ini adalah 30,77% dikategorikan sangat rendah, 53,85% dikategorikan rendah, 11,53% dikategorikan cukup dan 3,85% dikategorikan tinggi. Soal ini memiliki tingkat reliabilitas sangat rendah dengan nilai 0,08. Berdasarkan analisis soal yang telah dilakukan, maka diperoleh 15 soal yang layak digunakan dan 11 soal tidak layak digunakan. Hasil uji coba soal prestasi belajar pada 43 siswa di kelas yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas yang dijadikan objek penelitian menunjukkan tingkat realibilitas yang sangat rendah dan mayoritas soal yang
48 diujikan memiliki tingkat validitas yang rendah. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa yang dijadikan objek uji coba tidak siap dengan tes yang dilakukan. Siswa tidak diberi tahu sebelumnya bahwa pada hari uji coba, mereka akan melakukan tes. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mempersiapkan tes terlebih dahulu. Soal prestasi yang diberikan pun terlalu banyak untuk bisa dikerjakan dalam waktu 40 menit. Instrumen tes Keterampilan Proses Sains (KPS) yang diujicobakan terdiri dari 16 item pilihan ganda biasa. Tabel 3.6 menunjukkan hasil ujicoba instrumen tes prestasi belajar berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.b. Tabel 3.6 Tabulasi Analisis Hasil Uji Coba Keterampilan Proses Sains No. Tk. Kesukaran Daya Pembeda Validitas KPS Soal Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Ket. 1. Mengamati 0,26 Sukar 0,19 Jelek 0,28 Rendah Dipakai 2. Berhipotesis 0,88 Mudah 0,38 Cukup 0,55 Cukup Direvisi 3. Berhipotesis 0,91 Mudah 0,33 Cukup 0,42 Cukup Dibuang 4. Berkomunikasi 0,44 Sedang 0,38 Cukup 0,42 Cukup Dipakai 5. Menerapkan konsep 0,47 Sedang 0,19 Jelek 0,52 Cukup Dibuang 6. Berkomunikasi 0,39 Sedang 0,19 Jelek 0,22 Rendah Direvisi 7. Merencanakan percobaan 0,28 Sukar 0,14 Jelek 0,32 Rendah Dipakai 8. Menerapkan konsep 0,44 Sedang 0,19 Jelek 0,49 Cukup Dipakai 9. Melakukan percobaan 0,19 Sukar 0,19 Jelek 0,26 Rendah Dibuang 10. Merencanakan percobaan 0,21 Sukar 0,24 Cukup 0,38 Rendah Dipakai 11. Berhipotesis 0,23 Sukar 0,43 Baik 0,47 Cukup Dipakai 12. Menerapkan konsep 0,37 Sedang 0,24 Cukup 0,38 Rendah Dipakai 13. Merencanakan percobaan 0,70 Sedang 0,38 Cukup 0,48 Cukup Dibuang 14. Berkomunikasi 0,77 Mudah 0,14 Jelek 0,39 Rendah Dipakai 15. Berhipotesis 0,14 Sukar 0,05 Jelek 0,47 Cukup Dibuang 16. Merencanakan Sangat 0,54 Sedang 0,09 Jelek 0,06 percobaan rendah Dibuang Realibilitas Tes : 0,67 (Tinggi)
49 Berdasarkan tabel 3.6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran dari 16 soal Keterampilan Proses Sains yang telah diujicobakan adalah 18,75% dikategorikan soal yang mudah, 43,75% dikategorikan soal yang sedang, dan 37,50% dikategorikan soal yang sukar. Apabila dilihat dari daya pembedanya, 56,25% dikategorikan jelek, 37,50% dikategorikan cukup, dan 6,25% dikategorikan baik. Tingkat validitas dari soal prestasi ini adalah 6,25% dikategorikan sangat rendah, 43,75% dikategorikan rendah, dan 50,00% dikategorikan cukup. Tingkat reliabilitasnya soal ini memiliki tingkat reliabilitas tinggi dengan nilai 0,67 Berdasarkan analisis soal yang telah dilakukan, maka diperoleh 12 soal yang layak digunakan dan 4 soal tidak layak digunakan. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tahap pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut: a. Melakukan pre-test terhadap objek penelitian (siswa) b. Melakukan pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri lab terbimbing sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat c. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aspek keterampilan proses siswa dalam kegiatan praktikum d. Melakukan post-test terhadap objek penelitian (siswa) Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri klaster satu di kota Bandung tepatnya di kelas VIII A. Tabel 3.7 menunjukkan jadwal penelitian yang telah dilakukan.
50 Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian No Hari, Tanggal Pukul Kegiatan Penelitian 1 Rabu, 18-05-2011 07.20-08.40 Pre-Test 2 Rabu, 18-05-2011 10.20-11.40 Pembelajaran pertama 3 Kamis, 19-05-2011 10.20-11.40 Pembelajaran kedua 4 Selasa, 24-05-2011 12.20-13.40 Pembelajaran ketiga 5 Rabu, 25-05-2011 10.20-11.40 Pembelajaran keempat 6 Rabu, 25-05-2011 11.40-13.00 Post-Test 3. Tahap Akhir Penelitian Tahap akhir penelitian diuraikan sebagai berikut: a. Melakukan pengolahan data dan analisis terhadap seluruh data yang dipeoleh b. Menentukan pengaruh suatu variabel (pendekatan inkuiri laboratorium terbimbing) terhadap variabel lainnya (hasil belajar dan keterampilan proses siswa). c. Menarik kesimpulan penelitian d. Menyajikan kekurangan dan faktor pendukung selama penelitian sebagai patokan untuk penelitian selanjutnya
51 Tahap Persiapan Menentukan Masalah (Studi pendahuluan) Studi Litelatur Studi Kurikulum Pembuatan Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran Tahap Pelaksanaan Uji Coba dan Analisis Instrumen Pretest Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Kombinasi Model Pembelajaran DL, ID, dan IL Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Inkuiri Lab Terbimbing Posttest Observasi Tahap Akhir Pengolahan Data Kesimpulan Gambar 3.2. Prosedur Penelitian
52 G. Teknik Pengolahan Data Jika instrumen yang telah dibuat telah diujicobakan maka instrumen tersebut diberikan pada siswa. Setelah data didapatkan, maka dilakukan pengolahan data sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas mempunyai fungsi untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas juga berfungsi untuk mengetahui apakah sampel telah mewakili populasi atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan rumus chi kuadrat. Data yang terkumpul disusun dalam satu distribusi frekuensi terlebih dahulu. Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: a. Data yang terkumpul disusun dalam satu distribusi frekuensi; b. Menentukan batas-batas kelas interval; c. Menentukan titik tengah kelas interval; d. Menuliskan frekuensi (f) bagi tiap-tiap kelas interval; e. Menentukan fx, yaitu hasil kali frekuensi dengan titik tengah. Berdasarkan jumlah fx dapat dihitung rerata dan standar deviasi; f. Dengan menggunakan rerata dan standar deviasi yang telah diketahui, selanjutnya menghitung angka standar atau z score batas nyata kelas interval = (6) g. Menentukan batas daerah dengan menggunakan tabel luas daerah di bawah lengkung normal standar dari 0 ke z; h. Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval dengan cara sebagai berikut:
53 = (6) dengan I yaitu luas kelas interval, I 1 yaitu luas daerah batas atas kelas interval, I 2 yaitu luas daerah batas bawah kelas interval; i. Luas daerah menggambarkan presentase bagian dalam bandingannya dengan luas seluruh kurva yang berjumlah 100%. Bilangan yang menunjukkan luas daerah ini kemudian dikalikan dengan bilangan 100. Bilangan hasil perkalian dengan 100 itulah frekuensi yang diharapkan (fh) dari perhitungan Chikuadrat yang akan dilakukan; j. Dalam menggunakan rumus Chi-kuadrat biaya bilangan yang menunjukkan frekuensi yang diobservasi (fo) dan frekuensi yang diharapkkan (fh). Di dalam tabel kerja telah tertera bilangan-bilangan dimaksud. Frekuensi yang diobservasi (fo) adalah frekuensi pada setiap kelas interval tersebut. 2. Uji Hipotesis a. Uji statistik parametrik Uji statistik parametrik adalah uji t satu perlakuan yaitu untuk menguji apakah data yang diperoleh mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak. Uji statistik parametrik digunakan jika data memenuhi asumsi statistik, yaitu jika terdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Uji t dilakukan dengan mencari harga t hitung dari selisih antara skor pretes dan postes dengan menggunakan rumus: = 1 (7)
54 Dengan: M d xd x 2 d N = mean dari perbedaan pretest dan posttest = deviasi dari masing-masing subjek = jumlah kuadrat masing-masing deviasi = subjek pada sampel Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel distribusi t untuk tes dua ekor. Jika t tabel < t hitung < t tabel maka disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antara skor pretes dan skor postes. Cara mengkonsultasikan t hitung dengan t tabel yaitu: 1) Menentukan derajat kebebasan v= Ni-1 2) Melihat tabel distribusi t untuk tes dua ekor pada taraf signifikansi tertentu, misalnya pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95%. Bila pada v yang diinginkan tidak ada maka diadakan interpolasi. b. Uji t Jika setelah uji homogenitas ternyata data tidak memiliki variansi yang tidak homogen namun terdistribusi normal, maka statistik yang dapat digunakan adalah uji t yaitu sebagai berikut: = (8) Dengan kriteria pengujian adalah terima hipotesisi H 1 jika: + +, (9) Dengan = ; = ; = ; =.
55 c. Uji statistik non-parametrik Uji statistik non-parametrik digunakan jika sampel tidak terdistribusi normal, maka dapat menggunakan uji wilcoxon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Wilcoxon adalah sebagai berikut: 1) Membuat daftar rank 2) Menghitung nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan rank negatif. Nilai W diambil salah satunya. 3) Menentukan nilai W dari tabel. Jika n>25, maka nilai W dihitung dengan rumus: 4) Pengujian hipotesis = +1 4 Jika W > W α(n), maka hipotesis H 1 ditolak. Jika W < W α(n), maka hipotesis H 1 diterima. +1 2 +1 24 (Panggabean, 2001: 159) 3. Uji Gain Ternormalisasi Pretest dan posttest serta keterampilan-keterampilan yang diperoleh dari pengamatan selama proses pembelajaran ditabulasikan dan ditentukan rata-rata prosentasenya. Rata-rata skor pre test dan post test yang menunjukkan penguasaan konsep serta rata-rata skor keterampilan awal dan akhir yang menunjukkan aspek
56 psikomotorik dianalisis untuk menentukan gain atau peningkatannya dengan rumus Hake (Hake, 2002). (10) Keterangan : g(gain)= peningkatan hasil belajar Spre-test = rata-rata pre-test atau keterampilan awal (%) Spost-tes t= rata-rata post-test atau keterampilan akhir (%) Hake ( 2002) mengklasifikasikan gain sebagai berikut: <g> -tinggi : <g> > 0.7; <g> - Sedang : 0.7 > <g> > 0.3; <g> - Rendah : <g> < 0.3.