BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen (agent) di bahas dalam Teori Agensi. Teori agensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

Skripsi Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan memiliki topik Good Corporate Govermance

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak pihak diluar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

SUATU TINJAUAN ASIMETRI INFORMASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN LABA. Oleh; Tri Handayani Amaliah Dosen Akuntansi FEB UNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prespektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Di bawah ini terdapat beberapa penelitian terdahulu sebagai rujukan pada penelitian ini, sebagai berikut: 1. Lasdi (2013) Lasdi (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba dengan basis akrual dan aktivitas riil. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufatktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba berdasarkan basis akrual. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu variabel dependen menggunakan manajemen laba dan variabel independen menggunakan asimetri informasi. Pada penelitian ini menggunakan populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2014 dan menggunakan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Sedangkan penelitian Lasdi menggunakan populasi perusahaan manufaktur pada periode 2008-2011. 2. Rina dan Aprillia (2011) Rina dan Aprillia (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada 9

10 perusahaan food and beverages yang go public di BEI dengan sampel 16 perusahaan untuk periode tahun 2006-2008, menunjukkan kesimpulan peningkatan asimetri informasi memberikan kontribusi nyata terhadap manajemen laba (diproksikan dengan Discretionary Accruals). Sedangkan pada ukuran perusahaan memberikan kontribusi negatif terhadap manajemen laba (diproksikan dengan Discretionary Accruals). Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu variabel dependen menggunakan manajemen laba dan variabel independen menggunakan asimetri informasi. Perbedaan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan pada periode 2010-2014. Sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan food and beverage pada tahun 2006-2008. 3. Dini dan Masodah (2011) Dini dan Masodah (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh asimetri informasi, struktur kepemilikan manajerial, dan leverage terhadap praktik manajemen laba dalam industri perbankan di Indonesia dengan menunjukkan hasil bahwa secara parsial asimetri informasi dan leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba, dan struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Sementara itu, secara bersama-sama asimetri informasi, struktur kepemilikan manajerial dan leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu variabel dependen menggunakan manajemen

11 laba, variabel independen dan sampel penelitian menggunakan perusahaan perbankan. Perbedaan penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen meliputi asimetri informasi, struktur kepemilikan manajerial, dan leverage, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan variabel independen asimteri informasi saja. Tahun sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu dari tahun 2007-2009, sedangkan penelitian ini dari tahun 2010-2014. 4. Richardson (1998) Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen yang menggunakan asimetri informasi dan variabel dependen yang menggunakan manajemen laba. Perbedaan penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan yang terdaftar di NYSE pada periode akhir Juni 1988-1992. Sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan listed di BEI tahun 2010-2014 dan menggunakan GCG sebagai variabel pemoderasi. 5. Vinola Herawaty (2008) Vinola Herawaty (2008) meneliti mengenai peran praktek corporate governance sebagai moderating variable dari pengaruh earnings

12 management terhadap nilai perusahaan dengan sampel perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitian membuktikan corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan. Komisaris independen, kualitas audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara earnings management dan nilai perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi. Earnings management dapat diminimumkan dengan mekanisme monitoring oleh komisaris independen, kualitas audit dan institusional ownership. Adanya persamaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pemoderasinya menggunakan good corporate governance. Perbedaan pada penelitian Herawaty menggunakan variabel independen earnings management dan variabel dependennya nilai perusahaan. Sedangkan penilitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independennya asimetri informasi. 6. Ndaruningpuri Wulandari dan Widaryanti (2008) Ndaruningpuri, Widaryanti (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh asimetri informasi, manajemen laba dan indikator mekanisme corporate governance terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia. Sampel yang digunakan perusahaan publik yang terdaftar di BEJ sebanyak 91 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan pada indikator mekanisme

13 corporate governance internal, hanya debt to equity yang signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan jumlah dewan direktur, proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada salah satu variabel independen yaitu asimetri informasi. Perbedaan penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen kinerja keuangan dan variabel independen asimetri informasi, manajemen laba, dan GCG dengan sampel perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independen asimetri informasi serta sampel yang digunakan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 7. Rahmawati, dkk (2006) Rahmawati, dkk (2006) meneliti pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu variabel dependen menggunakan manajemen laba dan variabel independen menggunakan asimetri informasi. Pada penelitian sebelumnya menggunakan tahun penelitian selama tahun 2000-2004, sedangkan penelitian ini melakukan penelitian selama tahun 2010-2014 dan menggunakan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi.

14 2.2. Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.2.1 Teori Agensi Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer (Rahmawati, 2012). Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham (pemilik) dan manajemen (manajer). Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara principal

15 dan agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah transparansi (transparancy), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility). Corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agen yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen laba. 2.2.2 Teori Bid Ask Spread Menurut Subali dan Diana Zuhroh (2002) Bid-ask Spread adalah selisih antara harga beli (bid) tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual (ask) terendah yang

16 menyebabkan investor bersedia untuk menjual sahamnya. Bid-ask spread yang merupakan fungsi dari biaya transaksi mempengaruhi perdagangan dan menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang/pendek aset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi/rendah. Menurut Stoll (1987), bid-ask Spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari : 1. Pemilikan saham (inventory holding) Biaya kepemilikan saham menunjukkan trade-off antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki sedikit saham. Banyak sedikitnya saham yang dipegang dapat ditunjukkan oleh lama tidaknya trader tersebut. Apabila saham yang dimiliki sulit diperdagangkan, maka dengan terpaksa trader harus menahan dana yang tertanam pada saham dan juga menanggung opportunity cost. Oppurtinity cost merupakan bagian terbesar dari biaya kepemilikan saham. 2. Pemrosesan pesanan (order processing) Biaya pemrosesan pesanan yaitu kompensasi bagi dealer atas jasanya menjalankan pesanan investor yang meliputi biaya administrasi, pelaporan, proses komputer, telepon, dan lain-lain. 3. Asimetri informasi (information asymetric) Timbulnya biaya informasi disebabkan adanya dua pihak trader memiliki dan mengakses informasi yang tidak sama. Asimetri informasi menyebabkan munculnya perilaku adverse selection. Adverse Selection terjadi karena informasi terdistribusi secara

17 asimetris di antara partisipan pasar modal, oleh karena itu broker/dealer menghadapi masalah adverse selection karena ia melakukan transaksi dengan investor yang memiliki informasi yang superior. Rumus yang digunakan untuk menghitung bid-ask spread (BAS) adalah sebagai berikut: 2.2.3 Manajemen Laba Earning management didefinisikan sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu (Scott, 2003:369). Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Scott (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam manajemen laba, yaitu: a. Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat pengangkatan CEO baru dengan cara melaporkan kerugian dalam jumlah besar yang diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. b. Income Minimization Pola ini dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada masa mendatang

18 diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. c. Income Maximization Pola ini dilakukan pada saat laba menurun bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. d. Income Smoothing Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Scott (2000) juga mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu : a. Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. b. The Debt Covenant Hypotesis Manajemen akan berusaha untuk meningkatkan laba agar tidak melanggar perjanjian kredit yang telah dilakukan serta demi menjaga nama baik dan reputasi mereka.

19 c. Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. d. Taxation Motivations Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. e. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. f. Initital Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur manajemen laba adalah sebagai berikut: DAit = TAit NDAit

20 2.2.4 Asimetri Informasi Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi dapat terjadi karena manajer lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang saham, sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Herawaty, 2008). Asimetri informasi adalah suatu keadaan di mana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. Menurut Scott (2012), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu jenis asimetri informasi karena satu atau lebih kelompok dalam transaksi bisnis atau transaksi yang berpotensi memiliki kelebihan informasi yang menguntungkan dibandingkan dengan kelompok lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan manajer untuk memanfaatkan keuntungan informasi mereka dari investor. Antara lain, dengan cara mengatur informasi yang diberikan

21 kepada investor. Hal ini mungkin akan mempengaruhi kemampuan investor untuk membuat keputusan investasi. 2. Moral hazard adalah jenis informasi asimetri yang terjadi karena salah satu atau lebih kelompok dalam transaksi bisnis atau transaksi yang potensial dapat memantau sejauh mana tindakannya dalam pemenuhan transaksi tersebut tetapi kelompok lain tidak bisa. Masalah ini muncul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang menjadi karakteristik dari sebagian besar bentuk perusahaan. Dalam penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2012). Dengan adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. 2.2.5 Good Corporate Governance (GCG) Good corporate governance merupakan cara kerja, cara pengambilan keputusan dan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,

22 karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. Prinsip good corporate governance dapat dijadikan sebagai model untuk memperbandingkan sebuah lembaga pemerintahan atau instansi lain antara yang baik dengan yang buruk. FCGI menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Menurut KNKG (2006), Pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar sebagai berikut: 1. Transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan; 2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif; 3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan Bank yang sehat; 4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun; dan 5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23 Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG, Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu: a. Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris adalah mengawasi kualitas informasi yang tersedia di laporan keuangan. Dewan komisaris tidak memiliki wewenang dalam perusahaan, namun dewan direksi yang akan memberikan informasi yang terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris (KNKG, 2006). b. Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Direksi Menurut Solihin (2009) fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencangkup lima tugas utama, yaitu kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian internal, komunikasi dan tanggung jawab sosial. c. Kelengkapan Dan Pelaksanaan Tugas Komite Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite adalah membantu dewan komisaris memberikan opini yang profesional untuk meningkatkan kualitas kinerja serta mengurangi penyimpangan pengelolaan perusahaan. d. Penanganan Benturan Kepentingan Penanganan benturan kepentingan diatur dalam Surat Keputusan Direksi No. 20/18/DIR/SK tanggal 22 September 2008 yang disetujui oleh Dewan Komisaris.

24 e. Penerapan Fungsi Kepatuhan Di mana fungsi kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkahlangkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan peruandang-undangan yang berlaku, termasuk sesuai prinsip syariah (bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah), serta memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang. Pokok-pokok pengaturan Peraturan bank Indonesia (PBI) Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan pada Bank Umum adalah : 1. Fungsi kepatuhan merupakan bagian dari pelaksanaan framework manajemen resiko. Fungsi kepatuhan melakukan pengelolaan resiko kepatuhan melalui koordinasi dengan satker terkait. 2. Pelaksanaan fungsi kepatuhan menekankan pada peran aktif dari seluruh elemen organisasi kepatuhan yang terdiri dari direktur yang membawahkan Fungsi kepatuhan, Kepala Unit Kepatuhan dan satuan kerja kepatuhan untuk mengelola resiko kepatuhan. 3. Menekankan pada terwujudnya budaya kepatuhan dalam rangka mengelola risiko kepatuhan. 4. Kepatuhan merupakan tanggung jawab personil seluruh bagian dari bank dengan tone from the top.

25 5. Status independensi yang disandang dari elemen organisasi fungsi kepatuhan dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas dan menghindari konflik kepentingan (conflict of interest). f. Penerapan Fungsi Audit Intern Fungsi audit intern yang dilaksanakan oleh direksi untuk memastikan apakah pelaksanaan fungsi kepatuhan tersebut sudah sesuai atau tidak. g. Penerapan Fungsi Audit Ekstern Fungsi audit ekstern untuk memenuhi aspek-aspek yang sudah memperoleh persetujuan RUPS dari komite audit melalui dewan komisaris. h. Penerapan Manajemen Resiko Termasuk Sistem Pengendalian Intern Penerapan manajemen resiko termasuk sistem pengendalian intern harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang membentuk manajemen resiko dan unit kinerja manajemen resiko untuk membantu kelancaran penerapan fungsi manajemen resiko dan sistem pengendalian intern pada suatu perusahaan. i. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) Dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposures) Penyediaan dana pihak terkait dan debitur besar berpedoman pada peraturan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit serta diatur dalam ketentuan ionternal bank.

26 j. Transparasi Kondisi Keuangan Dan Non Keuangan Bank, Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance Dan Pelaporan Internal Transparansi merupakan suatu informasi yang terbuka, jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. k. Rencana Strategis Bank. Penyusunan rencana strategis dilakukan dengan cara yang sistematis, realistis, responsif terhadap peraturan internal dan eksternal yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia. Jumlah nilai dari sebelas indikator disebut dengan nilai komposit, nilai komposit dibagi menjadi lima (5) bagian, yaitu 1) Dikatakan sangat baik bila nilai kompositnya < 1,5; 2) Dikatakan baik bila nilai 1,5 nilai komposit < 2,5; 3) Dikatakan cukup baik bila nilai 2,5 nilai komposit < 3,5; 4) Dikatakan kurang baik bila 3,5 nilai komposit < 4,5; 5) Dikatakan tidak baik bila nilai 4,5 nilai komposit < 5. Sedangkan peringkat kesehatan Bank dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011 terbagi menjadi lima (5) kategori, yaitu peringkat 1 (low), peringkat 2 (low to moderate), peringkat 3 (moderate), peringkat 4 (moderate to high), dan peringkat 5 (high). Sehingga dapat disimpulkan, semakin kecil suatu peringkat bank Bank tersebut dikatakan sehat dan nilai komposit pun akan dikatakan baik pula.

27 Tabel 2.1 PENILAIAN KOMPOSIT GOOD CORPORATE GOVERNANCE No Aspek yang dinilai Bobot (A) Peringkat (B) Nilai (A) X (B) Catatan * 1 2 3 Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Direksi Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite 10,00 % 0 0,000 20,00 % 0 0,000 10,00 % 0 0,000 4 Penanganan Benturan Kepentingan 10,00 % 0 0,000 5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5,00 % 0 0,000 6 Penerapan Fungsi Audit Intern 5.00 % 0 0,000 7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern 5.00 % 0 0,000 8 9 10 Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Debitur Besar (Large Exposures) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank, Laporan pelaksanaan GCG dan laporan Internal 7,50 % 0 0,000 7,50 % 0 0,000 15,00% 0 0,000 11 Rencana Strategis Bank 5,00 % 0 0,000 Nilai Komposit 100% 0,000 *: Berisi penjelasan mengapa penilai memberikan peringkat sebagaimana pada kolom (b) Sumber : Lampiran SE BI No. 9/12/DPNP/2007 2.2.6 Hubungan Antar Variabel 1. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Asimetri informasi adalah suatu keadaan di mana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Informasi tersebut dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya praktik manajemen laba. Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada

28 semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode 1988-1992 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. 2. Pengaruh Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Krisis finansial global yang melanda dunia merupakan akumulasi dari ulah korporat yang melanggar aturan bisnis yang sehat yaitu good corporate governance, dalam bentuk kurangnya transparansi oleh pihak manajemen terhadap para pemegang saham. Dengan kurangnya transparansi tersebut menyebabkan timbulnya kesenjangan informasi antara manajemen dan pemegang saham. Peran good corporate governance secara langsung dapat menurunkan asimetri informasi. Kanagaretman et al (2007); dan Meilani (2009) berhasil membuktikan bahwa good corporate governance mempengaruhi informasi asimetri di sekitar pengumuman laba. Karena pada saat melakukan pengumuman laba, good corporate governance diharapkan menjamin keseimbangan distribusi informasi, sehingga tidak ada informasi private yang terjadi. 2.3. Kerangka Pemikiran Manajemen laba adalah pilihan metode akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan guna meningkatkan atau menurunkan laba untuk kepentingan pribadi maupun perusahaan. Hal

29 ini dilakukan oleh manajemen karena manajemen memiliki informasi yang lebih dibandingkan oleh principal sehingga manajemen dapat meningkatkan atau menurunkan laba untuk menarik pemegang saham. Kesenjangan informasi ini disebut asimetri informasi. Infomarsi tentang laba sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan. Semakin besar perusahaan, maka semakin ada peluang bahwa pihak manajemen akan melakukan manajemen laba. Perusahaan yang relatif besar akan berusaha memperbaiki kinerja dan meningkatkan kualitas usaha dengan menerapkan good corporate governance agar pemegang saham tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dari pemaparan di atas maka peneliti menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Variabel Independen Asimetri Informasi (Bid-ask) Variabel Dependen Manajemen laba (discretionary accruals) Variabel Pemoderasi Good Corporate Governance Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

30 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini, meliputi: H1 : Asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba. H2 : Good corporate governance memoderasi asimetri informasi terhadap manajemen laba.