BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. neraca yang mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penamaan teori pecking order dilakukan oleh Myers (2001), secara singkat teori

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL DAN DIMODERATING PROFITABILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun hutang. Dana yang diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah cabang, dan sebagainya. Profitabilitas adalah hasil bersih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19)

Bab II. Tinjauan Pustaka

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

I. PENDAHULUAN. total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998). Besarnya laba digunakan

PEMBAHASAN. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan Menurut Riyanto (2008:251) laporan keuangan adalah laporan yang memberikan ihtisar mengenai keadaan finansil perusahaan, yang terdiri dari neraca yang mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan laba rugi yang mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasannya meliputi periode satu tahun. Menurut Brigham (2007:38) laporan keuangan adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun olehperusahaan kepada para pemegang saham.laporan ini berisi laporankeuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selamatahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan. Sedangkan, Analisis laporan keuangan adalah digunakan untuk memprediksi masadepan, sedangkan dari sudut pandang manajeman, analisis laporankeuangan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan danyang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yangakan mempengaruhi peristiwa di masa depan. 2.1.2 Teori Pecking Order Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson (1961) sedangkan penamaan teori pecking order dilakukan oleh Myres et al (2008),secara singkat teori ini menyatakan bahwa (a) perusahaan menyukai internal financing, karena

dana ini terkumpul tanpa mengirim sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham, (b) apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri yaitu Internal dan Eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan.menurut Myres (2008) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Menurut (Yuke dan Hadri, 2008:4) urutan sumber pendanaan dengan mengacu pada teori pecking order adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri). 2.1.3 Asymetric Information Theory Teori ini diajukan oleh Donaldson dari Harvard University dalam Sjahrial (2008 : 207) tentang informasi yang tidak simetris. Asymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan ingin memaksimukan nilai untuk pemegang saham saat ini, bukan pemegang saham baru, ada kecenderungan bahwa:

1. Jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah tersebut dinikmati pemegang saham saat ini). 2. Jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana (ini akan menguntungkan pemegang saham saat ini karena tanggung jawab mereka berkurang). Masalahnya adalah para investor tahu kecenderungan ini sehingga mereka melihat penawaran saham baru sebagai pertanda berita buruk sehingga harga saham perusahaan cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal sendiri menjadi tinggi. Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung turun. Hal ini mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang daripada menerbitkan saham baru. Sehingga Donaldson menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan : 1. Laba ditahan dan dana depresiasi 2. Hutang 3. Penjualan saham baru 2.1.4 Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan. Komponen modal terdiri dari setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba dan lainnya (Kasmir, 2010 : 81). Menurut Munawir (2001 : 19), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang terdapat pada sisi kanan neraca

perusahaan yaitu pada pos modal saham atau laba ditahan. Sedangkan modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Perimbangan antara seluruh modal asing dan modal sendiri disebut struktur keuangan, sedangkan perimbangan antara modal asing dan modal sendiri yang bersifat jangka panjang akan membentuk struktur permodalan. Riyanto (2008:17) mengemukakan modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya, kemudian pengertian modal modal dinilai pada nilai, daya beli, atau kekuasaaan memakai atau menggunakan hal-hal yang terkandung dalam barang-barang modal. Sedangkan menurut Brigham (2007 : 62) modal adalah jumlah dari hutang jangka panjang, saham preferen dan ekuitas saham biasa atau mungkin pos-pos tersebut plus hutang jangka pendek yang dikenakan bunga. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorongkelancaran usahanya, hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karena modal merupakan suatu faktor produksi, dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh tersedianya faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar (Artanti, 2007:16). Secara sederhana, modal adalah kelebihan nilai harta yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang hutangnya. Menurut beberapa pakar ekonomi pengertian modal adalah Munawir (2007:19) mengemukakan bahwa modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang

ditunjukkan dalam pos modal, surplus, dan laba ditahan, dapat juga dikatakan, bahwa modal merupakan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang hutangnya. Sedangkan, Riyanto (2008:19) menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli tentang modal, yaitu modal yang tercatat di sebelah debet disebut modal konkret dan di sisi kredit adalah modal abstrak atau dapat digambarkan sebagai modal aktif yang terletak di sisi debet neraca, yang menggambarkan bentuk bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif yang terletak di sebelah kredit neraca yang menggambarkan sumber sumber dari mana dana diperoleh. Atmaja (2008:115) berpendapat lain bahwa modal merupakan dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item item yang ada di sisi kanan suatu neraca yaitu : hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa modal adalah keseluruhan harta atau dana yang ada dalam perusahaan yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaa. 2.1.5 Struktur Modal Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007) struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang dituangkan dalam hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan, bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.

Menurut Riyanto (2008:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan, menurut Kieso dan Weygandt (2007:263) hutang jangka panjang terdiri dari tiga jenis, yaitu pertama, kewajiban yang berasal dari situasi keuangan spesifik, seperti penerbitan obligasi, kewajiban lease jangka panjang dan wesel bayar jangka panjang. Kedua, kewajiban yang berasal dari operasi biasa perusahaan bersangkutan seperti kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yangditangguhkan. Ketiga, kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu kejadian atau lebih di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah yang harus dibayar, atau siapa yang harus dibayar, atau tanggal pembayaran, seperti jaminan jasa atau produk dan kontinjensi lainnya. Dapat disimpulkan bahwa komponen yang masuk dalam struktur modal adalah hutang jangka panjang, modal saham biasa, modal saham preferen, surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Kebijakan struktur modal mencakup tindak pemilihan antara resiko dan pengembalian yang diharapkan, penambahan hutang akan menaikkan tingkat resiko arus pendapatan perusahaan, tetapi lebih tingginya hutang juga berarti lebih besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingginya tingkat resiko akan menurunkan harga saham tetapi tingginya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Menurut Weston and Brigham (2007:459) struktur modal yang optimal adalah keadaan dimana resiko dan pengembalian ini seimbang sehingga harga saham dapat dimaksimalkan.

Menurut Riyanto (2008:22) struktur modal ini dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Weston dan Copeland (2008:3), yaitu: Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham saja. Komposisi pendanaan perusahaan perlu diperhatikan untuk menentukan struktur modalnya, yaitu dengan mempergunakan dana dari luar perusahaan berupa hutang jangka panjang dan hak menerbitkan saham yang lebih banyak. Pemilihan alternatif pendanaan tersebut memperhatikan kepentingan investor, oleh karena itu, salah satu pertimbangan investor sebelum melakukan investasi adalah melihat struktur modal perusahaan tersebut. Para kreditor lebih menyukai pemenuhan kebutuhan hutang yang sedikit untuk memperkecil kerugian yang diderita kreditor jika dilikuidasi. Sebaliknya, pemilik dan pemegang saham lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dari hutang, karena menerbitkan saham baru berarti melepas sejumlah kendali perusahaan, dan apabila perusahaan tersebut berhasil, maka akan diperoleh keuntungan yang lebih besar daripada yang harus dibayar sebagai bunga, sehingga pendapatan bagi pemilik akan meningkat, tetapi apabila perusahaan gagal, pemilik menderita kerugian yang kecil karena investasinya sangat rendah, kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian.

2.1.6 Struktur Aktiva 1. Pengertian Struktur Aktiva Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakandalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva suatu perusahaan akan tampak dalam sisi sebelah kiri neraca. Struktur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah Perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto,2008 : 22). Selanjutnya yang dimaksud dengan artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal, sedangkan yang dimaksud dengan artian relatif adalah perbandingan dalam bentuk persentase. Sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki. Karena hal ini menyangkut seberapa besar dana yang dibutuhkan yang berkaitan langsung dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Syamsuddin (2007:9), menjelaskan bahwa:alokasi untuk masing-masing komponen aktiva mempunyai pengertian berapa jumlah rupiah yang harus dialokasikan untuk masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Sesudah menentukan alokasi untuk kedua macam aktiva tersebut maka biasanya seorang manajer harus menentukan alokasi optimal untuk masing-masing komponen aktiva lancar. disamping itu seorang manajer keuangan juga harus menentukan alokasi untuk setiap komponen aktiva tetap serta umur dari masing-

masing komponen tersebut, kapan harus diadakan perbaikan, penggantian dan sebagainya. 2. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah bagian dari struktur aktiva. Aktiva lancar umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya kurang dari satu tahun. Djarwanto (2008:25), membagi aktiva lancar sebagai berikut: 1. Kas, yaitu berupa uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. 2. Investasi jangka pendek (temporary investment), yaitu berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek. 3. Wesel tagih (notes receivable), yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes. 4. Pihutang dagang (account receivable), meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseroan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. 5. Penghasilan yang masih akan diterima (accrual receivable), yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.

6. Persediaan barang (inventories),yaitu barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. 7. Biaya yang dibayar dimuka,yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan. 3. Aktiva Tetap Aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi jangka panjang. Bagi perusahaan industi aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak untuk semua jenis perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan. Sama halnya dengan investasi dalam aktiva lancar, investasi dalam aktiva tetap juga pada akhirnya mengharapkan tingkat pengembalian yang optimal atas dana yang sudah diinvestasikan. Bagi perusahaan industri, aktiva tetap merupakan power untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal. Proporsi aktiva tetap yang lebih besar atas aktiva lancarnya akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian. Syamsuddin (2007:409) menjelaskan bahwa, Aktiva tetap sering disebut sebagai the earning assets (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi earning power perusahaan. Perusahaan-perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap

dibandingkan aktiva lancar yang dimilikinya, sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarkan aktiva yang benar-benar dapat memberikan hasil kepada perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memperoleh hasil yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap dibandingkan aktiva lancarnya maka sebaiknya perusahaan menjual aktiva-aktiva tetap yang dimiliki dan dengan hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk membeli atau melakukan investasi dalam aktiva lancar 2.1.7 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Brigham dan Houston (2012) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkapengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan mendanai kegiatan usahanya melalui dana yang dihasilkan secara internal. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualandan investasi. Pengukuran profitabilitas yang lazim digunakan untuk menganalisis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut : 1) Net profit margin yaitu membandingkanantra laba bersih denganpenjualanyang dihasilkan oleh perusahaan. Pengukurkan ini akan menunjukan seberapa besar laba bersihyang dapat dihasilkan oleh tingkat penjualan dari perusahaan tersebut.

2) Return on asset (ROA) yaitu membandingkan antara laba bersih dengan total aset dari perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukan seberapa besar laba bersih yang didapat dihasilkan oleh total aset dari perusahaan tersebut. 3) Return on equity (ROE) yaitu membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri dari perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan akan modal sendiri dari perusahaan tersebut. Suatu perusahaanyang memiliki tingkat profitabilitas tinggi akan cenderung membiayai perusahaan dengan modal sendiri yaitu dengan laba ditahan juga saham. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka nilai saham akan menginggkat dan hal ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan dengan menjual saham-saham yang nilainya telah meningkat tersebut. 2.1.8 Likuiditas Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar kewajiban jangka pendek (Van Horne dan Wachowicz, 2007). Rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek. Semakin likuid suatu perusahaan, maka akan semakin mudah dalam memperoleh pendanaan hutangnya. Hal tersebut dikarenakan kepercayaan dari para kreditur terhadap perusahaan cukup tinggi, sehingga memudahkan kreditur dalam mengalirkan dananya untuk perusahaan tersebut. Namun menurut teori

pecking order, perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi maka akan cenderung tidak menggunakan pendanaan melalui hutang karena perusahaan akan menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya (Seftianne dan Handayani, 2011). 2.1.9 Ukuran Perusahaan Menurut Brigham dan Houston (2001 : 117), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Menurut Abdul Halim (2007 : 93), semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. 2.1.10 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Struktur aktiva atau bisa juga disebut sebagai Collateral Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah bagian Tangible Assets dari keseluruhan aktiva yang merupakan sumber jaminan yang paling diterima oleh bank ketika

perusahaan akan meminjam uang dan meningkatkan hutangnya (Kusuma, 2009: 16). Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman, et al., (2011:38) adalah suatu situasi dimana manajer memilki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan daripada investor. Menurut teori asimetri informasi (Chen, et al., 2008:14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena struktur aktiva suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke kreditur untuk meningkatkan hutangnya, ketika kreditur tidak mempunyai informasi yang lengkap dan jelas mengenai perilaku perusahaan, maka perusahaan dengan sedikit struktur aktiva akan sulit untuk mendapatkan dana dari hutang, selain itu proporsi yang lebih tinggi dari struktur aktiva berarti ketersediaan jaminan tinggi, sehingga akan mengurangi biaya hutang. Zonenschain (2009:8) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mempunyai aset yang besar dan dapat dijadikan sebagai jaminan (Collateral) mempunyai kemungkinan keberhasilan yang cukup besar dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat yang menguntungkan daripada perusahaan lain yang mempunyai struktur aktiva atau Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab itu perusahaan akan memanfaatkan keuntungan tersebut dengan menerbitkan hutang lebih banyak daripada modal.perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, et al., 2008:15). Beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal perusahaan.

2.1.11 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan (Firm Size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, et al., 2008:15). Menurut Zonenschain (2009: 9) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, dimana tingkat kebangkrutanya lebih rendah daripada perusahaan kecil, semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang kecil, lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal perusahaan. Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal. 2.1.12 Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal Likuiditas adalah digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Horne dan Wachowicz, 2007). Salah satu rasio likuiditas yang akan digunakan dalam penelitian ini current ratio (rasio lancar). Menurut Weston dan Copeland (2008) current ratio (rasio lancar)

merupakan rasio antara aktiva lancar terhadap kewajiban lancar. Rasio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan perediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang bank jangka pendek atau hu tang lainnya yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun. Menurut pecking order theory, perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan lebih memilih menggunakan sumber dana internal terlebih dulu sebelum melakukan investasi keuangan yang baru. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebihdahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Myers dan Rajan (2012) menyatakan bahwa ketika biaya agensi dari likuiditas tinggi, maka kreditur luar membatasi jumlah pembiayaan hutang yang tersedia bagi perusahaan. Oleh karena itu terdapat hubungan negatif antara likuiditas dengan DER. Hasil ini didukung oleh penelitian Syeikh dan Wang (2011) serta Shahjahanpour (2010).

2.1.13 Profitabilitas Memoderasi Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan menurut Riyanto (2008:331) rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusankeputusan. Teori pecking order (Kahle, et al., 2008:7) menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori ini, perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan Retained Earning. Menurut Chen, et al., (2008:16) teori pecking order menyatakan adanya hubungan negatif antara struktur modal dan Profitability, jika suatu perusahaan untuk menandai proyek-proyeknya dengan Retained Earning daripada dengan hutang. Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal. 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian wijaya dan hadianto (2008) yang berjudul pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas terhadap struktur modal emiten sektor ritel di Bursa Efek Indonesia : sebuah pengujian hipotesis pecking order.

Menunjukkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan penentuan struktur modal. Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Dan variabel likuiditas merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap struktur modal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2009) menunjukkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan penjualan, dan rasio utang sedangkan profitabilitas tidak mempengaruhi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Parlak (2010) menunjukkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas, risiko, dan ukuran perusahaan sedangkan pertumbuhan penjualan, nilai agunan, dan pajak tidak mempengaruhi. Adapun terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Wenny (2013) menunjukkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah ukuran perusahaan, tangibility, volatility, dan growth Opportuniy sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi adalah pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, dan profitabilitas. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Dengan studi kasus yang dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian.

2.3 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. Dimana dalam rerangka pemikiran ini diberikan skema singkat mengenai alur penelitian yang menggambarkan proses penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini bersifat kausal yaitu variabel independen yang meliputi struktur aktiva yang diukur dengan aktiva tetap dengan total asset, ukuran perusahaan yang diukur dengan log natural dari total asset, dan likuiditas yang dikur dengan aktiva lancar dengan hutang lancar. Semua faktor tersebut di moderasi oleh variabel profitabilitas. Sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal yang diukur dengan menggunakan total hutang dengan total modal sendiri.rerangka pemikiran yang akan ditampilkan dalam penelitian ini tampak pada Gambar 1.

Laporan Keuangan Publikasi Bursa Efek Indonesia perusahaan Otomotif Struktur Aktiva (SA) Ukuran Perusahaan (size) Likuiditas (Lq) Uji Asumsi Klasik : 1. Uji Normalitas 2. Uji Heterokadastisitas 3. Uji Multikolineritas 4. Uji Auto korelasi Struktur Modal (SM) Profitabilitas (P) sebagai Variabel Moderating Uji Kelayakan Model Uji Regresi Berganda Regresi Liniear Berganda: Uji Koefisien Determinan (Adujusted R 2 ) Interpretasi Pengujian Hipotesis Uji Regresi : 1. Regresi 1 2. Regresi 2 3. Regresi 3 4. Regresi 4 Kesimpulan dan Saran Gambar 1 Rerangka Pemikiran

2.4 Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut : H1 H2 H3 H4 H5 : Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal : Ukuran perusahaan berpegaruh positif terhadap struktur modal : Likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal :Profitabilitas memoderasi pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap struktur modal