BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat indonesia di Kabupaten/Kota se-indonesia berdasarkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR : 51 /Kpts/KPU-Kab /2015.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 12/Kpts/KPU-Kab /V/2015 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya keputusan ini adalah sebagai berikut :

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. a. menyebarluaskan informasi kegiatan menyangkut tahapan, jadwal dan program Pemilihan;

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kab /2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

KOMISI PEMILIHAN UMUM

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR : 20/Kpts/KPU Kab /2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

~ 1 ~ SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN. NOMOR : 16/Kpts/KPU-Kab /2015

Peraturan...

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu Bupati atau Walikota yang dilaksanakan secara langsung oleh rakyat indonesia di Kabupaten/Kota se-indonesia berdasarkan pada undang-undang dasar 1945 amandemen ke-2 yang berbunyi Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan kota dipilih secara Demokratis. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara Pemilu memiliki tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ Kota kepada masyarakat. Rakyat sebagai pemegang mandat tertinggi kedaulatan rakyat perlu mengerti dan memahami segala aspek tentang penyelenggaraan Pemilu. Salah satu kelompok yang memiliki peran strategis adalah Pemilih Pemula. Posisi pemilih pemula sebagai salah satu dari kelompok sasaran pendidikan pemilih, perlu diberi

prioritas untuk dibentuk menjadi pemilih yang rasional, kritis dan mandiri, sehingga dapat mewujudkan hasil penyelenggaraan pemilu yang berkualitas. Definisi partisipasi politik secara umum adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah (publik policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct action-nya dan sebagainya (Budiardjo dalam Iskandar, 2010:314). Keterlibatan masyarakat dalam pemilihan umum diharapkan dapat mencapai hasil yang benar-benar mencerminkan kehendak rakyat. Hal ini akan dipergunakan sebagai dasar untuk pembentukan pemerintahan dalam lima tahun berikutnya. Oleh karena itu, Pemilu harus dilaksanakan di atas prinsip yang bebas dan adil sebagai fungsi Pemilu yang tidak dipisah-pisahkan antara lain sebagai sarana legitimasi politik, perwakilan politik, pergantian atau sirkulasi elit penguasa dan sarana pendidikan politik (Haris dalam Tricahyo, 2009:6). Rusadi Kartaprawira (1988:54) mengartikan pendidikan politik sebagai "upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya." Berdasarkan pendapat Rusadi Kartaprawira tersebut, maka pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami

perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks, bersegi banyak, dan berubah-ubah. Berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Garut Nomor 02/Kpts/KPU/-Kab-011.329062/Tahun 2013 tentang pedoman teknis Pelaksanaan sosialisasi / Pendidikan Pemilih penyelenggaraan Pemilihan Bupati Garut Tahun 2013. Pemilih Bupati Garut Tahun 2013 akan berkualitas apabila pemilih mendapatkan informasi yang cukup sehingga mereka dapat menjadi pemilih yang aktif dan kritis. Untuk itu program yang dibuat dalam pelaksanaan sosilisasi Pemilihan Bupati Garut Tahun 2013 mempertimbangkan kesesuaian antara materi, metode, dan sasaran sehingga sosialisasi yang dilaksanakan KPU Kabupaten Garut mudah diterima oleh pemilih. Tabel 1.1 Kegiatan Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih Oleh KPU Kabupaten Garut 2013 No Kegiatan Metode Media 1 Sosialisasi hari pemungutan suara Reklame Bander Stiker 2 Sosialisasi tahapan, program, dan jadwal waktu pemilihan Penguatan jaringan Baligo Poster Media 3 Sosialisasi pendaftaran pemilih Pusat Informasi \media massa Website 4 Sosialisasi pasangan calon Pelatihan media massa billboard poster

5 Launching tahapan, program, Pusat informasi Media dan jadwal Pelatihan 6 Launching pasangan calon Reklame Spanduk Iklan Kampanye 7 Pemutaran lagu mars Media Media radio pemilihan bupati garut 2013 8 Pembuatan maskot pemilihan bupati garut 2013 Design Pamplet, stiker, baligo 9 Sosialisasi oleh masyarakat sipil Pelatihan, Seminar oleh Organisasi, perguruan tinggi dll 10 Sosialisasi kepada masyarakat Pelatihan yang berkebutuhan khusus Training Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kab.Garut Ppk/pps Lembaga penyandang cacat Penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten Garut pada tahun 2008 di laksanakan 2 (dua) putaran, untuk putaran Daftar Pemilih Tetap 1.581.504 (Satu Juta Lima Ratus Delapan Puluh Satu Lima Ratus Empat). Sementara jumlah suara sah sebanyak 1.006.664, dan jumlah suara tidak sah 42.493. jumlah partisipasi pemilih 1.040.007 yang dapat dipresentasikan menjadi 66,3% pengguna hak pilih. kemudian untuk putaran kedua Daftar Pemilih Tetap 1.583.659. Sementara suara sah sebanyak 958.552, dan jumlah suara tidak sah 27.346. Jumlah Partisipasi 985.898 yang dapat dipresentasikan 62,3% Pengguna hak pilih.

Untuk Penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten Garut pada tahun 2013 di laksanakan 2 (dua) putaran juga, untuk putaran pertama data pemilih tetap 1.760.130. sementara jumlah suara sah sebanyak 1.106.327, dan jumlah suara tidak sah 39.660, partisipasi pemilih 1.145.987 jika dipresentasikan 65.11%. kemudian untuk putaran kedua data pemilih tetap 1.760.130. sementara jumlah suara sah sebanyak1.041.933, dan jumlah suara tidak sah 29.590. partisipasi pemilih 1.071,523 yang jika dipresentasikan 60.88% Tabel 1.2 Jumlah Pemilih dan Yang Menggunakan Hak Pilih Pada Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Garut 2008-2013 Pemilu/putaran Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Persentas 2008 / pertama 1.581.504 1.040.007 66,3% 2008/ kedua 1.583.659 985.898 62,3% 2013/pertama 1.760.130 1.145.987 65.11% 2013/kedua 1.760.130 1.071,523 60.88% Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kab.Garut e B. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sbb: 1. Masih rendahnya pendidikan politik dimasyarakat 2. Masih kurangnya pemahaman pemilih terhadap makna dari demokrasi 3. Banyak masyarakat yang terkesan tidak perduli terhadap pemilukada 4. Kurangnya Kinerja KPU dalam sosialisasi dan pendidikan politik

Selanjutnya, untuk diteliti lebih lanjut dalam sebuah penelitian ilmiah dan penulis mencoba meramu dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul: Pengaruh Pendidikan Politik Terhadap Peningkatan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Garut. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dijabarkan dalam beberapa sub-sub pertanyaan di bawah ini : 1. Bagaimana realitas pendidikan politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Garut? 2. Bagaimana realitas Partisipasi politik dalam pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Garut? 3. Seberapa besar pengaruh Pendidikan Politik terhadap peningkatan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Garut? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui realitas pendidikan politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Garut 2. Untuk mengetahui realitas Partisipasi politik dalam pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Garut 3. Untuk mengetahui realitas Seberapa besar pengaruh Pendidikan Politik terhadap peningkatan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Garut

E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mencapai dua kegunaan berikut ini. 1. Secara teoritis yaitu untuk mendukung upaya pengembangan Bidang ilmu administrasi negara terutama berkenaan dengan kajian hubungan antara bidang studi administrasi negara dan kebijakan publik, public policy, serta sebagai masukan penelitian sejenis lebih lanjut pada masa yang akan datang. 2. Secara praktis yaitu dapat dijadikan bahan masukan bagi unsur peserta pemilu, penyelenggara Pemilu serta unsur-unsur terkait lainnya baik pemerintah pusat, pemerintah Kabupaten Garut, LSM sampai kepada masyarakat di Kabupaten Garut dalam menjalankan pendidikan politik dan partisipasi politik pemilih dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kabupaten Garut secara efektif dan lebih efisien lagi pada masa yang akan datang. F. Kerangka Pemikiran Secara universal, Pemilu itu merupakan salah satu instrumen untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dengan tujuan untuk membentuk pemerintahan yang absah serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat. Menurut Soedarsono, Pemilu adalah syarat minimal bagi adanya demokrasi dan diselenggarakan dengan tujuan memilih wakil rakyat, memilih wakil daerah, serta memilih presiden untuk membentuk pemerintahan demokratis. Oleh karena itu, dalam perkembangan negara modern Pemilu menjadi tonggak demokrasi. Pemilu harus dilaksanakan di atas prinsip yang bebas dan adil (Tricahyo, 2009:6). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka fokus penelitian yang akan dilakukan berhubungan erat dengan konsep administrasi negara, dimana dinamika administrasi negara tidak lepas dari persoalan kepentingan masyarakat, public

interest yang mempunyai ciri-ciri pelayanan yang diberikan oleh administrasi negara bersifat lebih urgen, karena menyangkut kepentingan semua masyarakat. Pelayanan yang diberikan pada umumnya bersifat monopoli atau semi monopoli dan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat administrasi negara dan administratornya relatif berdasarkan undang-undang dan peraturan. Hal ini memberikan warna legalitas dari administrasi negara tersebut. Administrasi negara dalam memberikan pelayanan tidak dikendalikan oleh harga pasar tetapi ditentukan oleh rasa pengabdian kepada masyarakat umum. Usaha-usaha yang dilakukan sangat bergantung pada penilaian rakyat yang dilayani (Thoha dalam Iskandar, 2005d:23-24). Gejala-gejala atau permasalahan-permasalahan sosial yang timbul di masyarakat harus ditangkap dan diakumulasikan serta diformulasikan oleh pemerintah dalam suatu kebijakan dimana kegiatan-kegiatan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya adalah administrasi negara. Penyelenggaraan pemilihan umum sebagai sarana demokrasi juga tidak lepas dari lokus administrasi negara guna mewujudkan kualitas penyelenggaraan baik dari segi manajemen maupun aplikasinya. Dilihat dari sudut ilmu, menurut Dimock dan Dimock dalam (Iskandar, 2005d:17) administrasi negara itu merupakan bagian dari administrasi umum yang mempunyai lapangan yang lebih luas yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana lembaga-lembaga mulai dari suatu keluarga hingga perserikatan bangsa-bangsa disusun, digerakkan, dan dikemudikan. Administrasi negara merupakan suatu ilmu yang mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemerintah dan cara mereka memperolehnya. Ahli lain, yaitu Waldo (1992:17) mendefinisikan administrasi negara sebagai suatu

organisasi dan manajemen manusia dalam pemerintah guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Administrasi negara merupakan suatu seni dan ilmu tentang manajemen yang dipergunakan untuk mengatur urusan-urusan negara. Konsep paling baik untuk menjelaskan istilah administrasi negara sebagai konsep administrasi negara sebagai suatu proses seperti yang dikemukakan oleh Dimock dalam (Iskandar, 2005d:20) a process it is all the steps taken between the time an enforcement agency assumes jurisdiction and the last brick is placed (sebagai suatu proses administrasi negara meliputi semua langkah yang diambil di antara saat suatu badan pelaksanaan menerima kewenangan dan saat batu terakhir diletakkan). Selanjutnya, penjelasan mengenai variabel tersebut di atas dapat dilihat dalam uraian di bawah ini. 1. Pendidikan Politik Pendidikan politik adalah upaya edukatif yang internasional, di sengaja dan sistematis untuk membentuk inividu sadar politik, dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis atau moril dalam mencapai tujuan-tujuan politik. R. Hayer menyebut : pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipasi yang bertanggung jawab dalam politik. Kartini Kartono (1990:vii) memberikan pendapatnya tentang hubungan antara pendidikan dengan politik yaitu "pendidikan dilihat sebagai faktor politik dan kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya juga merupakan pencerminan dari kekuatankekuatan sosial-politik yang tengah berkuasa, dan merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada". Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang - dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan

yang terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya. Dimensi pendidikan politik menurut Kartini Kartono (1996) adalah sebagai berikut : 1. Dimensi pertama adalah pendidikan politik Pendidikan politik adalah upaya belajar dan latihan mensistematikakkan aktivitas sosial, dan membangun kebajikan-kebajikan terhadap sesama manusia di suatu wilayah negara.. 2. Dimensi Kedua adalah Pembentukan Hati Nurani Politik Pembentukan hati nurani politik ini yang didalamnya secara implisit mencakup rasa tanggung jawab ethis terhadap sesama warga negara. 3. Dimensi Ketiga adalah skeptisisme politik dan kearifan wawasan politik Pendidikan politik menumbuhkan skeptisisme politik dan kearifan wawasan politik mengenai peristiwa-peristiwa politik dengan segala jaringanjaringannya. 4. Dimensi Keempat adalah perbaikan dan peningkatan Jaringan politik dan kemasyarakat Pendidikan politik mendorong orang untuk melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap jaringan-jaringan politik dan kemasyarakatan. 5. Dimensi Kelima adalah Konflik-konflik aktual pendidikan politik banyak membahas konflik-konflik aktual. Dan lewat pendidikan politik akan diperoleh kemampuan rakyat untuk menganalisis konflik bermacam-macam konflik tadi, serta ikut memecahkan dengan cara rakyat itu sendiri; bukan dengan cara-cara yang ditekankan dari atas. Dengan demikian orang akan menyadari hak dan kewajibannya sebagai warganegara yang baik untuk ikut mengatur masyarakat sekitar, negara dan pemerintahan. Juga ikut mengontrol gerak pembangunan, tanpa perlu terjadi konflik-konflik yang membahayakan. 2. Partisipasi Politik Pemilih

Partisipasi secara harfiah dimaknai sebagai pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Adams (2004:83), partisipasi sangat penting bagi pembangunan diri dan kemandirian warga negara. Melalui partisipasi, individu menjadi warga publik, dan mampu membedakan persoalan pribadi dengan persoalan masyarakat. Tanpa partisipasi, nyaris semua orang akan ditelan oleh kepentingan pribadi dan pemuasan kebutuhan pribadi mereka yang berkuasa. Sedangkan partisipasi politik menurut Budiardjo dalam Iskandar (2010:314) adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah, publik policy. Secara konvensional kegiatan ini mencakup tindakan seperti: memberikan suara dalam pemilihan umum, voting ; menghadiri rapat umum, campaign ; menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan; mengadakan pendekatan atau hubungan, contacting dengan pejabat pemerintah, atau anggota parlemen dan sebagainya. Definisi inti partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson dalam Iskandar (2010:315) menggarisbawahi bahwa partisipasi adalah kegiatan warga negara preman, private citizen yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. Menurut Davis terdapat tiga unsur penting yang harus dimiliki seseorang untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan partisipasi politik, yaitu: (1) Adanya

penyertaan pikiran dan perasaan, (2) adanya motivasi untuk berkontribusi, serta (3) adanya tanggung jawab bersama. Adapun bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Sulaiman yang dikutip oleh Sastropoetro (1998:41), merumuskan bentuk-bentuk partisipasi politik adalah sebagai berikut: (1) partisipasi dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka; (2) partisipasi dalam bentuk iuran uang, barang, dan prasarana; (3) partisipasi dalam proses pengambilan keputusan; serta (4) partisipasi dalam bentuk dukungan. Masih menurut Sulaiman yang dikutip Sastropoetro (1998:43) Jenis-jenis partisipasi politik adalah: (1) partisipasi pikiran, psychological participation, (2) partisipasi tenaga, physical participation, (3) partisipasi pikiran dan tenaga, psychological and physical participation ; (4) partisipasi keahlian, participation with skill, (5) partisipasi barang, material participation, dan (6) partisipasi uang/dana, money participation. Partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi pemilih, Pemilu hanyalah menjadikan sebagai objek semata dan salah satu kritiknya adalah ketika masyarakat tidak merasa memiliki dan acuh tak acuh terhadap pemilihan umum. Penempatan pemilih sebagai subjek pemilihan umum mutlak diperlukan sehingga pemilih turut berperan aktif menudukung dalam perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pemilu sesuai dengan peran mereka masing-masing. Senada dengan itu Abdullah (2009:263) dalam Pemilu diperlukan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi Pemilu, penghitungan cepat hasil Pemilu, quick count), dengan ketentuan: (1) tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta Pemilu; (2) Tidak mengganggu

proses penyelenggaraan Pemilu; (3) Bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas; dan (4) Mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemilu yang aman, damai, tertib dan lancar. Model kerangka pemikiran Pengaruh Pendidikan Politik Terhadap Peningkatan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Garut Gambar 1.1 (VARIABEL X) Pendidikan Politik 1. Pendidikan politik 2. Pembentukan hati nurani politik 3. Skeptisme politik dan kearifan wawasan politik 4. Perbaikan dan peningkatan jaringan politik dan kemasyarakatan 5. Konflik-konflik aktual (VARIABEL Y) Partisipasi Politik 1. Proses partisipasi 2. Bentuk partisipasi 3. Kerjasama (Surbakti,2007 ) (Dr.Kartini Kartono,1996) G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakn dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011: 64) Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah ditemukan diatas maka hipotesis penelitian sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang segnifikan antara

pendidikan politik terhadap peningkatan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah. Dengan demikian adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah: Ho : p = 0, Bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pendidikan politik terhadap peningkatan partisipasi politik pemilihan kepala daerah Ha : p 0 Bahwa pendidikan politik memberi pengaruh yang besar terhadap peningkatan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah Ho : Bahwa pendidikan politik tidak berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi politik H1 : Bahwa pendidikan politik berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi politik