BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan secara wajar dalam konteks kehidupan bernegara. Dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

Asas asas perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman modern ini, perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama di

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan. tujuan dri pembangunan itu sendiri. Dalam dunia usaha yang selalu

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KONSINYASI. dan perikatan itu merujuk pada dua hal yang berbeda, perikatan ialah suatu hal

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

KAJIAN YURIDIS KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG DIBAWAH TANGAN

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 1 Perjanjian

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Dasar (selanjutnya disebut UUD)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Dalam Bab ini, sesuai dengan judulnya, Penulis mengemukakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman modern ini, perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Buku III itu, diatur juga perihal perhubungan hukum yang sama sekali tidak

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam jaman yang penuh kesibukan sekarang ini, sering kali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut debitur, sedangkan pihak yang lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban itu disebut kreditur. Perjanjian sangat banyak dipergunakan orang dalam dunia bsinis, bahkan hampir semua kegiatan bisnis diawali oleh adanya perjanjian, meskipun perjanjian dalam tampilan yang sangat sederhana sekalipun. Karena itu, memang tepat jika masalah perjanjian ini ditempatkan sebagai bagian dari hukum bisnis. 1 Salah satu bentuk perjanjian yang merupakan kajian penelitian ini adalah perjanjian pemborongan pekerjaan pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Perjanjian ini disebut perjanjian pemborongan karena terdapat para pihak yang mengadakan perjanjian yaitu pihak yang memiliki pekerjaan yaitu pihak Rumah Saki Umum Haji Medan dan pihak yang menerima pekerjaan yaitu pihak yang berkewajiban melakukan pengadaan. Alat kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam operasional sebuah rumah sakit, tetapi disebabkan sifat umum rumah sakit menurut Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan 1

2 kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, maka hal-hal lainnya seperti pengadaan alat kesehatan agar fungsi dan peranan rumah sakit dapat berjalan dengan baik pengadaan alat-alat kesehatan yang dioperasionalkan di suatu rumah sakit diserahkan kepada pihak lain. Sebagai suatu sisi yang mendukung operasional sebuah rumah sakit, dengan adanya alat kesehatan penyembuhan pasien yang menderita sakit akan lebih mudah dilakukan. Bila ditarik garis, semakin lengkap alat kesehatan yang dimiliki oleh suatu rumah sakit, akan semakin banyak pula pasien yang dapat terlayani kesehatannya. Perjanjian pengadaan alat kesehatan yang dibuat di Rumah Sakit Umum Haji Medan termasuk dalam perjanjian pemborongan yang terdapat dalam KUH Perdata Pasal 1601, Pasal 1601b dan Pasal 1604 dan sampai dengan Pasal 1616. Secara garis besar, tatanan hukum perdata Indonesia memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk saling mengadakan perjanjian tentang apa saja yang dianggap perlu bagi tujuannya. Sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaimana undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Menyikapi hal tersebut R. Subekti menjelaskan Diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa saja) dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti undang-undang. Atau dengan perkataan lain, dalam soal perjanjian, kita diperbolehkan membuat undang-undang bagi kita sendiri. Pasal-pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku, apabila atau sekedar kita tidak mengadakan aturan-aturan sendiri dalam perjanjian- 1 Munir Fuady, 2013, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 9.

3 perjanjian yang kita adakan itu. 2 Suatu hal yang menarik untuk dikaji dalam perjanjian pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah perihal pelaksanaan pembayaran. Perihal pembayaran ini merupakan hal utama dalam suatu pemborongan pekerjaan pengadaan alat kesehatan, karena pembayaran adalah merupakan hajat dari perjanjian pemborongan pekerjaan pengadaan alat kesehatan dilakukan. Dengan adanya pembayaran maka pihak penerima pekerjaan (kontraktor) dapat terus melakukan kegiatan usahanya untuk melakukan pengadaan alat kesehatan. Pembayaran ini juga merupakan faktor yang acapkali menjadi sebab timbulnya persengketaan antara para pihak yang melakukan perjanjian. 3 Pertanyaan pada pembahasan tesis ini adalah untuk melihat mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh para pihak. Karena diketahui dalam suatu perjanjian pemborongan pekerjaan pengadaan alat kesehatan, pembayaran dilakukan secara bertahap sehingga pekerjaan borongan kerja selesai dilakukan. Hal lainnya yang juga merupakan permasalahan yang ditemukan dalam praktik pengadaan alat kesehatan ini adalah pada saat pelaksanaan kontrak. Alat kesehatan sebagaimana yang dibutuhkan dalam operasional rumah sakit adalah sebagian merupakan alat yang diimpor. Sebagai alat yang diimpor belum tentu memiliki ketersediaan stok barang di dalam negeri. Kalaupun ada stok barang namun menjadi rebutan dari beberapa perusahaan. Sehingga pengadaan barang tersebut harus pesan lagi ke produsen luar negeri dan membutuhkan waktu untuk 2 R. Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, hal. 14. 3 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 76.

4 menjadi barang jadi dan bisa dikirim ke Indonesia. Apabila kontrak ditandatangani setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun maka bisa dipastikan bahwa kontrak tidak akan terpenuhi dan harus putus kontrak. Kondisi ini tentunya memiliki akibat dalam realisasi perjanjian pengadaan alat kesehatan yang mengarah kepada terbitnya sengketa antara para pihak yang mengadakan perjanjian. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengajukan judul penelitian yaitu Analisis Juridis Terhadap Pelaksanaan Pengadaan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa permasalahan yang akan menjadi batasan pembahasan dari penelitian ini nantinya, antara lain: 1. Bagaimana bentuk perjanjian pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan? 2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengadaan alat kesehatan pada Rumah Sakit Umum Haji Medan? 3. Bagaimana akibat hukum apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu:

5 1. Untuk mengetahui bentuk perjanjian pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. 2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengadaan alat kesehatan pada Rumah Sakit Umum Haji Medan. 3. Untuk mengetahui akibat hukum apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini dibedakan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis sebagai berikut: a. Memberikan manfaat dalam bentuk sumbang saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya pada bidang hukum perjanjian di bidang perjanjian pengadaan alat kesehatan. b. Menambah khasanah perpustakaan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut: a. Sebagai masukan bagi instansi terkait sepertu pemerintah dan juga pihak kontraktor dalam kaitannya dengan pembuatan perjanjian pengadaan alat kesehatan. b. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran bagi masyarakat tentang proses perjanjian pengadaan alat kesehatan di sebuah

6 rumah sakit. c. Sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan perundang-undangan nasional khususnya yang berhubungan dengan masalah pengadaan di lingkungan instansi pemerintahan. 1.5 Kerangka Teori dan Konsep 1.5.1 Kerangka Teori Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan teoritis. 4 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman/ petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati. Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rech gewichtigheid), kemanfaatan dan kepastian hukum (rechtzkherheid). 5 Menurut W. Friedman, "suatu undang-undang harus memberikan keadaan yang sama kepada semua pihak, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut". 6 Pembahasan tentang hubungan perjanjian para pihak seperti pada perjanjian pengadaan alat kesehatan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya dalam masalah keadilan. Perjanjian sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil. 4 M. Soly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, hal. 80 5 Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofi Dan Sosiologi). Jakarta: Sinar Grafika, hal. 85 6 W. Friedman, 1997, Teori Dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus Atas Teori- Teori Hukum, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya Legal Theory, Terjemahan Muhammad. Bandung: Mandar Maju, hal. 21.

7 Hukum perjanjian sendiri tercantum dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri dari 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari pasal 1233 sampai dengan 1864 KUH Perdata. Adapun syarat mengenai sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: a. Adanya kata sepakat b. Kecakapan untuk membuat perjanjian c. Adanya suatu hal tertentu d. Adanya sebab yang halal. Dalam perjanjian juga dilandasi oleh beberapa asas, yaitu: 7 a. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract) Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan berkontrak kepada para pihak untuk: 1) Membuat atau tidak membuat perjanjian 2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun 3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya, serta 4) Menentukan bentuk perjanjiannya, baik lisan maupun tertulis. b. Asas Konsensualisme (consensualism) Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata, yang mana menentukan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah dengan 7 Stanley Lesaman, Hukum Indonesia, http: //hukum Indonesia laylay.blogspot.com/2012/02/asas-asas-perjanjian.html, Diakses tanggal 31 Oktober 2013.

8 adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang berjanji untuk mengikatkan diri. Asas ini menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak saja. c. Asas Kepastian Hukum (facta sunt servanda) Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas facta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati subtansi kontrak yang telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Maka daripada itu tidak diperbolehkan adanya suatu intervensi terhadap suatu subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak yang terkait di dalamnya. 8 d. Asas Itikad Baik (good faith) Asas ini tercantum dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, yang berbunyi: Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas ini menjelaskan bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur diwajibkan untuk melaksanakan subtansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. e. Asas Kepribadian (personality) Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Dalam membuat suatu perjanjian, selain harus terpenuhinya syarat-syarat

9 sebagaimana tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata seperti tersebut diatas, di perlukan pula asas asas yang melandasinya, maka dalam hal ini dipergunakan asas kebebasan berkontrak yang dapat dikaitkan dalam penilitian ini. Asas kebebasan berkontrak ini sendiri memberikan kesempatan bagi para pihak untuk sebebas-bebasnya menimbang dan mencantumkan hasil buah fikiran atau pendapat atau keinginan para pihak, yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian dengan tetap mengindahkan undang-undang yang berlaku. Kebebasan berkontrak memiliki kaitan dengan penyelesaian perselisihan yang timbul dari kontrak/perjanjian. Artinya para pihak bebas memilih/menentukan cara mereka menyelesaikan sengketa tersebut. Penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui pengadilan (litigasi) atau pun di luar pengadilan (non litigasi). Begitu pentingnya sengketa untuk diselesaikan secepat dan seefisien mungkin, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar, maka pada kesempatan ini, penulis akan mengkaji lebih lanjut penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Menurut penulis, penyelesaian sengketa di luar pengadilan memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang telah memiliki sistemnya tersendiri. 1.5.2 Kerangka Konsepsi Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan relitas. 9 8 Ibid. 9 Masri Singarimbun dkk, 1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, hal.34.

10 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional. 10 Kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Teori berhadapan dengan sesuatu hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu karya yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori. 11 Persamaan persepsi dalam membaca dan memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini: a. Perjanjian adalah salah satu sumber perikatan, perjanjian melahirkan perikatan yang menciptakan kewajiban pada salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian. 12 b. Pemborong adalah orang yang memborong, kontraktor dalam penelitian ini adalah PT. Permata Bunda Alkesindo. 13 c. Rumah Sakit menurut Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah 10 Sumadi Suryabrata, 1998, Metodologi Penelitian, Jakarta:Raja Grafindo, hal.3. 11 Hilman Hadikusuma, 2003, Hukum Waris Adat, Bandung:Citra Aditya Bakti, hal.5. 12 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Jakarta: Raja Grafindo, hal. 91. 13 Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia., Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 208.

11 Sakit dalam penelitian adalah Rumah Saki Umum Haji Medan. d. Alat kesehatan menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. e. Perjanjian pemborongan pekerjaan diatur dalam Pasal 1601 KUH Perdata yaitu disebutkan pengertian perjanjian pemborongan pekerjaan antara lain: Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan.