BAB ll LANDASAN TEORI. A. Perilaku Agresif. salah satunya adalah Freud (dalam Atkinson,1983) yang memandang agresif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Siswa. belajarnya (dalam 2014). sebagai suatu pribadi atau individu.

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

Mengatasi Prilaku Agresif pada Siswa Oleh: Drs. Atang Setiawan, M.Pd.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hukum. adanya perilaku sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Amallia Putri, Sri Lestari dan Yulline (2015) tentang Korelasi Pola Asuh

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

PROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berusia antara 7 sampai 15 tahun.anak usia sekolah adalah anak- anak yang

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

Transkripsi:

13 BAB ll LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresif 1. Pengertian Perilaku Agresif Banyak para ahli yang berusaha untuk mendefinisikan tentang agresif, salah satunya adalah Freud (dalam Atkinson,1983) yang memandang agresif sebagai naluri dasar. Selanjutnya freud mengemukakan bahwa agresif tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, namun intensitasnya dapat dirubah melalui pembentukan ikatan emosional yang positif. Berkowitz (2003) menyatakan bahwa agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk mrnyakiti seseorang, baik secara fisik maupunmental. Agresif bukan hanya suatu usaha untuk sengaja menyakiti seseorang tetapi juga dasar dan interprestasi intelektual, dari tercapainya kebebasan bahkan kebanggaan yang bias membuat seseorang merasa lebih dari teman-temannya. Selanjutnya Dollar dkk (dalam Sears Freundman dan Peplu, 1991) menyatakan bahwa agresif merupakan akibat frustasi, karena frustasi adalah situasi yang kurang menyenangkan yang dapat menghambat individu untuk mencapai tujuannya. Aronson (1992) menggunakan agresif untuk mengatakan suatu tindakan yang menyakiti atau melukai orang lain.tampaknya dari beberapa defenisi diatas menampilkan unsure yang sama yakni perilaku menyakiti ini dapat berupa tindakan fisik maupun perilaku verbal (Myres, 1993) mulai fikiran perkataan, hingga perbuatan yang nyata

14 Bandura (dalam Aslamy, 2010) berpendapat bahwa perilaku agresif adalah sebagai prilaku yang mengakibatkan luka atau dapat menimbulkan rasa sakit. Perilaku merusak yang sama dapat di beri tanda atau lebel agresivitas atau hal ini tergantung pada keputusan subjek apakah tindakan yang di lakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, jika pembebasan dari agresi adalah kekuatan sanksi prilaku melukai atau merusak di maksimalkan sebagai tugas yang tangguh, tetapi jika individu bebas melakukannya maka ia di nilai berbeda, tergantung pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, dan usia dari orang yang melakukannya. Hidayani (2013). menjelaskan bahwa perilaku agresif tidak hanya di tampilkan oleh satu orang individu tetapi dapat di tampilkan secara kelompok, pada prilaku agresif secara berkelompok, biasanya ada seorang anak yang di pilih atau di tunjuk sebagai ketua dalam suatu kelompok. Ketua kelompok inilah yang akan memberikan suatu perintah kepada angota angotanya untuk melakukan sebuah prilaku agresif dalam bentuk pisik maupun dalam bentuk verbal seperti, memukul orang lain. Memaki orang dengan kata kata kotor,biasanya prilaku agresif yang di lakukan secara berkelompok di picu karena anak lain tidak mengikuti kemauan dari mereka sehingga terjadinya perkelahian dengan anak yang lain. Freud, dkk (Osears, 1985) juga menambahkan bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau naluri untuk berkelahi. sebagaimana pengalaman fisiologis rasa lapar, haus atau bangkitnya dorongan seksual maka di buktikan bahwa manusia mempunyai naluri bawaan untuk berperilaku ageresif, walaupun

15 mekanisme fisiologis yang berkaitan dengan prasaan agresif. seperti juga dengan dorongan dorongan lain. jado agresif adalah dorongan dasar. Loeber (dalam Krahe, 2005) menyatakan bahwa prilaku agresif berubah pada tingkat dan polanya pada masa dewasa muda, verlinden (dalam krahe, 2005) menambahkan bahwa prilaku agresif cendrung jadi lebih merugikan karena tingginya prevalensi senjata api dan senjata lain di kalangan remaja laki laki. Berkowitz (1995) mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental. Aksi-aksi kekerasan terjadi dimana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, bahkan di kompleks kompleks perumahan. Aksi-aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan non verbal (memukul, meninju). Agresivitas yang dilakukan oleh individu akan berdampak terhadap dirinya juga. Bahaya agresivitas terhadap individu itu sendiri adalah orang lain akan menjauhi pelaku yang hanya akan menyakiti orang lain tanpa berfikir panjang akibat yang akan di dapat setelah menyakiti orang lain. Agresi menurut Berkowitz (1995) adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal. Salah satu factor yang mempengaruhi agresivitas adalah kelompok. Menurut Berkowitz (dalam Krahe, 2005) mendefinisikan agresi dalam hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat di terima secara sosial yang artinya mengabaikan masalah bahwa evaluasi normative mengenai perilaku sering kali berbeda, bergantung pada perspektif pihak-pihak yang terlibat.sebagai contoh sebagian orang menganggap memberikan hukuman

16 kepada anak seperti memukul,cara pengasuhan anak yang efektif dan dapat di terima,sementara yang lainnya menganggap sebagai bentuk agresi yang tidak dapat di terima. Menurut Crick (dalam Krahe, 2005) anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresif fisik yang lebih tinggi dari pada anak perempuan.anak perempuan memperlihatkan agresif yang subtansial dalam bentuk agresif perbal seperti menyumpah, dan memberikan nama ejekan, maupun agresif relasional, seperti mengucikan teman dan bergosif. Berdasarkan uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian prilaku agresif adalah suatu bentuk tingkah laku yang di tampilkan oleh seseorang untuk melukai orang lain yang mengakibatkan baik luka fisik ataupun luka psikis dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada benda benda yang ada di sekitarnya. prilaku agresif tidak hanya di lakukan oleh seorang individu, tetapi dapat di lakukan secara berkelompok. 2. Aspek-Aspek Perilaku Agresif Beberapa ahli seperti Berkowizt (2003) berpendapat bahwa di dalam perilaku agresif, terdapat beberapa aspek, antara lain: a. Agresif Instrumental Yaitu penggunaan agresif oleh individu atau organisme untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.termasuk jenis agresif ini adalah perampokan, perampasan, dan penculikan.

17 b. Agresif Verbal Yaitu dilakukan terhadap sumber agresif secara verbal.yang termasuk agresif ini adalah kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakitkan, melukai, menyinggung perasan dan membuat orang lain menderita. c. Agresif Fisik Yaitu agresif yang dilakukan sebagai pelampiasan marah oleh individu yang mengalami agresif tersebut, misalnya perkelahian.respon menyerang muncul terhadap stimulus (tanpa memilih sasaran) baik berupa objek-objek mati. d. Agresif Konseptual Yaitu agresif yang bersifat penyaluran agresif yang disebabkan oleh ketidakberdayaan untuk melawan baik secara verbal maupun fisik. individu yang marah akan menyalurkan agresifnya secara konsep atau saran-saran yang membuat orang lain menjadi ikut menyalurkan, misalnya bentuk hasutan-hasutan, isu-isu yang membuat orang lain menjadi marah, terpukul, kecewa ataupun menderita. e. Agresif Kolektif Yaitu tindakan atau perlakuan agresif yang dilakukan oleh sekelompok orang atau membenarkan tindakan mereka sebagai usaha untuk melenyapkan atau menghancurkan orang lain yang dibenci, misalnya sekelompok individu yang menghasut untuk melakukan tindakan agresif terhadap pimpinan seperti tindakan tindakan pengrusakan. Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan aspek-aspek perilaku ageresif yaitu ageresif instrumental, agresif verbal, ageresif fisik, agresif

18 konseptual dan agresif fisik di lakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang termasuk seperti perkataan kotor, menyakiti orang lain dan sangat merugikan orang lain dalam segala tindakan yang dilakukanya secara berkelompok. 3. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Agresif Sarwono (1999), membagi faktor-faktor yang mencetuskan agresi yang berupa rangsangan atau pengaruh terhadap agresifitas itu dapat datang dari luar diri sendiri (yaitu kondisi lingkungan atau pengaruh konformitas) atau dapat juga berasal dari dalam diri (pengaruh kondisi fisik dan kepribadian). a. Kondisi lingkungan Pada manusia, bukan hanya sakit fisik yang dapat memicu agresi, melainkan juga sakit hati (psikis). Selain itu, udara yang sangat panas juga lebih cepat memicu kemarahan dan agresi. Demikian pulapada saat adanya serangan cenderung memicu agresi karena pihak yang diserang cenderung membalas.rasa sesak (crowding) juga dapat memicu agresi. Peningkatan agresifitas di daerah yang sesakberhubungan dengan penurunan perasaan akan kemampuan diri untuk mengendalikan lingkungan sehingga terjadi frustrasi. b. Pengaruh konformitas Pengaruh konformitas terhadap perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan hambatan dari kendali moral. Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh konformitas dalam melakukan agresi. Selain itu,perilaku agresif dapat di pengaruhi pula oleh adanya perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan beramai-ramai), adanya desakan

19 konformitas dan identitas kelompok (kalau tidak ikut di anggap bukan anggota kelompok), adanya deindividuasi (identitas sebagai individu tidak di kenal). c. Pengaruh kepribadian dan kondisi fisik Kondisi diri atau fisik juga mempengaruhi agresifitas. Banyaknya kadar adrenalin dalam tubuh misalnya, meningkatkan rangsangan dalam tubuh sehingga orang yang bersangkutan lebih siap dan lebih cepat bereaksi. Berbagai keadaan arousal terlepas dari sumber dan jenisnya memang dapat saling memperkuat perilaku agresif. menurut Koeswara (1988),perilaku agresif yang mengakibatkan munculnya perilaku agresif adalah sebagai berikut: a. Faktor Amarah Perasaan agresif adalah keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung.setiap orang semua pernah marah, dan sebenarnya setiap orang pada suatu saat pernah ingin melukai orang lain,memang banyak orang yang mengatakan bahwa mereka sedikit marah beberapa kali dalam sehari atau beberapa kali dalam seminggu. Salah satu sumber amarah yang paling umum adalah serangan atau gangguan yang di lakukan oleh orang lain. b. Faktor Frustasi Sumber utama kedua adalah frustasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan.salah satu prinsip dasar dalam psikologi adalah bahwa frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif.misalnya,defresi ekonomi menyebabkan frustrasi,yang hampir mempengaruhi orang lain.orang tidak memperoleh pekerjaan atau tidak membeli sesuatu yang diinginkan dan jauh

20 lebih dibatasi dalam semua segi kehidupan, akibatnya berbagai bentuk agresif menjadi lebih umum. c. Faktor Atribusi Suatu kejadian akan menimbulkan amarah dan perilaku agresif bila sang korban mengamati serangan atau frustasi ini dimaksud sebagai tindakan yang menimbulkan bahaya.hal ini mudah dipahami dalam teori atribusi,bila korban frustrasi dengan keadaan yang tidak dapat dihindarkan,tidak akan timbul amarah yang lebih besar. d. Faktor Hormonal Hormon laki-laki yang ada didalam tubuh berhubungan dengan agresif,perbedaan agresif antara pria dan wanita sudah terlihat sejak usia dini dalam kebudayaan,pria lebih agresif dibandingkan dengan wanita. e. Faktor Kesehatan Anak yang lelah atau sakit akan cepat menjadi agresif dibandingkan dengan anak yang sehat dan segar. f. Faktor Perasaan Anak yang takut pada seseorang tapi tidak berani melawan akan menggeserkan agresifnya pada objek orang lain,misalnya pada anak yang lebih kecil atau pada mainannya.disamping itu,anak yang sedih karena tidak ada mainan yang lebih bagus, dapat menjadi agresif karena dia belum dapat menguasai rasa sedih dan irinya.

21 g. Faktor Pengalaman Pengalaman yang tidak menyenangkan ini adalah segala kejadian yang menimbulkan perasaan negatife dan tidak menyenangkan. h. Faktor Status Ekonomi Kemajuan teknologi mengakibatkan perubahan social dan persaingan hidup yang makin tinggi,memburuknya kondisi perekonomian membawa dampak yang berarti, terutama dikalangan ekonomi rendah (koeswara,1988). i. Faktor Jenis Kelamin Bentuk agresif yang terlihat dapat dianggap sebagai kondisi mal adaptif, dimana perilaku dapat berbentuk perilaku kekerasan secara fisik yang dilakukan individu lain dengan tujuan melukai, mencelakakan, merugikan individu lain atau tujuan yang mana kebanyakan terjadi pada laki-laki. Baily (dalam nugraha, 2002) menyatakan sebagian besar anak laki-laki memang lebih agresif dari pada anak perempuan secara verbal, secara fisik dan bahkan secara berkhayal.anak laki-laki suka mendorong dan mendesak dan pola itu sudah demikian terbentuk sejak dini pada masa kanak-kanak, sehingga banyak ilmuan menganggap kekerasan pada umumnya merupakan masalah anak laki-laki. j. Faktor Alkohol Dan Obat-Obatan Obat-obatan dapat mengurangi kendali diri dan sekaligus mesntimulasi keleluasaan bertindak (dalam Annawarti, 2003).

22 k. Faktor Keluarga Grinken (dalam Koeswara,1988) menambahkan bahwa faktor lingkungan keluarga dapat mengakibatkan tingkah laku agresif seperti perekonomian keluarga dan tingkat pendidikan. Menurut Bandura (1983) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuk perilaku agresif adalah: 1. Faktor Antensional Proses dimana individu tertarik untuk memperlihatkan atau mengamati tingkah laku model.proses ini di pengaruhi oleh frekuensi kehadiran model dan karakteristik yang dimilikinya. 2. Faktor Retensi Proses dimana individu mengamati, menyimpan tingkah laku model yang telah diamatinya dalam ingatannya baik melalui verbal maupun kode imanial / pembayaran gerak. 3. Faktor Refroduksi proses dimana individu pengamat mencoba mengungkapkan tingkah laku model yang telah diamatinya 4. Faktor Motivasi Proses motivasi dan perlakuan yaitu tingkah laku yang diamati tidak akan diungkap oleh individu pengamat kurang termotivasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi prilaku agresif adalah faktor kondisi lingkungan, pengaruh kelompok, pengaruh kepribadian dan kondisi fisik.

23 4. Dampak Dari Perilaku Agresif Adapun dampak dari perilaku agresif menurut Sarwono dan Breakweell (2013 ) sebagai berikut: 1. Depresi seseorang dapat mengalami kemunduran, rasa tidak puas, dan prasaan putus asa jika orang tersebut menunjukkan prilaku agresif. 2. Cacat fisik, perilaku yang di tunjukkan oleh perilaku orang lain dapat menimbulkan cacat fisik.cacat fisik yang timbul dari perilaku agresif dapat berlangsung seumur hidup dan sulit untuk di sembuhkan. 3. Kematian,merupakan dampak yang paling patal dalam perilaku agresif adalah dapat mengakibatkan seseorang meninggal duna.kematian dapat terjadi terhadap korban dari prilaku agresif yang di timbulkan oleh seseorang yang sebelumnya mengalami penyiksaan-penyiksaan fisik atau korban langsung di bunuh,perilaku agresif yang di lakukan dapat menggunakan alat atau tanpa alat. Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa dari perilaku agresif bisa menyebabkan depresi seseorang dapat mengalami kemunduran, rasa tidak puas, prasaan putus asa,cacat fisik,bahkan kematian merupakan dampak yang paling patal dalam perilaku agresif. B. Konformitas 1. Pengertian Konformitas Menurut Baron (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan

24 norma sosial yang ada, serta tinkah laku yang di tampilkan oleh individu tersebut di pandang wajar atau dapat di terima oleh kelompok atau masyarakat. Konformitas adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Konformitas dan Norma Sosial Tekanan untuk melakukan konformitas berasal dari kenyataan bahwa di beberapa konteks terdapat aturan-aturan baik yang eksplisit maupun tidak terucap. Aturan-aturan ini mengindikasikan bagaimana individu seharusnya dan sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan yang mengatur bagaimana individu seharusnya dan sebaiknya berperilaku disebut dengan norma sosial (social norms). Sedangkan Peplau (1985) menyatakan di mana individu yang menampilkan suatu tingkah laku karena orang lain juga melakukannya. orang yang menampilkan perilaku konformitas karena mereka menggunakan informasi yang mereka peroleh dari orang lain,dan mereka takut menjadi orang yang menyimpang. Berdasarkan uraian di atas bahwa Konformitas dapat membawa pengaruh sosial individu serta tingkah laku agar sesuai dengan norma yang ada, serta tingkah laku yang di tampilkan oleh individu tersebut di pandang wajar atau dapat di terima oleh kelompok atau masyarakat. 2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas Menurut Baron (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada, serta tingkah laku yang di tampilkan oleh individu tersebut

25 di pandang wajar atau dapat di terima oleh kelompok atau masyarakat dan Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konformitas, Faktor faktor tersebut adalah: 1. Pengaruh dari orang-orang yang disukai, Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti atau diamini oleh orang lain yang menyukai dan dekat dengan mereka. 2. Kekompakan kelompok Kekompakan kelompok sering disebut sebagai kohesivitas. Semakin kohesif suatu kelompok maka akan semakin kuat pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompoknya. 3. Ukuran kelompok dan tekanan sosial Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta, walaupun mungkin kita akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan. 4. Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif Norma deskripti adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini akan memengaruhi tingkah laku kita dengan cara memberi tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau bersifat adaptif dari situasi tertentu tersebut. Sementara itu, norma injungtif akan memengaruhi kita dalam menentapkan apa yang harusnya

26 dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu. 5. Perilaku agresi konformitas yang berupa rangsangan atau pengaruh terhadap agresifitas itu dapat datang dari luar diri sendiri (yaitu kondisi lingkungan atau pengaruh konformitas) atau dapat juga berasal dari dalam diri (pengaruh kondisi fisik dan kepribadian). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas pengaruh orang-orang yang di sukai akan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada individu agar terlihat sama dengan kelompok baik secara perkataan maupun tindakan, dan semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar kecenderungan untuk ikut serta walaupun kita akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan. 3. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Konformitas Menurut Peplau (1985) ada beberapa aspek konformitas antara lain: a. Kepercayaan Terhadap Kelompok Faktor utamanya adalah apakah individu mempercayai informasi yang di miliki oleh kelompok atau tidak. oleh karena itu semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber nformasi yang benar semakin besar kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. bila individu tersebut berpendapat bahwa selalu benar ia akan mengikuti apapun yang di lakukan kelompok tanpa memperdulikan pendapat diri sendiri.demikian pula, kelompok mempunyai informasi penting yang belum di miliki individu konformitas akan

27 semakin meningkat, salah satu faktor menentu kepercayaan terhadap kelomok adalah tingkat keahlian anggotanya.semakin tinggi tingkat ke ahlian kelompok itu dalam hubungan dengan indvidu, maka akan semakin tinggi tingkat kepercayaan dan penghargaan individu terhadap mereka. b. Rasa Takut Terhadap Penyimpangan Rasa takut di pandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial.kita tidak mau di lihat sebagai orang yang lain dari yang lain,kita tidak ingin tanmpak seperti orang lain. kita ingin agar kelompok tempat kita, menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik dan bersedia menerima kita, kita kawatir bahwa bila beselsih paham dengan dengan mereka.mereka tidak menyukai kita dengan menganggap kita sebagai orang yang tidak ada artinya, sehinggakita cendrung menyesuaikan diri untuk menghindar akibat semacam itu. c. Kekompakan Kelompok Konformitas juga di pengaruhi oleh eratnya hubungan antara indivdu dengan kelompoknya, yang di maksut dengan istilah itu adalah jumlah total kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. semakin besar rasa suka anggota terhadap anggota yang lain dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keangotaan kelompok, serta semakin besar kesetiaan mereka dan semakin kompak kelompoknya Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek yang mempengaruhi konformitas terdiri dari: a) kepercayaan terhadap kelompok b). rasa takut terhadap

28 penyimpangan c) kekompakan kelompok. semakin tinggi tingkat keahlian kelompok itu dalam hubungan dengan individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepercayaan individu terhadap mereka dan juga konformitas juga di pengaruhi oleh eratnya hubungan individu dengan kelompoknya serta semakin besar kesetiaan mereka dan semakin kompak kelompoknya. C. Siswa 1. Pengertian Siswa Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses di dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu Madyo (1993). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2010) pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa adalah merupakan subjek belajar. Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan bahwa siswa atau anak didik itu sebagai objek (dalam proses belajar-mengajar). Memang dalam berbagai statment dikatakan bahwa siswa/anak

29 didik dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, memerlukan pembinaaan, pembimbingan dan pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang dewasa, agar siswa /anak didik dapat mencapai tingkat kedewasaanya. Hal ini dimaksudkan agar anak didik kelak dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, warga negara, warga masyarakat dan pribadi yang bertanggung jawab. Berdasarkan pengertian di atas siswa adalah komponen dalam sistem pendidikan yang di peroses dalam pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi diri yang memerlukan pembinaann dan pembimbing yang bisa mendidik agar siswa dapat terdidik dengan norma yang ada agar siswa dapat mencapai kedewasaannya. d. Hubungan Konformitas Dengan Perilaku Agresif Masa remaja merupakan saat bagi seseorang untuk memperluas pengalaman sosialnya karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan dominan.pengalaman sosial akan diperoleh jika seseorang melakukan intraksi dengan lingkungannya dan di butuhkan suatu kemampuan untuk memahami situasi sosial yang bermacam macam. Menurut Bandura (dalam Papalia, 2008) ketika anak mulai menjauh dari pengaruh orang tua, kelompok sebaya membuka perspektif baru dan membebaskan mereka untuk membuat penilaian independent. mewujudkan nilai yang mereka terima dengan nilai yang di miliki oleh teman sebaya membantu

30 mereka untuk dapat memutuskan mana yang harus di pegang dan mana yang harus di lepas dengan membandingkan diri mereka dengan anak yang lebih realistis dan mendapat prasaan yang lebh jernih tentang kecakapan diri. Atkinson (dalam safrianti 2010) mengatakan konformitas adalah suatu upaya yang sengaja di lakukan oleh beberapa orang/kelompok untuk mengubah pendapat atau perilaku. Menurut Hartup dan Stevens (dalam Papalia,2008) kelompok sebaya juga memiliki efek negatif, efek negatif tersebut biasanya terdapat dalam pergaulan dengan teman sebaya seperti pengutil, menggunakan obat terlarang bertingkah laku anti sosial serta melakukan tindakan agresif. anak remaja sangat rentan terhadap tekanan untuk meniru,dan tekanan ini dapat mengubah anak yang nakal menjadi seorang kriminal. pengaruh negatif lainnya kelompok teman sebaya adalah kecendrungan untuk menguatkan prasangka, sikap memusuhi orang luarterutama anggota etnis atau ras tertentu.anak yang memiliki perilaku sangat agresif akan cendrung mencari teman yang seperti dirinya dan saling mendorong untuk melakukan tindakan anti sosial. Dewasa ini banyak tayangan media tentang kekerasan, kekejaman, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Hal hal seperti itu merupakan bentuk dari perilaku agresivitas (Atkin, Smith, Roberto, Fediuk dan Wagner, dalam Hill 2007). Perlu kita sadari bahwa agresivitas bukanlah suatu permasalahan yang baru saja di amati oleh masyarakat. Agresivitas ini sendiri telah melahirkan banyak pemikiran-pemikiran tentang sebab-sebab dari perilaku agresi itu sendiri. Semakin menjamurnya perilaku agresi yang di timbulkan oleh berbagai kalangan terutama remaja saat ini menimbulkan banyak pertanyaan, sehingga banyak peneliti dan

31 kaum professional yang mulai menelaah tentang agresivitas ini dan mengkajinya lebih dalam lagi tentang penyebab-penyebab serta sifat dari agresi itu sendiri Penyebab agresivitas antara lain karena pola asuh orang tua, lingkungan sekitar, kebiasaan-kebiasaan yang di jalankan, dan salah satunya yang menarik dalam memicu agresi adalah perilaku konformitas (Singer Levinne,1993)

32 2. Kerangka Konseptual Siswa Konformitas: Aspek aspek yang mempengaruhi konformitas: -kepercayaan terhadap kelompok -Rasa takut terhadap penyimpangan -kekompakan kelompok perilaku agresif: aspek aspek perilaku agresif: -agresif instrumental -agresif verbal -agresif fisik -agresif konseptual -agresif kolektif Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku agresif. dengan asumsi, semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif siswa, sebaliknya semakin rendah konformitas, maka semakin rendah perilaku agresif siswa.