BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik oleh peserta didik maupun pendidik, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

PENERAPAN CREATIVE APPROACH BERBASIS PICTORIAL RIDDLE APPROACH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar.

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat yang berlangsung dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia. Kualitas Sumber Daya Manusia bergantung pada kualitas pendidikan (Nurhadi, 2004). Oleh karena itu, kemajuan bangsa dapat dicapai melalui pendidikan yang baik. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya dengan penyempurnaan dan perubahan kurikulum. Adapun landasan empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang menggembirakan. Pada hakekatnya pendidikan berlangsung seumur hidup. Sejak manusia lahir, kepadanya sudah diberikan pendidikan. Pendidikan merupakan hal mendasar dan sangat penting serta berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses di mana si pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruhnya kepada anak didiknya demikemajuan anakdidiknya. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan formal. Pendidikan di sekolah menyangkut tiga hal yaitu pemotivasian belajar, proses belajar, dan prestasi belajar (Suryabrata, 1984). Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah dan mengembangkan 1

perilaku yang diinginkan. UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003: pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai sarana dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan. Sekolah merupakan ujung tombak pelaksaan kurikulum yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar yang didapatnya. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu indikator terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar di sekolah dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir semester. Prestasi belajar belajar menurutsurya (2004), yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. 2

Selain itu pendapat lain menyebutkan prestasi belajar adalah isi dan kapasitas seseorang. Maksudnya adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan ataupun pelatihan tertentu. Ini bisa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu (Pasaribu,dkk 1983).Sedangkan Winkel ( dalam Sunarto 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Hal ini diperkuat oleh Gunarso ( dalam Sunarto 2012 )yang mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Meninjau dari hasil wawancara dengan salahseorang Pengajar, DRS.Limarpin Purba di SMA Negeri 1 Pematang Raya Kabupaten Simalungun pada tanggal 1 Februari 2016.Limarpin berkata, Belakangan ini prestasi belajar siswa mulai menurun, itu karena semakin berkembangnya teknologi yang beredar dikalangan masyarakat, banyak siswa yang lebih menghabiskan waktunya untuk bermain. ( pembicaraan pribadi, 1 Februari 2016 ). Maka dari itu Selama ini siswa belajar hanya pada saat akan ada ulangan ujian saja,akibat kemajuan teknologi dewasa ini seperti penggunaan televisi, Handphone dan Playstation bahkan ada juga beberapa siswa yang sering menongkrong di warnet dan tempat bermain Billyard mengakibatkan kurang nya minat belajar dikalangan siswa, demikian juga pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan jika sering dipelajari dan bertahap,realita 3

sekarang kebanyakan orang tua sangat sibuk sekali dalam pekerjaan. Orang tua yang memiliki pekerjaan formal seringkali terikat dengan tuntutan jam kerja yang sangat padat, sehingga orang tua kekurangan waktu untuk memperhatikan anaknya. Sedangkan orang tua yang memiliki pekerjaan informal, mereka harus bekerja lebih giat untuk memenuhi kebutuhan mereka apalagi dengan meningkatnya persaingan dalam dunia usaha sekarang. Sehingga karena kesibukan orang tua, maka komunikasi, bimbingan dan perhatian terhadap anak berkurang, bahkan tidak sedikit yang tidak memperhatikan anak sama sekali.hal ini sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa, dilihat dari nilai ulangan harian dan semester sangat kurang memuaskan bahkan dibawah rata-rata,maka dari itu peran orang tua dibutuhkan untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa demi tercapainya prestasi belajar yang optimal. Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh orang tua. Alam mempercayakan pertumbuhan serta perkembangan anak pada mereka. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. 4

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutjipto (dalam Maria, 2010) menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan terutama. Oleh karena itu bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Sebagaimana diungkapkan oleh Kartini (dalam yusniah, 2008) keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahkluk sosial. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Hasil penelitian di Firlandia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang tua yang sangat jarang berbincang-bincang dengan remajanya, kurangperhatian terhadap aktivitas sekolahnya, dan kurang menyadari posisi perkembangannya akan membuat remaja itu berkemampuan rendah dalam mentolerir frustasi, lemah pengendalian emosi, anak buruk dalam perilaku dan prestasi sekolahnya, kehilangan tujuan jangkapanjang, tidak mampu memandang orientasi masa depan, dan sangat mudah dihasut melakukan tindakan kenakalan (Barus, 1999). Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikapperilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan 5

karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. Pola asuh menurut Koch (1983) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu : (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3) pola asuh permisif. Menurut Koch (1983), orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut : kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada aturanaturan mereka, mencoba membentuk tingkah laku anak sesuai dengan tingkah lakunya dengan cenderung mengekang keinginan anak, tidak mendorong ataupun memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri, jarang memberi pujian, serta hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Koch (1983) menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggungjawab bagi anakanaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong 6

anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Koch, 1983). Menyimak karakteristik dari ketiga pola asuh orang tua tersebut, maka bisa dilihat bahwa pola asuh yang ideal bagi remaja adalah pola asuh demokratis. Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak (Dario, 2004). Hal tersebut dipertegas oleh Suparno (2001) yang menjelaskan bahwa ayah dan ibu dengan pola asuh demokratis menjadikan anak tidak tergantung dan tidak berperilaku kekanak-kanakan, mendorong untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif dan disukai banyak orang, dan responsif. Oleh karena itu, maka Pola asuh yang demokratis sebagaimana disebutkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,karena adanya dorongan, perhatian, pengarahan serta kepercayaandari orang tua merupakan motivasi utama bagi anak dalam belajar. Meningkatnya motivasi belajar pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar. Berdasarkan pendapat di atas peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada siswa di SMA Negeri 1 Pematang Raya Kabupaten Simalungun. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar belakang permasalahan diatas dapat di identifikasikan Apakah terdapat hubungan pola asuh demokratis dengan prestasi belajar. 7

C. Batasan Masalah Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka penulis membatasi permasalahan pada pola asuh yaitu pola asuh demokratis dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan siswa yang berprestasi rangking 1-4 di kelas 11 SMA Negeri 1 Pematang Raya. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada siswaa?. E.Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan prestasi belajar siswa dengan pola Asuh demokratis orang tua. F. Manfaat Penelitian 1. ManfaatTeoritis Berdasarkan hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan berguna bagi peneliti yang akan mengadakan penelitiann dan dapat menjadi bahan untuk memperluas wawasan dalam teori psikologi pendidikan umumnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Orang tua khususnya untuk lebih memahami pola asuh yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa. 8