BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Menurut PP No.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm Diah Harianti, Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Menengah Pertama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 104.

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. ranah kognitif yaitu tentang penyampaian teori, bagaimana agar siswa itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Yogyakarta, 2015, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 1

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin canggih ini diakibatkan oleh majunya dunia

( Word to PDF Converter - Unregistered ) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek kehidupan, yaitu pandangan hidup dan keterampilan hidup. Ketiga aspek tersebut dalam psikologi bahasa yang sering digunakan adalah koognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiganya merupakan kesatuan totalitas yang melekat pada diri seseorang. Sebagaimana diketahui bahwa taksonomi/domain ranah pembinaan menurut Benjamin S.Bloom. dkk, yang menstruktur pada perilaku manusia sudah diterima sebagai acuan didunia pendidikan. Termasuk pendidikan islam. Namun praktik pendidikan Islam kadang kala menjumpai kesulitan dan belum mencukupi untuk pendidikan agama Islam. Kalau aspek koognitif dan psikomotor mungkin dapat seluruhnya dipergunakan, tetapi aspek afektifnya yang dirasakan masih menemui kesulitan, karena sulit dijelaskan urutan pengajarannya dalam kegiatan pendidikan, dalam pendidikan Islam misalnya, ada bidang setudi pendidikan agama Islam yang mencakup pembinaan koognitif, afektif dan psikomotorik. Membicarakan pengajaran agama Islam juga membicarakan pendidikan Islam. Sedangkan pengajaran agama Islam tidak adanya artinya kalau tidak dapat mencapai tujuan pendidikan Islam. Berkenaan dengan aspekaspek yang ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam, bagian psikomotorik inilah yang sangat sulit karena menyangkut pembinaan rasa keimanan dan rasa beragama pada umumnya. 1 Pendidikan adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh 1 Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 214-215. 1

2 potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), psikomotorik (karsa). 2 Pendidikan agama Islam mempunyai ciri khas yang unik. Selain koognitif yang ditanamkan, faktor psikomotorik dan afektif juga seimbang. Sebagaimana tujuan dari pendidikan Agama Islam menurut Athiyyah Al-Abrassy yaitu membentuk akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dunia akhirat, persiapan untuk mencari rizqi, menumbuhkan sikap ilmiah, menyiapkan profesionalisme subjek didik. Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai masa kecil sampai akhir khayat seseorang. Rasulullah SAW menyatakan bahwa salah satu haditsnya bahwa manusia harus belajar sejak bayi ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib membelajarkan anak-anaknya agar kelak dewasa mampu hidup mandiri dan mengembangkan dirinya. Para ahli ilmu jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil, pepatah mengatakan masa kecil ia terbiasa dan dewasa terbawa-bawa. Bagaimana bentuk seorang anak, begitulah nantinya setelah dewasa. Ada suatu kewajiban bagi seorang guru suatu memberi pelajaran untuk merubah perilaku dengan mengaitkan budi pekerti, moral, akhlak, agar siswa terbiasa dengan yang baik dan benar, pada intinya pembelajaran merubah tingkah laku siswa kepada yang baik dan benar. Aspek dalam pendidikan, aspek pembelajaran merupakan elemen yang memiliki pengaruh yang sangat signifikan untuk mewujudkan kualitas lulusan atau output pendidikan. Melalui pembelajaran seorang guru memiliki kesempatan dan peluang yang sangat luas untuk melaksanakan proses bimbingan, mengatur dan membentuk karakteristik 2 Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Amzah, Jakarta, 2010, hlm, 83.

3 agar sesuai dengan siswa agar sesuai dengan rumusan tujuan yang diharapkan. 3 Keberadaan kependidikan baik sebagai proses maupun hasil serta institusional ditinjau berbagai aspek cenderung hanya untuk memenuhi tuntutan bersifat formalitas, dan bukan sebagai tuntutan yang bersifat subtansial dan professional dalam untuk melahirkan manusia-manusia aktif. Penggerak sejarah yang memiliiki kompetensi secara kompehensif baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. 4 Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsure-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan., maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama. Pembiasaan merupakan bagian penting dalam tahapan penalaran prakonvensional dimana anak mula-mula mengembangkan keterampilan hidupnya lebih banyak bergantung pada faktor eksternal. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru dalam mengembangkan pembiasaan berperilaku sebagaimana yang dikehendaki (misalnya : disiplin, mandiri) melalui contoh dan tindakan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, tahapan ini akan berungsur-ungsur menuju ketahapan konvensional, dimana anak mulai mengembangkan nilai pribadi dan menjadikan nilai-nilai tertentu sebagai pemandu perilakunya.sebagai awal dalam proses pendidikan. Pembiasaan merupakan cara yang sanat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Belajar disekolah menjadi pola umum keidupan warga masyarakat di Indonesia. Dewasa ini keinginan hidup lebih baik telah dimiliki warga 3 M. Saechan Muchith, Pembelajaran Kontektual,Rasail Media Graup, Semarang, 2003, hlm. 3 4 M. Saechan Muchith, Issu Kontemporer dalam Pendidikan Islam, DIPA STAIN KUDUS, 2009, hlm. 12

4 masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup, wajib belajar selama Sembilan tahun merupakan kebutuhan hidup. Oleh karena itu warga masyarakat menggerakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik. 5 Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan pembiasaanpembiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun tradisional dan kultural. 6 Mengeetahui teori pembiasaan dalam membiasakan diri berbuat kebaikan telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat al-nur ayat 58 sebagai berikut: Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah 106 124 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Perkembangan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997, hlm. 123-

5 menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al- Nur Ayat 58). 7 Pembiasaan tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena setiap pengetahuan atau tingkah laku yang diperoleh dengan pembiasaan akan sangat sulit diubah atau dihilangkan. Sehingga cara ini amat berguna figure guru dalam mendidik anak. Pembiasaan ini bertujuan untuk membentuk kepribadian anak agar dalam diri anak tertanam dalam kemandirian, yang dalam pelaksanaannya anak-anak dapat menjalankan praktik ibadah seperti shalat, puasa, shodaqoh, dan praktik akhlak terhadap orang tua maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Muatan lokal bertujuan untuk mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumberdaya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun membangun setempat. 8 Berdasarkan hal tersebut dituntut untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran agar siswa dapat dilakukan kegiatan belajar. Dalam proses belajar mengajar guru sebagai mengajar dan siswa sebagai subjek awal, jenis metode yang di gunakan dalam pendidik adalah metode pembiasaan dan demonstrasi. Proses pembentukan keterampilan ibadah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga nantinya akan kembali menjadi kebiasaan yang lebih baik. Madrasah Tsanawiyyah Negeri 1 kudus menerapkan pembelajaran pembiasaan sosial dan praktik ibadah (PSPI) agar peserta didik bisa membedakan mana yang benar dan salah dalam semua gerakan, bisa menjalankan ibadah dengan baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Dan memperkuat mata pelajaran fiqih. Adapun dalam penelitian ini peneliti 7 Alqur an dan Terjemah, Surat Al- Nur Ayat 58 8 Syarifuddin Nurdin, Guru Profesional dan Pengembangan Kurikulum, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm. 62

6 mengambil obyek penelitian di MTS Negeri 1 Kudus yang memiliki latar belakang peserta didik sulit membedakan materi haid dan haji, maka guru memperkuat materi itu dengan kitab-kitab. Berawal dari sinilah peneliti akan mengambil penelitian yang berjudul pelaksanaan muatan lokal pembiasaan sosial dan praktik ibadah (PSPI) dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik pada peserta didik (studi kasus di MTS Negeri 1 Kudus). B. Fokus Masalah Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak di mulai dari sesuatu yang kosong tetapi di lakukan berdasarkan persepsi seorang terhadap adanya suatu masalah dan masalah dalam penelitian kualitatif di namakan fokus. Fokus penelitian merupakan batasan masalah dalam penelitian kualitatif, dalam hal ini penulis menfokuskan penelitian pada praktik ibadah pada mata pelajaran muatan lokal pembiasaan sosial dan praktik ibadah (PSPI ) dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik pada peserta didik di kelas VII dan VIII di MTS Negeri 1 Kudus. Sementara yang menjadi subjek penelitian adalah Guru mata Pelajaran Pembiasaan Sosial dan Praktik Ibadah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kudus menjadi subjek penelitian maksudnya adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang telah di laksanakan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam membuat permasalahan agar lebih sepesifik dan sesuai dengan titik kajian, maka ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Ini di maksudkan dalam permasalahan sekripsi ini tidak melebar dengan apa yang di kehendaki.yaitu : 1. Bagaimana proses pemebelajaran muatan lokal Pembiasaan dan praktik ibadah (PSPI) dalam meningkatkan kemampuan

7 psikomotorik pada peserta didik kelas VII dan VIII di Mts Negeri 1 Kudus? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat untuk meningkatkan kemampuan Psikomotorik siswa pada mata pelajaran muatan lokal pembiasaan dan praktik Ibadah (PSPI) kelas VII dan VIII di MTS Negeri 1 Kudus? D. Tujuan Penelitian Agar di peroleh hasil yang baik dalam penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses pemebelajaran muatan lokal Pembiasaan dan praktik ibadah (PSPI) dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik pada peserta didik kelas VII dan VIII di Mts Negeri 1 Kudus 2. Untuk mengetahui Apa faktor pendukung dan penghambat untuk meningkatkan kemampuan Psikomotorik siswa pada mata pelajaran muatan lokal pembiasaan dan praktik Ibadah (PSPI) kelas VII dan VIII di MTS Negeri 1 Kudus? E. Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat baik peserta didik, guru maupun peneliti sendiri. Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoretis yaitu memberikan sumbangan pemikiran dan khasanah ilmu pengetahuan kepada dunia pendidikan islam tentang metode belajar yang efektif untuk di terapkan pada proses pembelajaran. 2. Adapun manfaat praktis, manfaat praktis sendiri di bagi menjadi beberapa bagian yaitu:

8 a. Waka Kurikulum Dapat memberikan gambaran alternatif kepada waka kurikulum untuk mengembangkan wawasan dalam menentukan tujuan pembelajaran di Mts Negeri 1 Kudus. b. Guru Penelitian ini dapat di fungsikan sebagai bahan informasi, evaluasi, dan masukan kepada pihak pendidikan terkait khususnya di Mts Negeri 1 Kudus, upaya untuk meningkatkan keterampilan psikomotorik dengan baik sesuai syarat ajaran agama islam dan metode pembelajaran. c. Siswa Dalam Penilitian sebagai sebagain masukan untuk lebih memperhatikan pembelajaran muatan lokal sebagai salah satu pelajaran yang bisa memberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan keadaan sekitar peserta didik.