BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Arti kata Vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu verna yang

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG BERWAWASAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

HASIL Hasil rekomendasi rekonstruksi perletakan/layout bangunan yang. PENDAHULUAN Arsitektur Bali Aga di Desa Bungaya memiliki keunikan-keunikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada Tahun Kabupaten ini memiliki situs sejarah atau perjalanan sejarah

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat kebiasaan setempat. Dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk perwujudan arsitektur, latar belakang kebudayaan memberikan corak-corak logika, etika dan estetika yang mengeras ke dalam bentuk-bentuk ruang, elemen dan ragam hiasnya. Logika, etika dan estetika merupakan dasar-dasar pertimbangan dalam mencari, mengolah dan menempatkan ragam hias yang mengambil tiga kehidupan di bumi, manusia dan binatang (fauna), serta tumbuh-tumbuhan (flora). Demikian pula bila dikaji lebih jauh perkembangan arsitektur tradisional di masing-masing daerah. Fungsi dan aktifitas atau kegiatan yang ditampungnya membawa pengaruh luar yang mempengaruhi arsitektur tradisional. Tradisi berarsitektur di beberapa kawasan di nusantara ini juga terbentuk dari suatu proses. Proses tersebut tidak terjadi dalam kondisi terisolasi, melainkan ada unsurunsur luar yang bertransfusi ke dalam nilai lokal. Unsur tersebut melebur dan menyatu sehingga memiliki suatu kharakteristik dan kekhasan yang mengarah kepada pembentukan jati diri atau identitas suatu karya arsitektur, seperti puri, sebagai pembeda dari yang lainnya. Unsur-unsur tersebut melatar belakangi dalam 1

2 perwujudan bentuk-bentuk hiasan yang dikenal dengan ragam hias dengan menonjolkan nilai-nilai keindahannya. Di Bali terdapat beberapa Puri pada masing-masing wilayah kabupaten. Salah satunya di Kabupaten Karangasem yaitu Puri Gde Karangasem, yang merupakan Puri terbesar diantara puri-puri di Karangasem. Keunikan yang dapat dijumpai pada bangunan Puri ini yang tidak dimiliki oleh Puri lainnya yaitu pada identitas arsitektur Puri Gde Karangasem yang bernuansa arsitektur lintas budaya, yang terlihat pada keragaman atau variasi bentuk pada tiap-tiap bangunannya akibat dari akulturasi Arsitektur Tradisional Bali dengan budaya-budaya luar seperti seperti Tiongkok dan Belanda. Menurut Jelantik dalam Sekelumit Sejarah Puri Karangasem (2003: 145), pengaruh dari budaya luar ini merupakan dampak dari keterlibatan arsitek Belanda bernama Van der Heutz dan arsitek China bernama Lo To Ang yang bekerja sama dengan undagi-undagi lokal. Seiring bertambahnya usia bangunan, kondisi fisik Puri Gde Karangasem yang mulai dibangun sejak abad ke-18 tentunya tidak sekokoh dan seutuh dulu. Material bangunan yang termakan usia mengalami pelapukan, bahkan beberapa bangunan roboh akibat gempa tahun 1979. Namun masih terdapat beberapa bangunan yang masih berdiri dengan identitas aslinya. Banyak usaha penyelamatan yang sudah dilakukan oleh pihak Puri sebagai bentuk pelestarian, antara lain: beberapa bangunan ada yang dibangun ulang, sedangkan bangunan yang kondisinya masih tergolong baik sudah mengalami perbaikan atau renovasi. Dari hasil wawancara dengan I Wayan Taman (Pebruari, 2011), upaya konservasi sampai saat ini sudah dilakukan dalam dua tahap, yakni pada tahun 2

3 1994 dan 2001. Dari upaya konservasi yang telah dilakukan, kondisi fisik beberapa bangunan bangunan telah mengalami perubahan. Menurut Anak Agung Gde Putra Agung (Wawancara Pebruari, 2010), upaya pelestarian yang dilakukan selama ini oleh pihak Puri Gde Karangasem lebih mempertahankan kesamaan tata letak, jumlah bangunan serta mengedepankan penerapan arsitektur lokal, dengan tujuan memperkenalkan ke masyarakat luas. Sehingga terjadi beberapa perubahan pada langgam arsitektur, yang berdampak pada perbedaan kondisi fisik bangunan. Perbedaan kondisi fisik secara perlahan akan menghilangkan nilai historis yang terkandung di dalamnya. Hal ini tidak sejalan dengan prinsip konservasi, yaitu berkelanjutan. Kondisi langgam arsitektur bangunan di Puri Gde Karangasem kini mengalami perkembangan mengikuti perkembangan fungsi dan kebutuhan ruang saat ini. Perkembangan fungsi dilakukan guna mempertahankan eksistensi bangunan di dalam Puri Gde Karangasem. Perkembangan yang dimaksud yaitu perubahan pada ragam hias dan material, beberapa bangunan mengalami penambahan luasan untuk menunjang fungsi bangunan yang baru, sedangkan tata letak bangunan masih dipertahankan seperti semula. Oleh sebab itu dirasa perlu untuk mengangkat penelitian mengenai Konservasi Puri Gde Karangasem ditinjau dari Keberlanjutan Langgam Arsitektur dengan tujuan mengkaji usaha-usaha konservasi yang telah dilakukan. Usaha ini mengacu pada dokumentasi sebelumnya, sehingga kondisi fisik bangunan selama proses konservasi dapat dievaluasi. Dalam proses evaluasi akan ditemukan faktor-faktor yang berpengaruh jika terjadi perbedaan. Perbedaan 3

4 inilah yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam menerapkan arahan pelestarian yang sesuai untuk meminimalkan dampak perubahan yang ditimbulkan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang terkait dengan penelitian Puri Gde Karangasem dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kondisi langgam arsitektur bangunan Puri Gde Karangasem, sebelum dan sesudah konservasi? 2. Hal-hal apa sajakah yang mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut dalam upaya Konservasi yang telah dilakukan? 3. Arahan pelestarian (konservasi) yang seperti apakah yang sesuai dengan kondisi bangunan Puri Gde Karangasem saat ini, mengacu pada upaya konservasi yang telah dilakukan sebelumnya? 1.3 Tujuan Penelitian yaitu: Penelitian ini mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peranan Konservasi dalam mempertahankan keberlanjutan Langgam Arsitektur suatu objek konservasi. 4

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi kondisi langgam arsitektur bangunan Puri Gde Karangasem, sebelum dan sesudah konservasi. 2. Untuk menganalisa hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada bangunan Puri Gde Karangasem dalam upaya Konservasi yang telah dilakukan. 3. Untuk merumuskan arahan pelestarian (konservasi) yang sesuai dengan kondisi bangunan Puri Gde Karangasem saat ini, mengacu pada upaya pelestarian yang telah dilakukan sebelumnya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat baik secara akademis maupun secara praktis yang berguna bagi masyarakat, peneliti atau penulis lainnya dan juga pemerintah. 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai konservasi, serta memberikan informasi dan acuan di bidang Konservasi. Sebab di dalam penelitian ini memaparkan mengenai teori konservasi, strategi konservasi, proses konservasi, maupun pengelolaannya, yang diperoleh melalui berbagai sumber, seperti penelitian langsung, kepustakaan, interview, maupun dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini tidak berhenti disini saja, namun diharapkan menjadi pemicu untuk dilakukannya penelitian-penelitian selanjutnya. 5

6 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta kontribusi kepada: a. Pemerintah Kabupaten Karangasem, khususnya Dinas Pariwisata: dapat menjadi masukan dalam merencanakan dan melaksanakan proses konservasi terhadap bangunan bersejarah seperti Puri, agar dapat berkelanjutan. b. Pewaris Puri dan masyarakat: dapat menjadi acuan serta masukan dalam mengkonservasi Puri, salah satunya adalah dengan membandingkan pada dokumentasi aslinya. Sehingga pelestarian dapat dilakukan dengan memelihara material, maupun menggantinya dengan material serupa. c. Jurusan Arsitektur: dapat menjadi acuan dan sebagai referensi mengenai konservasi yang diterapkan pada bangunan puri di Bali, maupun untuk penelitian selanjutnya. d. Peneliti: dapat menjadi suatu proses pembelanjaran mengenai penerapan strategi konservasi pada suatu situs, maupun proses konservasi yang mengacu pada kondisi objek dengan kondisi situasi saat ini, sehingga perubahan yang dilakukan tidak mengubah identitas aslinya. 6