BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II LANDASAN TEORI

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penurunan vitalitas dan produktivitas kerja akibat gangguan

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

Pertemuan 03 ERGONOMIK

SEJARAH & PERKEMBANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Penerangan Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Menurut Suma mur (2014), penerangan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan umum adalah penerangan diseluruh area tempat keja dan penerangan setempat adalah penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja maupun perlatan (SNI 16-7062-2004). Intensitas penerangan adalah suatu cahaya yang mengenai suatu permukaan benda atau obyek yang menyebabkan terang permukaan tersebut dan obyek benda-benda yang berada disekitarnya dan berpengaruh terhadap kesehatan (Gempur, 2004). b. Jenis Penerangan Secara umum jenis penerangan dibedakan menjadi dua, yaitu: 6

7 1) Penerangan alamiah Sumber penerangan alamiah hanya berasal dari sinar matahari (Tarwaka, 2013). Penerangan dengan cahayanya yang kuat tetap bervariasi menurut jam, musim dan tempat. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas ruangan. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan. Selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari (Padmanaba, 2006). 2) Penerangan buatan Penerangan yang dihasilkan oleh elemen-elemen buatan, dimana kualitas dan kuantitas cahaya yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi (Padmanaba, 2006). Sumber penerangan buatan/artifisial yang utama adalah bersumber dari energi listrik (Tarwaka, 2010). Penerangan buatan umumnya digunakan pada waktu malam hari, tetapi terkadang juga digunakan pada siang hari sebagai penerangan tambahan bila sinar matahari tidak mencukupi (Soeripto, 2008).

8 Menurut Tarwaka (2013), penerangan buatan terdiri dari tiga jenis penerangan, yaitu : a) Penerangan umum Penerangan umum merupakan jenis penerangan yang didesain untuk keperluan pencahayaan bagi seluruh area tempat kerja. b) Penerangan lokal Penerangan lokal atau penerangan untuk pekerjaan tertentu sangat diperlukan untuk meningkatkan intensitas penerangan pada pekerjaan tertentu yang memerlukan ketelitian. Penerangan lokal harus memungkinkan pemakai dapat dengan mudah mengatur dan mengendalikan pencahayaan sesuai dengan keperluannya. c) Penerangan kombinasi Penerangan kombinasi adalah penerangan kombinasi antara penerangan umum dan penerangan lokal, yang diperlukan jika penerangan umum tidak memberikan kecukupan intensitas terhadap pekerjaan tertentu sehingga harus ditambah dengan penerangan lokal. Penerangan lokal dan penerangan umum dipasang di atas kepala secara permanen untuk meningkatkan intensitas cahaya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

9 c. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penerangan Menurut Subaris dan Haryono (2008), terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi intensitas penerangan, antara lain : 1) Sumber cahaya Berbagai jenis sumber cahaya yang dapat dipakai dan pada saat ini banyak dipergunakan adalah lampu pijar/bolam, lampu TL (lampu pelepasan listrik/flourescent lamp) dan sumber cahaya alami. 2) Daya pantul (Reflektifitas) Bila cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar dan hitam maka semua cahaya akan diserap, tetapi bila permukaan halus dan mengkilap maka cahaya akan dipantulkan sejajar, sedangkan bila permukaan tidak rata maka pantulan cahaya akan diffuse. 3) Ketajaman penglihatan Kemampuan mata untuk melihat sesuatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a) Ukuran objek/benda, seperti besar kecilnya objek tersebut. b) Luminensi/brightness yang merupakan tingkat terangnya lapangan penglihatan yang tergantung dari penerangan dan pemantulan objek/penerangan. c) Waktu pengamatan, yaitu lamanya melihat.

10 d) Derajat kontras yang merupakan perbedaan derajat terang antara objek dan sekelilingnya atau derajat terang antara 2 permukaan. d. Dampak Penerangan Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan menurut Tarwaka (2013), yaitu : 1) Kelelahan mata sebagai akibat dari berkurangnya daya dan efisiensi kerja 2) Memperpanjang waktu kerja 3) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata 4) Kerusakan indera mata 5) Kelelahan mental 6) Kehilangan produktivitas 7) Kualitas kerja rendah 8) Banyak terjadi kesalahan 9) Menimbulkan terjadinya kecelakaan e. Standar Penerangan Kekuatan intensitas penerangan berdasarkan besar dan kecilnya barang menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, yaitu :

11 Tabel 1. Kekuatan Intensitas Penerangan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Intensitas Jenis Penerangan Keterangan Kegiatan (Lux) Pekerjaan membedakan barang kasar Pekerjaan membedakan barang kecil Pekerjaan membedakan barang kecil yang agak teliti Pekerjaan membedakan barang kecil dan halus Pekerjaan membedakan halus dan kontrast Pekerjaan membedakan barang halus dan kontrast yang agak lama 50 100 200 300 500 1000 1000 Mengerjakan bahan-bahan yang besar, menyisihkan barang-barang yang besar, gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar Penggilingan padi, pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas, kamar mesin dan uap Menjahit textil atau kulit yang berwarna muda, pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng, pembungkusan daging, mengerjakan kayu Pekerjaan mesin yang teliti, pembuatan tepung, penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda, pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat Pemasangan yang halus, penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca, pekerjaan kayu yang halus (ukirukiran), menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua Pemasangan yang extra halus (arloji dll.), pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat), penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau Sumber : Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Standar intensitas penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, sebagai berikut :

12 Tabel 2. Standar intensitas penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Jenis Kegiatan Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus Pekerjaan kasar dan terus-menerus Intensitas Penerangan (Lux) 100 200 Pekerjaan rutin 300 Pekerjaan agak halus 500 Pekerjaan halus 1000 Pekerjaan amat halus Pekerjaan detail 1500 tidak menimbulkan bayangan 3000 tidak menimbulkan bayangan Keterangan Ruang penyimpanan/ruang peralatan yang memerlukan pekerjaan yang kontiyu Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar Pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusunan Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin, kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus Sumber : Kemenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 Besarnya intensitas penerangan yang baik secara umum menurut Suma mur (2014), dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Intensitas Penerangan yang baik menurut Suma mur (2014) Pekerjaan Contoh-contoh Intensitas Penerangan (Lux) Tidak teliti Penimbunan barang 80 170 Tidak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 350 Teliti Membaca, menggambar 350 700 Sangat teliti Pemasangan (teliti) 700-10.000 Sumber : Suma mur (2014)

13 f. Pengukuran Penerangan Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja berdasarkan SNI 16-7062-2004, yaitu metode pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja dengan menggunakan lux meter. Pada pengukuran penerangan menggunakan alat Lux meter. Prinsip kerja alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila terkena cahaya akan menghasilkan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya akan besar pula arus yang dihasilkan. Besarnya intensitas cahaya dapat dilihat pada level meter. Dalam penelitian ini hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu sesuai standar dan di bawah standar dengan satuan lux. g. Pengendalian Penerangan Terdapat dua cara pengendalian penerangan menurut Budiono (2003), yaitu : 1) Pengendalian secara teknis a) Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dapat dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar dan layar monitor. b) Memperbesar intensitas penerangan. c) Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek. d) Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar jalan masuknya sinar tidak terhalang. e) Mencegah kesilauan dengan :

14 (1) Memperbesar kekontrasan antara obyek dengan latar belakang. (2) Tidak melapisi permukaan mesin dengan bahan yang mengkilat. (3) Meletakkan lampu di atas kepala tenaga kerja, sebelah kiri belakang. f) Menata warna dinding dan langit-langit. 2) Pengendalian secara secara administratif a) Untuk pekerjaan malam atau pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi, memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih muda dan tidak menggunakan kacamata adalah lebih baik. b) Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu dan perangkatnya penting untuk diperhatikan. Perawatan tersebut sebaiknya dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran/debu yang ada teryata dapat mengurangi intensitas penerangan hingga 35 %. 2. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah kondisi seseorang mengalami penurunan performansi akibat dari perpanjangan kerja (Nurmianto, 2004). Kelelahan adalah keadaan seseorang mengalami efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh yang disebabkan oleh

15 karena intensitas, lama kerja, lingkungan, sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2013). Menurut Suma mur (2014) kata lelah ( fatigue) merupakan keadaan tubuh fisik dan mental yang berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan kerja merupakan perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Grandjean, 1993). Mengingat kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas tetapi dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Setyawati, 2011). Kelelahan ( fatigue) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala (Budiono dkk, 2003). b. Jenis Kelelahan Kerja Kelelahan kerja dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Berdasarkan proses dalam otot a) Kelelahan Otot, merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot.

16 b) Kelelahan Umum, biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi sosio psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan, tidak jelasnya tanggung jawab, dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. 2) Berdasarkan waktu terjadinya Menurut Setyawati (2011), berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu: a) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. b) Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. 3) Berdasarkan penyebab kelelahan Menurut Setyawati tahun 2011, terdapat dua macam kelelahan, yaitu: a) Kelelahan fisiologis, disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan. b) Kelelahan psikologis, merupakan kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis.

17 c. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja Faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut : 1) Internal a) Usia Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang yang berakibat pada kelelahan. Salah satu indikator dari kapasitas kerja adalah kekuatan otot seseorang. Semakin tua umur seseorang, maka semakin menurun kekuatan ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi oleh umur akan berakibat pada kemampuan fisik tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya. Laki-laki maupun wanita pada umur sekitar 20 tahun merupakan puncak dari kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50 60 tahun kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 25% (Setyowati dkk, 2014). Usia seseorang semakin tua maka daya tahan tubuh terhadap sumber penyebab penyakit akan semakin berkurang, sehingga tidak tertutup kemungkinan apabila terkena sumber penyakit, akan menjadi lebih parah (Astuti, 2009). b) Jenis Kelamin Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan laki-laki terletak pada ukuran tubuh dan kekuatan ototnya. Kekuatan otot wanita relatif kurang jika

18 dibandingkan dengan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot ini akan mempengaruhi kemampuan kerja seseorang yang merupakan penentu dari terjadinya kelelahan. Permasalahan wanita lebih kompleks dibandingkan laki-laki, salah satunya adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid cenderung cepat lelah dibandingkan wanita yang tidak mengalami haid (Suma mur, 2014). c) Riwayat penyakit (1) Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan perubahan dalam hal ini glukosa menjadi energi secara efisien oleh tubuh kita dengan akibat kadar gula darah menjadi lebih tinggi dari normal. Kadar glukosa yang berlebihan ini akan memberi gangguan bermacam-macam khususnya pada pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar sehingga lama kelamaan akan menimbulkan komplikasi. Komlikasi ini dapat berupa komplikasi pada mata yang berakibat katarak lebih dini, kabur karena retinanya rusak. Pada penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menjadi peradangan pada selaput retina, serabut-serabut yang ke pupil dan otot siliar akan mengalami atrofi dan penglihatan makin lama

19 makin kabur dan jika sering dipaksakan untuk melihat akan menyebabkan kelelahan mata (Sidarta Ilyas, 1991) (2) Hypertensi Risiko akibat Hypertensi berupa terjadi kerusakan-kerusakan pada jantung karena harus bekerja keras dan pembuluh-pembuluh darah yang mengeras untuk menahan tekanan darah yang meningkat. Risiko Hypertensi juga dapat mengenai mata yaitu pada bagian selaput jala mata atau retina sebagai akibat dari penciutan pembuluh-pembuluh darah mata dan komplikasinya sering berifat fatal. Hypertensi yang sistemik yang menetap dapat berpengaruh pada mata yang berupa pendarahan retina, odema retina, exudasi yang menyebabkan hilangnya penglihatan (Sidarta Ilyas, 1991). (3) Gangguan refraksi mata Melihat dalam waktu yang lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia (Afandi, 2002). Ketegangan pada mata akibat gangguan refraksi mata disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai

20 dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991). d) Status Gizi Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja dengan status gizi yang baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang lebih baik, sedangkan seorang pekerja dengan status gizi yang tidak baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang tidak baik juga (Budiono, dkk, 2003). Menurut Dewa tahun 2001, Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhna untuk memantau status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekerungan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Menurut Departemen Kesehatan (1994) kategori ambang batas IMT untuk Indonesia sebagai berikut : (1) Kriteria Kurus dengan IMT < 17,0 (2) Kriteria Normal dengan IMT 18,5-25,0 (3) Kriteria Gemuk dengan IMT >27,0

21 2) Eksternal a) Masa Kerja Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama bekerja hingga saat penelitian dilakukan dihitung dalam tahun. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan, karena semakin lama bekerja menimbulkan perasaaan jenuh akibat kerja monoton yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialami (Setyawati, 2010). Menurut Nurmianto (2012), masa kerja adalah salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja yang mempengaruhi pembentukan perilaku, semakin lama masa kerja tenaga kerja maka membuat tenaga kerja lebih mengenal tempat kerja serta terbiasa dengan lingkungan kerjanya. Menurut gempur santoso tahun 2004, masa keja berkaitan dengan proses aklimatisasi tenaga kerja terhadap iklim kerja tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim kerja tersebut dan kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim kerja yang dimaksud, proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. b) Beban kerja Beban kerja adalah keadaan tenaga kerja dihadapkan pada tugas individu atau kelompok yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang

22 ditanggung tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan masing-masing (Suma mur, 2014). Menurut Nurmianto (2004) pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat meningkatkatkan penimbunan asam laktat pada seseorang. Beban kerja dapat dikategorikan bedasarkan denyut jantung seperti tabel berikut : Beban Kerja Ringan Beban Kerja Sedang Beban Kerja Berat Beban Kerja Sangat Berat : 75-100 denyut/permenit : 101-125 denyut/permenit : 126-150 denyut/permenit :151-175 denyut/permit Beban Kerja Sangat Berat Sekali : >175 denyut/permit c) Keadaan fisik lingkungan kerja (Setyowati dkk, 2014) Lingkungan kerja yang buruk dapat mempengaruhi kelelahan seseorang. Kebisingan (> 85 db) merupakan beban tambahan tenaga kerja yang dapat mempengaruhi tingkat ketelitian atau konsentrasi seseorang dalam melakukan aktivitasnya dan dapat menyebabkan gangguan psikis seseorang misalnya susah tidur atau kurang istirahat sehingga berdampak pada peningkatan kelelahan. Sedangkan untuk tekanan panas sebagai beikut :

23 Tabel 4. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) Variasi ISBBºC Ringan Sedang Berat Kerja terus-menerus 30,0 26,7 25,0 Kerja 75% istirahat 25% 30,6 28,0 25,9 Kerja 50% istirahat 50% 31,4 29,4 27,9 Kerja 25% istirahat 32,2 31,1 30,0 75% Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011 Menurut Setyawati (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah : 1) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi, masa kerja. 2) Cuaca ruang kerja: pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain yang tidak memadai. 3) Faktor psikologis: rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik. 4) Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan status gizi. 5) Circadian rhythm yang terganggu akibat shift kerja. Kelelahan kerja dan gangguan pada mata dapat dipengaruhi oleh berbagai hal menurut Tarwaka (2013), antara lain: 1) Saat melakukan pekerjaan yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi untuk jangka waktu yang lama.

24 2) Apabila terdapat kesilauan, cahaya pantulan dan bayangan. 3) Membaca teks pada tulisan yang tidak jelas. 4) Intensitas penerangan yang tidak sesuai dengan standar. 5) Melihat untuk waktu yang lama pada obyek yang sama dan berulang-ulang. 6) Fokus yang berlebihan terhadap suatu obyek. d. Fisiologis Kelelahan Kerja Penumpukan asam laktat di otot-otot dan di dalam aliran darah menyebabkan menurunnya kerja otot-otot dan kemungkinan saraf tepi dan sentral yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kelelahan. Asam laktat ini merupakan hasil perubahan glukosa pada saat otot berkontraksi dan menyebabkan kelelahan. Memulihkan kondisi tubuh yang mengalami kelelahan, sebagian asam laktat yang terdapat dalam tubuh diproses kembali menjadi glikogen sehingga dapat menormalkan kembali kerja otot-otot yang menurun. Perubahan sebagian asam laktat menjadi glikogen kembali memerlukan oksigen yang cukup dalam prosesnya. Beban kerja seseorag berpengaruh dalam terjadinya penumpukkan asam laktat. Beban kerja yang semakin berat makan kadar asam laktat dalam tubuh akan semakin meningkat dan tubuh akan kekurangan oksigen, namun apabila beban kerja seseorang tidak terlalu berat maka tidak terjadi penumpukkan asam laktat dan tidak kekurangan oksigen sehingga kinerja otot-otot kembali normal (Setyawati, 2011).

25 Kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (Budiono dkk, 2003). e. Gejala Kelelahan Kerja Menurut Setyawati (2011) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut : 1) Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif. 2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan. Disamping gejala-gejala di atas pada kelelahan kerja kronis terdapat pula gejala-gejala yang tidak spesifik berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur. Perasaan adanya kelelahan kerja ditandai dengan berbagai kondisi Nurmianto (2004), antara lain: 1) Kelelahan visual (indera penglihatan), 2) Kelelahan seluruh tubuh,

26 3) Kelelahan mental, 4) Kelelahan urat syaraf, 5) Stres (pikiran tegang), dan 6) Rasa malas bekerja. Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan menurut Suma mur (2014), antara lain: 1) Perasaan berat di kepala 2) Menjadi lelah seluruh badan 3) Kaki merasa berat 4) Menguap 5) Pikiran kacau 6) Mengantuk 7) Merasakan beban di kepala 8) Kaku dan canggung dalam gerakan 9) Tidak seimbang dalam berdiri f. Alat Pengukuran Kelelahan Kerja Ada beberapa alat pengukuran kelelahan kerja antara lain : 1) Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) Salah satu cara untuk mengukur kelelahan subyektif adalah dengan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). KAUPK2 merupakan suatu alat untuk mengukur indikator perasaan kelelahan kerja yang telah didesain oleh Setyawati (1994) khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2 ada

27 tiga macam yaitu KAUPK2 I, KAUPK2 II, dan KAUPK2 III yang masing-masing terdiri atas 17 butir pernyataan, yang telah teruji kesahihan dan kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan pada pekerja yang mengeluh adanya perasaan kelelahan baik pada shift kerja pagi, siang maupun malam (Setyawati, 2011). 2) Reaction Timer L77 Lakassidaya Menurut Setyawati (2011) bahwa uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. Kategori kelelahan diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer, yaitu: Tabel 5. Kategori Kelelahan Kategori Kelelahan Hasil (milidetik) Keterangan Normal 150,0-240,0 Kelelahan ringan 240,0 < x < 410,0 Kelelahan sedang 410,0 x < 580,0 Kelelahan berat 580.0 Sumber : Setyawati, 2011 x adalah hasil pengukuran dengan reaction timer 3) Uji Finger-Tapping (uji ketuk jari) Uji Finger-Tapping adalah mengukur kecepatan maksimal mengetukkan jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini sangat lemah karena banyak faktor yang sangat

28 berpengaruh dalam proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai untuk menguji kelelahan kerja bermacammacam pekerjaan (Setyawati, 2011). 4) Kualitas dan Kuantitas Kerja Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu yang digunakan pa da setiap menit) atau proses operasi yang dilakukan pada setiap unit. Pada metode ini banyak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran dan harus dipertimbangkan seperti, target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam bekerja. Sedangkan kualitas output yang berupa kerusakan produk dan penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelalahan, tetapi faktor diatas bukan termasuk causal factor (Setyawati, 2011). 5) Uji Hilangnya kelipan (flicker-fusion test) Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan menjadi berkurang. Semakin lelah maka akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Pada uji kelipan, bukan hanya untuk menguji kelelahan kerja tetapi juga dapat menunjukkan keadaan kewaspadaan pada tenaga kerja (Setyawati, 2011).

29 g. Pengendalian Kelelahan Kerja Terdapat langkah-langkah untuk mengendalikan kelelahan kerja menurut Tarwaka (2013), sebagai berikut : 1) Sesuai dengan kapasitas kerja fisik 2) Sesuai dengan kapasitas kerja mental 3) Redesain stasiun kerja ergonomis 4) Sikap kerja alamiah 5) Kerja lebih dinamis 6) Kerja lebih bervariasi 7) Redesain lingkungan kerja 8) Reorganisasi kerja 9) Kebutuhan kalori seimbang 10) Istirahat setiap dua jam kerja dengan sedikit kudapan Beberapa cara untuk mengendalikan kelelahan kerja di perusahaan menurut Setyawati (2011), yaitu : 1) Lingkungan yang bebas dari zat-zat yang berbahaya, penerangan yang memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi pekerja, pengaturan udara di tempat kerja yang adekuat di samping bebas dari kebisingan dan getaran. 2) Waktu kerja yang berjam-jam harus diselingi oleh istirahat yang cukup untuk makan dan keperluan khusus lain. 3) Kesehatan umum pekerja harus baik dan selalu dimonitor, khususnya untuk daerah tropis dimana banyak pekerja yang

30 cenderung mengalami kekurangan gizi dan menderita penyakit serius. 4) Kegiatan yang menegangkan dan beban kerja yang berat tidak terlalu lama. 5) Jarak tempat tinggal dan tempat kerja diusahakan seminimal mungkin dan bila perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya, yaitu berupa pengadaan transportasi dari dan ke tempat kerja. 6) Pembinaan mental tenaga kerja di perusahaan secara teratur maupun berkala dan khusus perlu dilaksanakan dalam rangka stabilitas pekerja dan harus ditangani secara baik di lingkungan kerja. 7) Perhatian khusus bagi kelompok pekerja tertentu, yaitu kepada pekerja muda usia, wanita-wanita yang hamil dan menyusui, pekerja usia lanjut, pekerja yang menjalani shift kerja malam, pekerja yang baru pindah dari bagian lain. 8) Pekerja-pekerja bebas dari alkohol maupun obat-obatan yang membahayakan serta menimbulkan ketergantungan. 3. Hubungan intensitas penerangan terhadap kelelahan kerja Salah satu penyebab intensitas penerangan merupakan akibat perpaduan antara penerangan alami dan buatan pada saat bekerja. Intensitas penerangan yang kurang atau lebih dapat berpengaruh kepada peregangan otot-otot mata sehingga dapat menyebabkan kelelahan kerja. Apabila penglihatan terlalu dipaksakan, maka akan terjadi pembebanan

31 yang berlebihan pada mata dan pada akhirnya akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan gangguan pada mata. Hal demikian, akan dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kornea mulai terbakar, iritasi mata, mata memerah dan berair, pandangan menjadi kabur, sakit pada daerah kepala dan mengurangi kepekaan pada mata (Tarwaka, 2010). Kelelahan pada mata diakibatkan karena ketegangan otot-otot mata yang terjadi pada fungsi penglihatan, ketegangan pada otot mata yang berakomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya melihat pada objek yang berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang relatif lama. Pada kondisi demikian otot-otot mata akan bekerja secara terus-menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya akan terjadi kelelahan pada mata. Kelelahan pada mata tenaga kerja dengan ditandai adanya iritasi pada mata (mata pedih, merah dan mengeluarkan air mata), penglihatan ganda ( double vision), sakit sekitar mata, daya akomodasi menurun dan menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras dan ketepatan persepsi. Kelelahan pada mata dapat menimbulkan kelelahan kerja, karena di dalam mata terdapat otot-otot siliaris yang kecil berfungsi untuk membentuk lensa mata, ini memungkinkan kita untuk memusatkan penglihatan pada benda yang sedang kita lihat, kontraksi-kontraksi otototot kecil yang terus-menerus ini akan mengakibatkan peregangan otototot disekitar, yang dapat menyebabkan sakit kepala. Otot-otot lain yang

32 berada di mata juga mengalami ketegangan, termasuk pada otot-otot bagian leher dan bahu akibat dari penumpukkan asam laktat. Penumpukan asam laktat yang terjadi dapat menurunkan kerja otot-otot dan faktor saraf tepi serta sentral mempengaruhi proses munculnya kelelahan. Saat otot berkontraksi, glikogen dalam tubuh diubah menjadi asam laktat dan asam laktat merupakan bahan yang menghambat kerja otot sehingga kelelahan dapat terjadi. Pemulihan keadaan ini dapat dengan mengubah asam laktat yang ada kembali menjadi glikogen yang memungkinkan kerja otot dapat kembali berfungsi normal.

33 B. Kerangka Pemikiran Intesitas penerangan < standar Ketegangan pada otot-otot pengakomodasi (corpus siliaris) Otot-otot mata mengalami penegangan Penimbunan asam laktat yang berlebih Efisiensi Otot-otot tubuh berkurang Otot-otot tubuh mengalami penegangan Perubahan arus listrik pada otot dan syaraf sensorik ke otak (cortex cerebri) Sistem penghambat (inhibisi) naik dan sistem penggerak (aktivasi) turun Faktor Eksternal : 1. Massa kerja 2. Kebisingan 3. Tekanan Panas 4. Beban kerja Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kegiatan pada syaraf berkurang Kelelahan kerja Faktor Internal: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Status gizi 4. Riwayat Penyakit 5. Psikologis 6. Cicardian rhytm Keterangan : : diteliti : tidak diteliti

34 C. Hipotesis Ada hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja unit sewing di CV. Garment, Sukoharjo.