realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Seorang pembaca teks drama tanpa menyaksikan pementasan drama tersebut, maka mau tidak mau sang pembaca harus membayangkan peristiwa yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. surat) dengan tulisan melihat banyaknya manfaat yang akan diperoleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. satu kegiatan yang sangat sulit. Tidak dapat dipungkiri di negara kita ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas tersebut terdapat banyak penerapan komponen pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga memegang. pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pada kenyataannya, pembelajaran bahasa Indonesia kurang diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran keterampilan menulis sulit dilakukan oleh siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis. penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. karangan terutama karangan narasi. Data yang diperoleh juga menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakteristik kebangsaan, karena sastra memiliki potensi fungsi sosial untuk menumbuhkan nilai dan sikap kebangsaan bagi para pembacanya. Oleh sebab itu, sastra perlu diangkat sebagai salah satu bahan bacaan dalam dunia pendidikan dan disejajarkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain. Secara psikologis manusia memiliki kecenderungan untuk menyukai realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan yang tak terbatas untuk menghubungkan bahasa dan pengalaman siswa. Karya sastra memperkaya pengetahuan pembacanya melalui pencerahan pengalaman dan masalah pribadi, lewat sastra pembaca belajar bagaimana orang lain menyikapi hal itu. Drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman, 2008: 163). Drama sangat berbeda dengan karya sastra lainnya. Dialog merupakan ciri khas yang terdapat di dalam drama. Dialog-dialog para tokoh di dalamnya akan memunculkan konflik. Konflik tersebut membuat cerita dalam suatu drama menjadi bernyawa, sehingga menarik pembaca. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dari karya sastra yaitu untuk menghibur para pembacanya. Dalam hal ini, latihan menulis yang berkaitan dengan pengajaran drama dapat berupa menulis teks

2 drama (sederhana), menulis sinopsis drama, menulis saduran drama, dan menulis resensi (teks drama ataupun pementasan drama). Keterampilan menulis teks drama merupakan keterampilan yang fungsional sifatnya bagi pengembangan diri untuk kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengajaran menulis drama harus ditingkatkan. Untuk menulis atau membaca sebuah karya sastra teks drama satu babak yang benar atau sesuai dengan kaidahnya memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini tentu memengaruhi nilai yang dicapai siswa. Oleh karena itu, guruguru dituntut berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan mutu siswa dalam keterampilan bersastra khususnya keterampilan menulis sastra, maka strategi pembelajaran di Indonesia harus ditingkatkan. Salah satu langkah yang ditempuh untuk meningkatkan strategi pembelajaran tersebut, para ahli di bidang pendidikan selalu mengadakan pembaharuan dan perubahan kurikulum. Dengan melihat pentingnya pengajaran keterampilan menulis teks drama bagi pengembangan diri untuk kehidupan bermasyarakat, maka guru perlu mengembangkan diri dan menambahkan variasi pembelajaran. Pembelajaran tersebut mengarahkan siswa pada keterampilan menulis teks drama. Melalui hal itu, siswa diharapkan dapat menemukan hal-hal baru dan menuliskannya kembali atau mengembangkannya melalui tulisan yang berupa teks drama. Fenomena saat ini di sekolah menunjukkan bahwa kemampuan siswa belum terbina secara maksimal dalam pembelajaran menulis terutama dalam

3 memproduksi teks drama selain itu, masih ada guru yang kurang kreatif dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Dari permasalahan tersebut guru dituntut mampu memilih model yang lebih aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Salah satu model yang penulis pilih adalah Model Pembelajaran Experiental Leraning. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Memproduksi Teks Drama dengan Menggunakan Model Pembelajaran Experiental Learning pada Siswa Kelas XI SMAN 20 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, perlu diketahui akar permasalahannya agar semua pihak fokus dalam mengatasinya serta solusi yang ditawarkan tepat sasaran dan berhasil guna. Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan keterampilan memproduksi teks drama. 2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam memproduksi teks drama. 3. Guru mengalami kesulitan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam pembelajaran memproduksi teks drama. Untuk mencari solusi antara masalah kemampuan siswa dan guru, penulis mencoba mencari solusi dengan cara menerapkan Model Pembelajaran

4 Experiental Leraning yang menurut penulis model pembelajaran ini lebih mengaktifkan siswa, menantang kreativitas, dan akan menyenangkan para siswa. C. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikembangkan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut. a. Mampukah penulis merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran siswa dalam memproduksi teks drama dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning pada siswa kelas XI SMAN 20 Bandung? b. Mampukah siswa kelas XI SMA Negeri 20 Bandung memproduksi teks drama dengan struktur, kaidah dan ciri kebahasaan dengan tepat? c. Efektifkah model pembelajaran Experiental Learning digunakan dalam pembelajaran memproduksi teks drama pada siswa kelas XI SMAN 20 Bandung? 2. Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahan tersebut sebagai berikut. 1. Aspek penilaian teks drama yang akan digunakan meliputi struktur teks, ciri kebahasaan, dan kaidah penulisan berdasarkan kurikulum 2013.

5 2. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Experiental Learning dengan cara mengembangkan pengalaman siswa ke dalam teks drama. D. Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan dan batasan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengetahui kemampuan penulis dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai siswa dalam pembelajaran memproduksi teks drama dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning pada siswa kelas XI SMAN 20 Bandung; 2. menilai kompetensi menulis siswa SMA kelas XI SMAN 20 Bandung dalam memproduksi teks drama dengan struktur, kaidah, dan ciri kebahasaannya dengan tepat; 3. mengukur tingkat efektifitas penerapan model pembelajaran Experiental Learning yang digunakan sebagai model pembelajaran dalam memproduksi teks drama. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada semua unsur yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun beberapa manfaatnya sebagai berikut:

6 1. Manfaat bagi penulis a. Sebagai suatu pembelajaran karena pada penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang didapat selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan. b. Menambah wawasan untuk menjadi guru kelak dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning pada pembelajaran bahasa Indonesia dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 2. Manfaat bagi Siswa a. Melalui pembelajaran memproduksi teks drama dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning siswa diharapkan dapat memproduksi teks drama berdasarkan pengalamannya. b. Siswa memperoleh pengalaman baru dalam belajar memproduksi teks drama dengan menggunakan model pembelajaran Experiental Learning. 3. Manfaat bagi Guru a. Menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan menggunaan model pembelajaran Experiental Learnimg. b. Lebih mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran sehingga dapat mengevaluasi diri untuk mencoba model pembelajaran yang baru. c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang dapat mengaktifkan dan memotivasi belajar siswa.

7 d. Mencoba inovasi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 4. Manfaat bagi Sekolah Dengan adanya pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Experiental Learnimg, diharapkan dapat menjadi suatu inspirasi bagi pihak sekolah untuk senantiasa mendukung penerapan strategi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Berkaca dari kondisi saat ini yang menuntut guru lebih menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, maka penelitian ini memberikan contoh konkret bagaimana model pembelajaran Experiental Learnimg ini diterapkan. F. Definisi Operasional Sebagai upaya untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran dalam memahami judul penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut. 1. Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang menciptakan terjadinya suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan belajar. 2. Memproduksi adalah proses menulis atau menghasilkan suatu karya.

8 3. Teks drama adalah karangan yang berisi cerita lakon atau karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog atau percakapan yang temanya diambil dari konflik kehidupan manusia. 4. Metode Experiental Learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik. Penelitian ini mencoba untuk mengaktifkan siswa dalam belajar memproduksi karya sastra dalam bentuk teks drama yang berdasarkan pada pengalaman yang pernah mereka alami.