10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan (Kasmir, 2013). Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang apabila diukur dari waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu, bagi emiten sangat menguntungkan mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang bersifat kepemilikan maupun yang bersifat utang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan jangka waktunya lebih panjang dibanding dengan yang bersifat utang. Modal yang bersifat kepemilikan, jangka waktunya sampai perusahaan dibubarkan. Namun, bagi pemilik saham dapat pula menjualnya kepada pihak lain, apabila membutuhkan dana atau sudah tidak ingin lagi menjadi pemegang saham pada perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan modal yang bersifat utang, jangka waktunya relatif terbatas, dalam waktu tertentu, 10
11 dan dapat pula dialihkan ke pemilik lain jika memang sudah tidak dibutuhkan lagi sebagaimana halnya modal yang bersifat kepemilikan (Kasmir, 2013). Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Keberadaan pasar modal sangat berperan penting bagi perekonomian suatu negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen (www.idx.co.id). Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
12 b. Para Pemain di Pasar Modal Menurut Kasmir (2013), para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama adalah sebagai berikut: 1) Emiten Emiten adalah perusahaan yang melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa. Dalam melakukan emisi, emiten dapat memilih instrumen pasar yang bersifat kepemilikan atau utang. Jika bersifat kepemilikan, maka diterbitkanlah saham dan jika yang dipilih adalah utang, maka yang dipilih adalah obligasi. Tujuan emiten dalam melakukan emisi biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) sebagai berikut: a) Untuk perluasan usaha, dalam hal ini tujuan emiten dengan modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan pasar, atau kapasitas produksi. b) Untuk memperbaiki struktur modal, bertujuan untuk menyeimbangkan antara modal sendiri dengan modal asing. c) Untuk mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan ini dapat berbentuk dari pemegang saham lama kepada pemegang saham yang baru. Pengalihan dapat pula untuk menyeimbangkan para pemegang sahamnya.
13 2) Investor Investor adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang melakukan emisi. Sebelum membeli surat-surat berharga yang ditawarkan para investor biasanya melakukan penelitian dan analisis-analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten, dan analisis lainnya. Sama seperti halnya emiten, investor juga memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda, diantara tujuan utamanya adalah sebagai berikut: a) Memperoleh deviden Tujuan investor hanya ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga yang dibayar oleh emiten dalam bentuk dividen. b) Kepemilikan perusahaan Tujuan investor adalah untuk menguasai perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki, maka semakin besar penguasaan terhadap perusahaan yang bersangkutan. c) Berdagang Tujuan investor adalah untuk dijual kembali pada saat harga tinggi. Jadi, pengharapannya adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya. 3) Lembaga Penunjang Fungsi dari lembaga penunjang antara lain adalah mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah emiten dan investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal.
14 2.1.2 Saham a. Pengertian Saham Menurut Fahmi (2012), saham merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Atau saham merupakan kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang saham. b. Jenis-jenis Saham Jenis-jenis saham yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah sebagai berikut: 1) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap claim (Nor Hadi, 2013). Saham biasa merupakan jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. 2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan.
15 2.1.3 Return Saham a. Pengertian Return Saham return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika investor membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya deviden yang investor peroleh. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang) yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Return saham berbanding positif dengan risiko, artinya semakin besar risiko yang ditanggung oleh pemegang saham, maka return (keuntungan) yang diperoleh akan semakin besar, dan sebaliknya semakin kecil risiko yang ditanggung oleh pemegang saham, maka return yang diperoleh akan semakin kecil. Jadi, return saham merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena menginvestasikan dananya. Keuntungan tersebut dapat berupa dividen (yield) dan keuntungan dari selisih harga saham sekarang dengan periode sebelumnya (capital gain). b. Macam-macam Return Saham Menurut Jogiyanto Hartono (2010) return dibagi menjadi dua macam, yaitu:
16 1) Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa mendatang. 2) Return ekspektasi (expected return) Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. 2.1.4 Faktor Internal a. Pengertian Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berada di dalam perusahaan dan berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Baik-buruknya kinerja perusahaan dapat tercermin dari rasio keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Informasi laporan keuangan sudah cukup menggambarkan kepada para investor sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya (Tandelilin, 2010). a. Return On Asset Adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas aset yang dimiliki perusahaan (Darmadji dan Fakhruddin, 2012). Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
17 ROA= Laba Bersih Sesudah Pajak Total Aktiva 100% b. Debt To Equity Ratio Menurut Darmadji dan Fakhruddin, (2012) Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Hal ini dapat menggambarkan potensi manfaat dan resiko yang berasal dari penggunaan utang. Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut: DER = Total Hutang Modal Sendiri 100% c. Price to Book Value Book value atau nilai buku adalah nilai dari ekuitas dibagi jumlah saham yang ada. Bisa dikatakan book value adalah nilai ekuitas per saham. Ekuitas itu sendiri didapatkan dari selisih jumlah aset dikurangi liabilitas. Secara teori ini adalah nilai yang akan didapatkan oleh pemilik saham bila perusahaan dilikuidasikan. Jadi nilai book value sangat berarti untuk melihat imbal hasil dari investasi. Secara matematis price to book value dan nilai buku dapat dirumuskan sebagai berikut: PBV = Harga Pasar Per Saham Nilai Buku Per Saham 2.1.5 Investment Opportunity Set (IOS)
18 a. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS) Investment Opportunity Set adalah hubungan antara pengeluaran saat ini dan nilai masa depan/pengembalian sebagai akibat dari keputusan investasi untuk menghasilkan nilai pemegang saham. Kumpulan kesempatan investasi (investment opportunity set) adalah pilihan-pilihan investasi yang tersedia bagi individu atau perusahaan yang dapat dilakukan perusahaan. Kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan memengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor tentang nilai perusahaan. Opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain. b. Proksi IOS dalam penelitian Proksi IOS dalam penelitian ini adalah proksi IOS dari Rasio EPS/Price. 1. Rasio EPS/Price
19 Earning Per Share merupakan laba bersih dibagi dengan jumlah saham beredar. Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan dilihat dari earning power yang dimiliki oleh perusahaan. EPS = Laba Bersih Saham beredar 2.1.6 Faktor Eksternal a. Pengertian Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar perusahaan dan berkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan, faktor eksternal dapat disebut sebagai kondisi ekonomi makro. Menurut Tandelilin (2010) kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. a. Kurs Kurs atau nilai tukar (Foreign Exchange rate) mencerminkan berapa unit dari mata uang lokal yang dapat dipergunakan untuk membeli mata uang lainnya. Dalam hal ini nilai tukar mata uang mencerminkan kekuatan perekonomian sebagai akibat dari penetrasi dan efek dari perekonomian global. Semakin stabil nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin menunjukkan kekuatan fundamental perekonomian negara tersebut. b. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan daya beli masyarakat (Tandelilin,
20 2010). Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. c. Suku Bunga Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk meminjam uang di ukur dalam Rupiah atau Dollar per tahun untuk setiap Rupiah atau Dollar yang dipinjam adalah Suku Bunga. a. Harga Saham harga saham adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Semakin banyaknya permintaan saham maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat, begitu juga sebaliknya (Jogiyanto, 2010). 2.1.7 Pengaruh faktor Internal terhadap Return Saham Faktor Internal merupakan faktor yang berada di dalam perusahaan dan berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Baik-buruknya kinerja perusahaan dapat tercermin dari rasio keuangan yang di terbitkan oleh perusahaan. faktor internal perusahaan meiputi Return On Asset (ROA), Debt Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV).
21 Darmadji dan Fakhruddin (2012) menyebutkan bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas aset yang dimiliki perusahaan. bagi investor yang melakukan pembelian saham suatu perusahaan, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba merupakan suatu hal yang penting. Semakin produktif aktiva perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka akan semakin tinggi pula harga serta return saham perusahaan tersebut. Menurut Darmadji dan Fakhruddin, (2012) Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio hutang (DER) akan mempengaruhi minat investor dalam menanamkan dananya dalam perusahaan, yang akan berdampak pada harga serta return saham perusahaan. PBV merupakan rasio antara harga pasar saham terhadap nilai bukunya yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham. Semakin tinggi rasio PBV, maka pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2012), hal tersebut menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham tersebut sehingga return saham yang di dapat juga akan semakin tinggi. 2.1.8 Pengaruh faktor Investment Opportunity Set terhadap Return Saham Proksi IOS digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian kondisi perusahaan. Indikasi adanya perusahaan yang tumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk memperoleh return. semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan
22 perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, dan pada akhirnya return saham yang diperoleh pemegang saham akan semakin meningkat pula. Dalam hal permodalan yang dilakukan perusahaan, proksi IOS yang dilihat adalah proksi EPS. Investor dapat melihat kinerja perusahaan dalam memperoleh modal. Kemahiran perusahaan mengelola modalnya dapat dinilai investor menggunakan proksi ini. 2.1.9 Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Return Saham Return saham perusahaan publik selain di pengaruhi oleh kinerja emiten, juga di pengaruhi oleh faktor lain di luar kemampuan perusahaan. Misalnya dengan adanya kondisi ekonomi, seperti kurs, inflasi, suku bunga dan harga saham yang sangat berpengaruh satu sama lain. Melemahnya kurs rupiah juga berdampak pada menurunnya laba bersih yang di peroleh oleh perusahaan sehingga mengakibatkan harga saham juga ikut menurun. Peningkatan inflasi secara relatif yang terjadi di suatu negara merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin, 2010). Inflasi meningkatkan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun, hal tersebut akan menyebabkan harga saham dan pendapatan return saham menurun. Tingkat suku bunga yang meningkat bisa menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan
23 atau deposito (Tandelilin, 2010). Sehinnga menyebabkan investasi pada saham kurang diminati dan mnyebabkan harga saham serta return saham menurun. Harga saham yang berlaku di pasar modal dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran (mekanisme pasar). Semakin banyaknya permintaan saham maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat serta return saham yang di dapat juga akan mengalami peningkatan. Dampak dari setiap kondisi ekonomi tersebut sangat berpengaruh terhadap return saham. 2.1.10 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Variabel Metode Hasil Nidianti (2013) Faktor Eksternal dan Internal. Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis ROA, DER, Inflation rate, dan Interest rate berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia. Darminto (2014) Faktor Eksternal Dan Internal. Uji Asumsi Klasik dan Regresi Linier Berganda. Variabel Bebas ROA, DER, dan PBV, Kurs, Inflasi, dan Suku Bunga secara simultan signifikan pengaruhnya terhadap variabel terikat harga
24 saham. Hidayah (2015) Investment Opportunity Set (IOS) dan Kepemilikan Manajerial. Uji Statistik, Deskriptif, Asumsi Klasik dan Regresi Linier Berganda. IOS berpengaruh signifikan, sedangkan Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.2 Rerangka Pemikiran Berikut ini gambaran rerangka pemikiran yang tersaji pada gambar 1 sebagai berikut: FAKTOR INTERNAL (ROA) INVESTMENT OPPORTUNITY SET RETURN SAHAM (RS) (EPS) FAKTOR EKSTERNAL (HS) Gambar 1. Rerangka Pemikiran
25 2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan rerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 :Faktor Internal (Return On Assets) berpengaruh terhadap return saham. H 2 : Faktor Investment Opportunity Set (Earning Per Share) berpengaruh terhadap return saham. H 3 : Faktor Eksternal (Harga Saham) berpengaruh terhadap return saham