BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Definisi Diabetes Melitus

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

KELUARGA MAJEMUK DENGAN IBU MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II YANG TIDAK TERKONTROL DENGAN PENGETAHUAN YANG RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

Disease Management Program Untuk Diabetes Melitus pada Pelayanan Dokter Keluarga /Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum tipe C. Merupakan rumah sakit pertama yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Rumah sakit ini merupakan sentra pelayanan yang paling mendukung program kesehatan yang merupakan program pokok dari Kabupaten Bone Bolango. Pada mulanya bangunan Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT) adalah merupakan bangunan peninggalan Pemerintah Jepang yang oleh Jepang didirikan pada tahun 1942 dengan nama Bokuka (bahasa Jepang), yang artinya gudang tempat perbekalan. Pada waktu masa peralihan dari pemerintah Jepang atas usaha dari beberapa anggota masyarakat daerah Kabupaten Gorotalo, yang diprakarsai oleh dr. Aloei Saboe, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang untuk dijadikan satu tempat khusus untuk menampung orang-orang (penderita-penderita) yang mengidap penyakit Kusta. Pada waktu itu penderita-penderita penyakit tersebut harus diasingkan jauh dari keluarga dan masyarakat umum, oleh karena penyakit kusta terkenal dengan penyakit menular yang sangat berbahaya dan sangat ditakuti. Dari tahun ke tahun makin lama jumlah penderita kusta bertambah dengan jumlah 305 orang, penderita tersebut berasal dari Kab. Gorontalo maupun dari luar Kab. Gorontalo seperti Sulawesi Tengah dan Kab. Minahasa. 24 24

Dengan demikian gudang tersebut menjadi tempat mengisolir sekaligus menampung penderita Kusta yang kemudian dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT). 4.1.2 Deskripsi Pasien Penderita Diabetes Mellitus Jumlah pasien yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 10 orang, merupakan semua penderita Diabetes Melitus laki-laki dan perempuan yang dirawat inap maupun merupakan pasien rawat jalan. Jumlah sampel ini adalah tidak sama dengan jumlah sampel yang diperlukan yaitu sebanyak 20 orang. 8 pasien yang terpilih adalah laki-laki (salah seorang pasien adalah penderita diabetes mellitus tipe 1) sedangkan perempuan berjumlah 2 orang. 4.1.3 Studi Tentang Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Dalam penelitian ini yang diobservasi dan dan diwawancarai yaitu seluruh atau semua penderita diabetes mellitus semua tipe, baik yang dirawat inap maupun yang dirawat jalan. Diperoleh hasil dari 10 orang pasien yang diwawancarai bahwa mereka telah mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus yang meliputi edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan Obat hipoglikemik bertujuan untuk menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes. Hal ini dibuktikan dengan wawancara yang dilakukan kepada pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 dimana pasien telah memiliki pengetahuan tentang penatalaksanaan diabetes mellitus. Dalam hal penyuluhan (edukasi) pasien telah diberikan pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes mellitus. Penyuluhan (edukasi) pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Toto dilakukan pada saat pasien pertama kali memeriksakan kadar glukosa darah, dimana pada saat itu dokter telah memberitahukan pilar-pilar penatalaksanaan diabetes yang baik yang berguna untuk

pengendalian gula darah agar tetap normal. Demikian halnya juga untuk pasien diabetes mellitus tipe 1, selalu diberikan penyuluhan (edukasi) oleh dokter atau perawat setiap melakukan pengecekan kadar glukosa darah atau pada saat melakukan penyuntikan insulin. Hal ini selalu di lakukan oleh dokter atau perawat dalam hal penatalaksanaan diabetes agar pasien bisa menjaga dan mengontrol kadar gula darah agar tetap normal. Penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Toto pun telah diberikan pengetahuan mengenai perencanaan makan yang baik, dalam hal ini bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah pasien agar tetap dalam keadaan normal, menjamin nutrisi yang optimal, dan mempertahankan berat badan yang ideal yang berpengaruh pada penatalaksanaan itu sendiri. Selain itu latihan jasmani juga sangat berperan penting pada penatalaksanaan diabetes, karena manfaat dari latihan jasmani itu sendiri bertujuan untuk memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko kardiovaskuler. Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor glukosidase alfa. Seperti pasien penderita diabetes mellitus di RSUD Toto yang pada umumnya semua diberikan obat glibenklamid yang yang termasuk dalam golongan sulfonilurea yang mempunyai mekanisme kerja, mempunyai efek farmakologi jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu Glibenklamid pada penderita diabetes mellitus di RSUD Toto sering diberikan bersamaan dengan obat lambung lainnya, diantaranya adalah antasida doen.

Penatalaksanaan terapi diabetes yang berhasil membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu dari penderita dan keluarga dengan para tenaga kesehatan yang menanganinya, antara lain dokter, apoteker, dan ahli gizi. Apa lagi, sebagaimana yang diketahui, pada saat ini tingkat pengetahuan kesehatan masyarakat umumnya masih perlu ditingkatkan, sehingga perhatian, pendampingan dan konseling yang intensif dari para tenaga kesehatan sangat diharapkan. Rata-rata dari penderita diabetes mellitus telah mengetahui dengan baik studi penatalaksanaan diabetes mellitus yang baik dan benar. Hanya saja belum semua penatalaksanaan diabetes mellitus dapat berjalan dengan baik mengingat belum ada tanggung jawab dari diri sendiri tentang tujuan dari penatalaksaan diabetes mellitus itu sendiri. 4.2 Pembahasan Penelitian Pada penelitian ini yang merupakan sampel adalah semua pasien penderita diabetes mellitus semua tipe baik yang di rawat jalan maupun yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Dalam penelitian ini di gunakan metode deskriptif dengan teknik wawancara dan observasi untuk untuk mendapatkan gambaran mengenai penatalaksanaan pasien diabetes mellitus. Setelah melakukan penelitian ini maka peneliti mendapatkan gambaran mengenai studi tentang penatalaksaan pasien diabetes mellitus telah berjalan dengan baik. Para pasien telah mengetahui bahwa studi penatalaksanaan pasien diabetes mellitus meliputi penyuluhan (edukasi), perencanaan makan, latihan jasmani dan yang terakhir adalah obat hipoglikemik. Penyuluhan (edukasi) merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping kepada pasien

diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Hal ini telah dilakukan oleh dokter maupun tenaga kesehatan lainnya yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Toto, para pasien diberikan penyuluhan pada saat dokter/tenaga kesehatan memeriksa kadar gula darah pasien atau pada saat dokter atau tenaga kesehatan lainnya memberikan suntikan insulin kepada pasien diabetes mellitus tipe 1. Dalam hal ini pasien diberikan pengetahuan yang cukup mengenai penatalaksanaan yang baik untuk menjaga kadar gula darah agar tetap dalam keadaan normal. Begitu pula dalam hal perencanaan makan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Toto yang merupakan salah satu pilar penatalaksanaan diabetes mellitus, sampai saat ini perencanaan makan untuk pasien berjalan dengan lancar dikarenakan adanya penyuluhan dalam mengatur pola makan yang baik dan benar. Perencanaan makanan yang baik sesuai dengan standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat 60-70% Protein 10-15% Lemak 20-25% Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. Pada prinsipnya latihan jasmani bagi penderita diabetes mellitus tidak berbeda dengan latihan jasmani untuk orang yang sehat. Tetapi harus berprinsip pada latihan jasmani yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training) dan disesuaikan dengan kemampuan serta kondisi penderita. Pada pasien

diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Toto semuanya telah dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk bisa melakukan latihan jasmani sesuai dengan prinsip latihan jasmani seperti jalan cepat, lari kecil, bersepeda dan berolahraga. Tetapi salah satu kondisi pasien diabetes mellitus tipe 2 yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Toto kakinya terluka maka pasien tersebut tidak bisa melakukan latihan jasmani sebagaimana yang disarankan dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan. Demikian pula yang terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 1 di Rumah Sakit Umum Daerah Toto belum dapat menjalankan latihan jasmani yang selama ini disarankan oleh para tenaga kesehatan karena kondisi pasien juga terlalu lemah untuk beraktivitas. Begitu pula dalam hal penatalaksanaan dengan menggunakan obat hipoklikemik. Obat hipoklikemik yang sudah beredar sampai saat ini adalah golongan sulfonilurea, biguanid, penghambat α-glukosidase, tiazolidinedion, meglitinid, glucagon like peptide-1 (GLP-1), inhibitor dipeptidil peptidase-4 (DPP-4), islet amyloid polipeptide (IAPP), agonis reseptor β3 adrenergik, garam vanadium dan insulin. Para penderita diabetes mellitus di RSUD Toto Kabila semuanya diberikan obat oleh dokter yakni glibenklamid yang termasuk dalam golongan sulfonilurea yang mempunyai mekanisme kerja, mempunyai efek farmakologi jangka pendek dan jangka panjang. Selama pengobatan jangka pendek, glibenklamid meningkatkan sekresi insulin dari sel dan pankreas dipulau langerhans, sedangkan pengobatan jangka panjang efek utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik). Pada pengobatan jangka pendek glibenklamid menyebabkan deregulasi sel β pulau langerhans. Rangsangan pelepasan insulin tersebut bersifat sangat cepat.

Glibenklamid pada penderita diabetes mellitus di RSUD Toto Kabila sering diberikan bersamaan dengan obat lambung lainnya, diantaranya adalah antasida doen. Dikarenakan glibenklamid efek sampingnya adalah gejala saluran pencernaan dan sakit kepala, hipoglikemia, gangguan penglihatan, gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare), leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, pansitopenia, hiponatremia, dapat meningkatkan ADH (anti diuretik hormon). Sedangkan untuk pasien diabetes mellitus mellitus tipe 1 sering diberikan levemir atau Novorapid. Levemir merupakan insulin reaksi panjang. Levemir lebih mampu ditoleransi oleh tubuh manusia dengan baik karena menimbulkan efek penambahan berat badan yang minimal. Insulin ini bekerja 1 hingga 2 jam dan tidak memiliki reaksi puncak sehingga bekerja stabil dalam waktu yang lama yaitu 24-36 jam.