BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA PERFORMANSI HASIL OPTIMALISASI PARAMETER BSS PADA BTS INDOOR

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III PROSES HANDOVER DAN PENYEBAB TERJADINYA HANDOVER FAILURE

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

BAB III DATA FAST TRAFFIC HANDOVER

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

ANALISIS PARAMETER BSS UNTUK GSM BERDASARKAN DATA OMC-R DAN DRIVE TEST SKRIPSI

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

BAB III IMPLEMENTASI GLOBAL FREQUENCY PLANNING

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN DAN ANALISA HASIL PERUBAHAN PARAMETER FREKUENSI UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANCE JARINGAN INDOOR GSM

BAB III PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA STATISTIK PERFOMANSI

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi


BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G(WCDMA-UMTS) Menggunakan Metode Drivetest

ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA DENGAN DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD channel failure rate above defined threshold merupakan salah satu

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

ANALISIS INTERFERENSI PADA

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB III PARAMETER PERFORMANSI TRAFIK MULTIBAND CELL

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB III PROSES DRIVE TEST

BAB IV ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI GFP

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

BAB III METDOLOGI PENELITIAN

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

SITE XXX. Indoor Walk Test Overview

BAB IV ANALISA PENYELESAIAN ALARM 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD. Alarm 7745 yang terjadi pada BTS Nokia akan berdampak langsung

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BERDASARKAN PARAMETER KEY PERFORMANCE INDIKATOR 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G. Dian Widi Astuti 1, Dyan Tri Utomo 2

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

Cellular Interference and Celular Planning S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2016

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

Analisis Benchmarking Jaringan 3G Operator HCPT dan XL di Area Jakarta

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN TELEKOMUNIKASI GSM. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

PENERAPAN FITUR ADAPTIVE MULTI RATE (AMR) PADA JARINGAN GSM

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

ABSTRACT. Keyword : GSM, 3G, Hierarchical Cell Structures (HCS)

ANALISIS PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM 900/1800 DI AREA PURWOKERTO

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor

BAB III MEKANISME POWER CONTROL PADA SISTEM GSM

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

Drive Test and RF Optimization Overview. Alfin Hikmaturokhman.,ST.,MT

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara

BAB III PELAKSANAAN REBALANCING

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

BAB IV ANALISIS STRATEGI IMPLEMENTASI AMR

Analisis Kinerja Dan Perbaikan Jaringan GSM Pada BSC Operator H3I (THREE)

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat


BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB III OPTIMASI THIRD CARRIER

ANALISA KELAYAKAN IMPLEMENTASI AMR PADA TEKNOLOGI 2G UNTUK OPTIMALISASI BIAYA (STUDI KASUS: PT. INDOSAT ) Tesis

Tugas Akhir Analisa Adaptive Multi Rate Untuk Meningkatkan Speech Quality Index Pada Sistem Jaringan GSM

BAB III LANDASAN TEORI

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto

ANALISIS TRAFIK SUARA DAN UNJUK KINERJA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

ANALISIS MEKANISME REHOMING DAN REPARENTING PADA JARINGAN KOMUNIKASI SELULER GSM

Abstract A. PENDAHULUAN. Sistem komunikasi semakin berkembang dengan tingginya kontinuitas

Rekayasa Elektrika. Unjuk Kerja Jaringan Seluler 2G dan 3G PT. XL Axiata di Area Jawa Tengah Bagian Utara setelah Proyek Swap dan Modernisasi

PENGARUH IMPLEMENTASI STRATEGI GLOBAL LAYERING PADA JARINGAN 2G GSM 900/1800 (STUDI KASUS PT. TELKOMSEL)

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

Alasan-Alasan Operator GSM Mengadopsi Frekuensi Hopping (SFH)

BAB III PENERAPAN DAN STRATEGI CS FALLBACK TO GERAN

Universitas Kristen Maranatha

OPTIMASI HANDOVER PADA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) M.Yanuar Hariyawan, Hamid Azwar, Lena Miranti Siahaan

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Transkripsi:

BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR 3.1 BTS INDOOR Berdasarkan data statistik yang ada, umumnya pengguna telepon selular di kota besar lebih banyak pada hari dan waktu jam kerja mereka berada di dalam gedung perkantoran maupun di pusat perbelanjaan. Meningkatnya pengguna telepon selular maka semakin besar pula jumlah traffic pada kanal pembicaraan, sehingga kebutuhan kanal pembicaraan meningkat. Sepeti tampak pada gambar 3.1, perbandingan traffic antar layer yang diambil dari salah satu Indoor BTS di salah satu gedung perkantoran di Jakarta dengan pembanding dari BTS Outdoor GSM1800 yang lokasinya berdekatan dengan Gedung Perkantoran tersebut. Gambar 3.1 Grafik perbandingan traffic antar layer BTS Cakupan dari sebuah BTS Outdoor mempunyai keterbatasan dalam penyediaan kanal pembicaraan, karena area cakupannya yang luas mencakup daerah sekitarnya, dimana terdapat gedung-gedung, perumahan, jalan raya dan lain 21

sebagainya. Selain itu BTS Outdoor mempunyai keterbatasan dalam hal penetrasi sinyal yang tidak dapat menjangkau keseluruhan area gedung. Untuk mengatasi kendala cakupan dan kebutuhan traffic yang meningkat pada gedung yang mempunyai jumlah traffic penggunaan seluler yang tinggi (Hot Spot), maka di lokasi tersebut perlu dibangun sebuah BTS Indoor. Gambar 3.2 Perbandingan level sinyal antar layer BTS 22

Tampak pada gambar 3.2, merupakan gambar perbandingan level sinyal antar layer BTS yang diambil dari salah satu gedung perkantoran yang telah dibangun BTS Indoor GSM1800 dengan perbandingan dari BTS Outdoor GSM1900 yang dibangun diluar gedung dengan jarak kurang lebih 150 meter, dimana sinyal level dari BTS Outdoor tidak dapat mencakup keseluruhan area gedung secara merata. Walaupun telah dibangun jaringan BTS Indoor di suatu gedung, masih ditemukan kendala dalam hal kualitas sinyal yang buruk bahkan sering terjadi drop call, yang umumnya terjadi di area-area pinggiran gedung dimana terdapat sinyal yang berasal dari cakupan BTS Outdoor yang sinyalnya lebih kuat, sehingga telepon genggam akan memilih sinyal yang terkuat sebagai Best Serving Cell. Walaupun sinyal dari BTS Outdoor lebih kuat, bukan berarti kualitasnya baik, karena mempunyai keterbatasan dalam penggunaan frekuensi, sehingga memungkinkan terjadinya interferensi yang berasal dari BTS Outdoor yang lain yang menggunakan reuse frekuensi dan mengakibatkan penurunan kualitas sinyal, umumnya terjadi pada gedung-gedung bertingkat tinggi dimana sinyal-sinyal dari banyak BTS Outdoor tertangkap disana. Salah satu contoh masalah yang terjadi adalah jika MS melakukan panggilan pada BTS Outdoor, maka karena suatu sebab handover berlangsung dan memindahkan MS ke BTS Outdoor GSM1800, dimana pada frekuensi GSM yang dimiliki oleh operator seluler ini mempunyai re-use frekuensi yang amat ketat sehingga kemungkinan interferensi terjadi dan menyebabkan penurunan nilai C/I dan degradasi dari kualitas sinyal. Berdasarkan akar permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan optimalisasi pada BTS Indoor, hal ini dilakukan dengan pengaturan beberapa parameter seluler untuk mengoptimalkan fungsinya, sehingga bukan hanya sebagai Indoor Building Coverage tetapi menjadikan sebagai Indoor Building Solution yang memberikan solusi Coverage, Capacity maupun Quality. Kualitas sinyal akan membaik bila berasal dari BTS Indoor karena mempunyai alokasi frekuensi sendiri yang berbeda dengan BTS Outdoor. 23

3.2 OPTIMALISASI FUNGSI BTS INDOOR Pengaturan parameter seluler untuk mengoptimalkan fungsi dari BTS Indoor didesain berdasarkan obyektif yang akan dicapai yaitu: MS yang berada dalam gedung yang mempunyai BTS Indoor sebagai serving cell harus selalu di-serving oleh BTS Indoor tersebut. Strategi untuk mengoptimalkan fungsi dari BTS Indoor tersebut adalah mengoptimalkan fungsi dari parameter-parameter BSS BTS Indoor itu sendiri, maupun BTS Outdoor disekelilingnya, dimana sudah termasuk strategi layering GSM, pengaturan handover, power control dan neighbor cell, secara garis besar dibagi dalam tujuh kelompok: Manajemen idle mode, Manajemen traffic, Manajemen interferensi, Manajemen spillage, Manajemen handover keluar, Manajemen handover masuk dan Manajemen neighbor cell. Pada Tugas Akhir ini, penulis melakukan implementasi optimalisasi fungsi BTS Indoor berdasarkan strategi tersebut dan dilakukan pada jaringan seluler indoor PT. Telkomsel Regional Jakarta dilokasi Gedung Mega Plaza, dimana hasil-hasil yang dicapai dari implementasinya akan dijelaskan pada bab 4. 3.2.1 Optimalisasi Idle Mode Optimalisasi dari cakupan BTS Indoor perlu dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari dibangunnya BTS Indoor itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat BTS Indoor sebagai best serving cell di area cakupannya tanpa terjadinya cakupan yang keluar dari area gedung yang menyebabkan interferensi pada jaringan (spillage) dimana penempatan antennaantena BTS Indoor perlu dioptimalkan. Setelah area cakupan optimal, maka parameter BSS yang mengatur nilai C2 harus dibuat sebesar mungkin diatas nilai-nilai C2 dari BTS Outdoor disekelilingnya. Dimana parameter BSS yang diubah adalah: 1. CellReselectOffset diubah ke 24 db 24

2. TemporaryOffset diubah ke 30 db 3. PenaltyTime diubah ke 60 detik 4. RxLevAccessMin diubah ke -95 dbm 5. DrInUse diubah ke 0 Dengan perubahan CellReselectOffset dan RxLevAccessMin maka diyakinkan bahwa setelah PenaltyTime selesai (60 detik) maka nilai C2 BTS Indoor akan berada pada nilai yang tertinggi dari nilai-nilai C2 BTS lain. Dan dengan DrInUse disable, maka diyakinkan tidak ada kejadian directed retry saat MS yang melakukan panggilan atau menerima panggilan. 3.2.2 Optimalisasi Traffic BTS Indoor diperuntukan bagi MS yang bergerak lambat dan sebagai penyedia kebutuhan traffic pada area hot spot seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran. Berdasarkan peruntukannya, maka BTS Indoor harus selalu dapat menyediakan kebutuhan traffic, sehingga bila kapasitas traffic yang ada pada BTS Indoor terjadi TCH blocking atau congestion, maka hal-hal yang perlu dilakukan dalam kaitan untuk mengoptimalkan fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan traffic balancing berdasarkan utilisasi TRX dari BTS Indoor yang sama layer-nya (bila ada), yaitu dengan pengaturan parameter BSS HoMarinPBGT antar layer yang sama. 2. Melakukan pengaturan nilai C2 dari BTS Indoor yang sama layer-nya (bila ada), yaitu dengan pengaturan parameter BSS CellReselectOffset. 3. Melakukan pengaturan neighbor cell BTS Indoor yang mempunyai layer yang sama, yaitu dengan pengaturan kombinasi parameter BSS HoMarginPBGT dan HoMarginLev. 4. Men-disable Directed Retry pada BTS Indoor untuk meyakinkan bahwa tidak terjadinya directed retry, sehingga traffic yang ada merupakan traffic yang sebenarnya. 25

5. Melakukan penambahan TRX (traffic channel) bila terjadi TCH blocking atau congestion pada BTS Indoor tidak mempunyai sektor yang lain yang sama layer-nya. 3.2.3 Optimalisasi Interferensi Interferensi dapat timbul dari dua belah pihak, baik yang berasal dari luar maupun yang berasal dari dalam. Interferensi yang berasal dari luar, dapat terjadi karena adjacent interference maupun co-channel interference pada frekuensi BCCH maupun pada frekuensi hopping MA list (co-mal), umumnya pada arah downlink. Sedangkan interferensi yang berasal dari dalam, umumnya terjadi karena MS saling menginterferesi MS satu sama lain pada arah uplink karena pemakaian daya berlebih atau pemakaian daya yang kurang untuk kebutuhan BTS menerima sinyal MS dengan baik. Pada BTS Indoor perlu dilakukan pengaturan power control untuk kebutuhan daya yang optimal pada MS dan BTS dalam berkomunikasi, sehingga interferensi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Parameter BSS yang diubah untuk kebutuhan ini adalah: 1. PcLowerThresholdsLevDL dan PcUpperThresholdsLevDL untuk membuat power window dari level downlink berkisar -70 dbm hingga -60 dbm. Dan juga mengatur PcLowerThresholdsLevDL Px dan Nx dengan nilai 1 untuk mempercepat kejadian peningkatan daya, dan juga mengatur PcUpperThresholdsLevDL Px dan Nx dengan nilai 4 dan 6 untuk men-delay dari akurasi pengukuran supaya penurunan tingkat daya tidak terlampau cepat. 2. PcLowerThresholdsLevUL dan PcUpperThresholdsLevUL untuk membuat power window dari level downlink berkisar -80 dbm hingga -70 dbm, dimana secara umum perbedaan beda sinyal level antara uplink dan downlink adalah 10 db. Dan juga mengatur PcLowerThresholdsLevUL Px dan Nx dengan nilai 1 untuk mempercepat kejadian peningkatan daya, dan 26

juga mengatur PcUpperThresholdsLevUL Px dan Nx dengan nilai 4 dan 6 untuk men-delay dari akurasi pengukuran supaya penurunan tingkat daya tidak terlampau cepat. 3. PcAveragingLevelDL dan UL diubah menjadi 2 sampel window size sehingga mempercepat proses averaging dalam pengukuran power control. 4. PcIncrementStepSize diubah menjadi 6 db sehingga memperbesar langkah saat terjadinya peningkatan daya yang akan terjadi pada tiap 6 db. 3.2.4 Optimalisasi Spillage Spillage yaitu suatu kejadian dimana level sinyal dari BTS Indoor masih kuat hingga diluar area cakupannya, hal ini amat merugikan dan dapat mengurangi nilai dan fungsi dari BTS Indoor itu sendiri. Bilamana spillage itu terjadi, kerugian yang akan timbul adalah MS yang bergerak cepat akan menerima level sinyal tersebut dan dimungkinkan dapat handover ke BTS Indoor, bilamana MS terus melaju cepat, maka terjadi penurunan sinyal level yang amat drastis yang dapat menyebabkan drop call. Secara parameter BSS hal tersebut dapat dicegah, yaitu dengan menurunkan nilai C2 dan menambah nilai HoLevelUmbrella, tetapi hal tersebut akan menyebabkan area cakupan dari BTS Indoor seakan mengecil, sehingga mengurangi fungsi dari BTS Indoor tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan spillage adalah sebagai berikut: 1. Melakukan tinjauan ulang mengenai penempatan antena indoor yang mempunyai kemungkinan penyebab spillage terjadi. 2. Mengaktifasi parameter BSS handover berdasarkan jarak MS-BS yaitu dengan parameter BSS msmaxdistanceincallsetup pada nilai timing advance 1, msdistanceaveragingparam pada nilai 10, msmaxrange pada nilai timing advance 1, msmaxrangepx dan Nx ber nilai 1 untuk mempercepat proses pengukuran, dimana diaktivasi dengan 27

enablemsdistanceprocess. Sehingga MS yang melakukan panggilan, menerima panggilan dan handover adalah hanya MS yang berjarak sekitar 550 meter (total jarak propagasi gelombang) terhadap BS. 3.2.5 Optimalisasi Handover Keluar Sebab terjadinya proses handover pada MS yang berada pada serving cell BTS Indoor, selain karena trigger dari interferensi dan quality, umumnya karena sinyal level pada MS telah mencapai threshold sinyal level untuk melakukan handover. Bila handover terjadi maka handover tersebut adalah berdasarkan radio resource handover dimana dalam layering GSM merupakan perpindahan dari lower layer ke upper layer. Alokasi frekuensi untuk BTS Indoor mempunyai alokasi frekuensi sendiri yang independen, sehingga kecil kemungkinan terjadi interferensi pada BTS Indoor (kecuali dari gedung yang bersebelahan), sehingga bisa diyakinkan bahwa dengan level yang paling optimal dan serendah-rendahnya masih dapat mempertahankan kualitas sinyal karena level C/I yang baik. Berdasarkan hal tersebut maka dalam mengoptimalkan area cakupan BTS Indoor dapat dilakukan hingga sampai ke area pinggir gedung dengan mengatur beberapa parameter BSS, sehingga MS dapat tetap didalam serving cell BTS Indoor dan mengurangi kemungkinan handover keluar ke BTS Outdoor, sebagai berikut: 1. HoThresholdLevelUL dan HoThresholdLevelDL diatur dengan nilai -100 dbm dan -90 dbm. Sehingga keadaan sinyal level baik level uplink maupun level downlink akan men-trigger handover pada level tersebut. 2. HoThresholdLevelDL/ UL Px dan Nx diatur pada nilai 2 dan 4 untuk mendelay akurasi dari pengukuran sehingga trigger handover tidak terlalu cepat terjadi. 28

3. HoMarginLev diatur pada nilai 6 db, sehingga hanya neighbor cell yang terukur mempunyai level sinyal 6 db lebih besar dari serving cell yang dapat dijadikan sebagai kandidat handover. 4. RxLevMinCell diatur pada nilai -85 dbm, sehingga hanya neighbor cell yang terukur mempunyai level sinyal minimum -85 dbm yang dapat dijadikan sebagai kandidat handover. 3.2.6 Optimalisasi Handover Masuk Bila karena suatu sebab baik karena interferensi maupun quality yang menyebabkan terjadinya proses handover dari MS yang berada di area cakupan serving cell BTS Indoor keluar ke serving cell BTS Outdoor, maka yang terjadi selanjutnya pada MS yaitu dapat handover kembali ke BTS Indoor, maupun dapat juga di-handover-kan ke BTS Outdoor yang lain dari neighbor cell-nya, sehingga dapat memungkinkan terjadinya drop call, terlebih lagi bila BTS Indoor bukan termasuk neighbor cell dari BTS Outdoor tersebut. Untuk mencegah hal ini, maka bila terjadi proses handover keluar ke serving cell BTS Outdoor, dengan pengaturan parameter BSS, maka MS harus dibuat semudah mungkin dapat handover kembali ke serving cell BTS Indoor. Proses handover dari BTS Outdoor ke BTS Indoor dalam layering GSM adalah berdasarkan Fast/Slow Moving Mobile dimana terjadi dari upper layer ke lower layer, sehingga parameter BSS yang diatur tersebut adalah sebagai berikut: 1. HoLevelUmbrella diatur pada nilai -85 dbm, sehingga minimum sinyal level sebesar -85 dbm dari BTS Indoor yang terukur oleh MS dapat menjadikan BTS Indoor tersebut sebagai kandidat handover. 2. FastMovingThreshold diatur pada nilai 40 (10 detik) untuk sektor yang mencakup area bawah dan 60 (15 detik) untuk sektor yang mencakup area atas. Sehingga bila MS sudah berada pada area cakupan BTS Indoor selama lebih dari 10 detik (sektor bawah) atau 15 detik (sektor atas) maka akan BTS Indoor tersebut dapat dijadikan kandidat handover. Kedua parameter BSS 29

baik threshold dari HoLevelUmbrella maupun FastMovingThreshold, keduanya harus terlampaui terlebih dahulu untuk dapat tercapainya proses handover. 3. RxLevMinCell diatur pada nilai -100 dbm, sehingga level sinyal BTS Indoor yang terukur oleh MS dengan minimum level -100 dbm sudah dapat dijadikan sebagai kandidat handover. 3.2.7 Optimalisasi Neighbor Cell Neighbor cell merupakan bagian yang terpenting dalam proses inter-cell handover, dimana MS dapat melakukan handover dari satu cell ke cell yang lain untuk menghindari kemungkinan terburuk yang dapat menyebabkan drop call, yaitu interferensi, quality dan sinyal level baik arah uplink maupun downlink. Suatu serving cell harus mempunyai satu atau lebih neighbor cell dimana daftar dari neighbor cell tersebut dapat ditambahkan atau dikurangi tergantung keperluannya. Dalam kaitan strategi optimalisasi BTS Indoor, pengaturan neighbor cell penting dilakukan, dimana hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Meng-audit dari daftar neighbor cell yang diperlukan, hanya BTS Outdoor yang paling dekat jaraknya dengan BTS Indoor yang masuk dalam daftar both-way neighbor cell (dapat melakukan handover keluar dan handover masuk). Hal ini untuk meminimalkan jumlah neighbor cell sehingga kemungkinan handover keluar dari BTS Indoor pun berkurang, dan juga karena jarak yang berdekatan itulah yang dapat meyakinkan bila MS memang betul keluar dari area cakupan BTS Indoor, maka akan di-serving hanya oleh neighbor cell tersebut. 2. Menambah daftar neighbor cell sebanyak mungkin yang dibutuhkan untuk handover masuk ke BTS Indoor (one-way handover-in), sehingga memungkinkan MS handover masuk ke BTS Indoor bila MS melakukan call setup bukan pada serving cell BTS Indoor. Untuk menambah daftar 30

neighbor cell perlu dilakukan pengukuran neighbor cell yang belum terdefinisi dalam daftar, yaitu dengan scanning frekuensi (dengan TEMS) maupun dengan menggunakan laporan OMC-R (undefine adjacencies). 3. Setelah menambah daftar neighbor cell, maka perlu dilakukan audit berdasarkan jumlah handover attempt yang terjadi antara BTS Indoor dan neighbor cell tambahan tersebut. Pengurangan daftar neighbor cell dilakukan sebagai hasil audit, bila jumlah handover attempt sedikit, atau bahkan tidak ada attempt sama sekali. 3.3 PENGUKURAN DENGAN TEMS TEMS (Test Mobile System) merupakan suatu alat ukur untuk melakukan investigasi performansi jaringan seluler GSM yang diproduksi oleh perusahaan international Ericsson. TEMS juga dapat untuk mengukur performansi jaringan BTS Indoor, dimana untuk melakukannya disebut walk test, yaitu mengukur sambil berjalan ke seluruh area cakupan BTS Indoor, sehingga hasil pengukurannya sesuai dengan sinyal sebenarnya pada setiap titik atau sudut area cakupan BTS Indoor. Gambar 3.3 Koneksi Perangkat TEMS Informasi yang diberikan oleh TEMS meliputi Cell Identity, BTS Identity Code, BCCH Carrier, ARFCN, Mobile Country Code, Mobile Network Code, Location Area Code dari serving cell, bahkan informasi time slot, channel type, Speech Codec, Ciphering Algorithm, informasi frekuensi hopping dari TRX serving cell. TEMS juga memberikan informasi mengenai Rx Level, BSIC, BCCH Carrier, 31

Nilai C1 dan C2 dari lebih dari 6 neighbor cell. Dan untuk informasi parameter performansi mengenai Rx Lev, Rx Qual, FER, Speech Quality Index (SQI), DTX downlink, timing advance, C/I, MS power, counter radio link time out dan lain sebagainya, dimana keseluruhan parameter GSM termasuk signaling pada air interface GSM dapat diberikan informasinya oleh TEMS. Selain itu pula TEMS dapat melakukan pengukuran scanning frekuensi, dimana daftar frekuensi yang ingin discan dapat dipilih sesuai kebutuhan. Hasil pengukuran dari TEMS dapat disimpan dalam bentuk logfile (*.log) sehingga hasil pengukuran tersebut dapat diputar ulang untuk dianalisa. Dimana pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan TEMS Investigation versi 8 untuk pengukuran data walk test dengan menggunakan TEMS Mobile K800, dan TEMS Investigation versi 8 untuk analisa data walk test. Tampilan dari TEMS Investigation versi 8 pada windows dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut: Gambar 3.4 Tampilan TEMS Investigation versi 8.0.4 32

Mekanisme pengukuran dengan TEMS yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada area cakupan BTS Indoor adalah dengan menggunakan setting instalasi, menjalankan software dan hardware TEMS, membuat panggilan atau idle mode (dapat pula melakukan scanning frekuensi), selanjutnya melakukan pengukuran sambil berjalan sesuai dengan denah yang tampil pada layar windows. Pada Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengukuran menggunakan TEMS Investigation versi 8 untuk melakukan pengukuran dengan parameter performansi yang diamati adalah: Rx Lev, Rx Qual dan SQI sebelum dilakukannya perubahan parameter BSS dan dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah dilakukannya perubahan parameter BSS pada rute walk test yang sama, yang akan dibahas pada bab 4. Parameter pengukuran TEMS untuk Rx Level mempunyai range sinyal level berkisar antara -10 hingga -120 dbm, dimana semakin besar nilainya maka level sinyal semakin baik. Sedangka3n untuk Rx Quality direpresentasikan dengan indeks antara 0 hingga 7, dimana semakin besar nilainya maka kualitas sinyal semakin buruk. Untuk SQI direpresentasikan dengan indeks antara -20 hingga 30, dimana semakin besar nilainya maka kualitas suara semakin baik. 3.4 PENGUKURAN STATISTIK OMC-R OMC-R yang merupakan pusat monitoring dan perbaikan dari semua kegiatan jaringan GSM selain bertugas memonitor kegiatan yang ada pada jaringan BSS seperti monitoring alarm, konfigurasi jaringan BSS, parameter jaringan BSS, juga bertugas mengambil data performansi jaringan BSS. BSC yang Sebagai pengontrol utama sistem BSS memiliki counter-counter pengukuran yang secara otomatis menghitung setiap kejadian yang terukur pada BSC, seperti menghitung jumlah permintaan panggilan yang terjadi, jumlah panggilan yang sukses dan yang tidak sukses, panggilan yang terputus, gangguan pada sistem BSS, dan lain sebagainya [3]. Nilainilai counter tersebut secara terus menerus akan dikirim ke server database OMC 33

untuk disimpan secara teratur, data-data nilai counter yang terakumulasi pada server database tersebut salah satunya digunakan untuk menghitung parameter-parameter performansi dengan formula parameter performansi tertentu yang diinginkan melalui suatu program bahasa SQL (Sequence Query Language). Metoda pengukuran parameter performansi jaringan GSM pada OMC dilakukan dengan cara mengaktifkan counter-counter pengukuran sesuai yang diinginkan pada BSC dan kemudian mengeksekusi program SQL untuk mengambil data performansi BSS diserver database OMC [3]. Program SQL yang dieksekusi ini bekerja dengan cara memasukan data-data counter yang diinginkan tersebut pada formula dari setiap parameter performansi sehingga hasil keluarannya berupa file teks berisi table performansi untuk tiap-tiap BTS berdasarkan waktu atau hari. Adapun program SQL yang dieksekusi tersebut berupa script-script (script yang disediakan oleh vendor manufacture) yang sesuai dengan kebutuhannya untuk dieksekusi dan diambil datanya. File teks tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam bentuk file excel spreadsheet untuk memudahkan dalam pembuatan grafik dalam menganalisa parameter-parameter performansi, seperti ilustrasi pada gambar 3.7 berikut: Mengaktifkan counter pengukuran Server Program OMC - BSS BSC Mengirimkan data counter hasil pengukuran Server Database OMC - BSS Mengeksekusi Program SQL untuk mendapatkan data file teks File Teks Gambar 3.5 Blok diagram proses pengukuran performansi BSS 34

Statistik parameter performansi yang penulis ambil untuk Tugas Akhir ini meliputi empat parameter utama, yaitu: perfromansi traffic (TCH Traffic), performansi kanal TCH (TCH drop rate dan TCH blocking rate), performansi kanal SDCCH (SDCCH drop rate) dan performansi handover (Handover failure rate), yang dijelaskan sebagai berikut [3], [4]: 1. TCH Drop Rate TCH Drop Rate merupakan persentasi kegagalan panggilan setelah berhasil menduduki kanal TCH pada suatu cell BTS, dinyatakan dengan persamaan: (3.1) 2. SDCCH Drop Rate SDCCH Drop Rate merupakan persentasi kegagalan panggilan dalam menduduki kanal SDCCH pada suatu cell BTS, dinyatakan dengan persamaan: (3.2) 3. Handover Failure Rate Handover Failure Rate merupakan persentasi kegagalan dalam mencoba handover keluar atau masuk dari pada suatu cell BTS ke cell BTS yang lain, dinyatakan dengan persamaan: (3.3) 4. TCH Blocking Rate TCH Blocking Rate merupakan persentasi kegagalan dalam mencoba melakukan permintaan kanal TCH dari suatu cell, dinyatakan dengan persamaan: (3.4) 35

5. TCH Traffic TCH Traffic merupakan jumlah traffic yang terjadi pada TCH. Traffic dalam sistem telekomunikasi diartikan Sebagai lamanya pemakaian saluran yang diduduki dan diukur dengan satuan waktu. Satuan traffic dinyatakan dalam erlang. Definisi dari satu erlang adalah lamanya pendudukan satu sirkit selama satu jam secara terus menerus. Sedangkan intensitas traffic (A) didefinisikan sebagai jumlah total pendudukan dalam satu erlang waktu tertentu, seperti dijelaskan pada persamaan berikut: C x h A = (3.4) T Dimana, A = intensitas traffic (erlang) C = jumlah panggilan H = waktu rata-rata pendudukan kanal (jam) T = waktu pengamatan (jam) Selain itu juga penulis mengambil beberapa parameter-parameter performansi untuk melihat performansi handover antar relasi, dimana performansi ini dapat melihat penyebab dari handover (handover cause) maupun jumlah handover antar relasi tersebut sehingga dapat melihat peningkatan atau penurunan jumlah handover dari BTS Indoor ke BTS Outdoor atau sebaliknya dari hasil sebelum dilakukannya perubahan parameter BSS dan dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah dilakukannya perubahan parameter BSS yang akan dibahas pada bab 4. Mekanisme pengambilan statistic performansi BTS Indoor dari OMC-R adalah dengan mengeksekusi script-script dari performance report yang telah disediakan, dimana script-script tersebut akan menghasilkan data sesuai dengan performance report yang diinginkan dimana periode waktu dari performance report 36

tersebut dapat ditentukan sesuai keinginan, baik per satuan jam, maupun per satuan hari. 37