Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

ANALISA PERBANDINGAN PROPAGASI LOS DAN NLOS DALAM RUANG PADA JARINGAN WI-FI

Visualisasi Propagasi Gelombang Indoor Pada Wi-Fi 2,4 GHz

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Optimasi Penataan Sistem Wi-Fi di PENS-ITS dengan Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Optimasi Penataan Sistem Wi-Fi di PENS-ITS dengan Menggunakan Metode Monte Carlo

Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS

ANALISA INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK PADA PROPAGASI Wi-Fi INDOOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

ANALISA PATHLOSS EXPONENT DI AREA TERBUKA

Perancangan Zero Forcing Equalizer dengan modulasi QAM berbasis perangkat lunak

PERBANDINGAN NILAI BREAKPOINT DI DAERAH RURAL, URBAN DAN SUB URBAN PADA FREKWENSI CDMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PATHLOSS EKSPONEN UNTUK CLUSTER RESIDENCES, CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), DAN PERKANTORAN DI DAERAH URBAN

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

III. METODE PENELITIAN

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

Analisa Perbandingan Nilai Breakpoint Pemancar CDMA Menggunakan Model Okumura-Hata di Daerah Surabaya

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

OPTIMALISASI PERENCANAAN KONFIGURASI WIRELESS LAN DENGAN METODE DRIVE TEST (Studi kasus : Kantor Wireless Broadband Telkom Malang)

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

DETEKSI ARAH KEDATANGAN SINYAL PADA ANTENA ARRAY KUBUS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA MUSIC

BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB II DASAR TEORI. atau gedung. Dengan performa dan keamanan yang dapat diandalkan,

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

Karakterisasi Lingkungan Propagasi di Daerah Terbuka Untuk Aplikasi WSN

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI HIGH FREQUENCY BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

Proses. Pengolahan. Pembuatan Peta. Analisa. Kesimpulan

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

Radio Propagation. 2

IMPLEMENTASI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-H UNTUK LINK LOS WIRELESS-LAN 2,4 GHz

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB II LANDASAN TEORI

INVESTIGASI PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI PADA BAND 700MHZ - 1GHZ DI DAERAH SURABAYA UNTUK PEMBUATAN DATABASE MANAJEMEN SPEKTRUM FREKUENSI

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL

PPET-LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI UDA UNTUK MEMPERKUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (WI-FI) FREKUENSI 2,4 GHz PADA JARAK 300 METER

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

BAB II LANDASAN TEORI

PENGKAJIAN KUALITAS SINYAL DAN POSISI WIFI ACCESS POINT DENGAN METODE RSSI DI GEDUNG KPA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

PENGARUH JARAK ANTAR ELEMEN PADA ANTENA SMART YANG MENGGUNAKAN MATRIKS BUTLER

[Type the document title]

KOMUNIKASI DATA ST014 Komunikasi data nirkabel dan topologi jaringan

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

BAB IV DATA DAN ANALISA

Analisa Pathloss Exponent Pada Daerah Urban dan Suburban

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS UNJUK KERJA RADIO IP DALAM PENANGANAN JARINGAN AKSES MENGGUNAKAN PERANGKAT HARDWARE ALCATEL-LUCENT 9500 MICROWAVE PACKET RADIO (MPR)

karakteristik dan implementasi antena horn piramida yang digunakan dalam komunikasi antar titik jaringan LAN nirkabel (wifi) yang beroperasi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Setrum Volume 6, No.1, Juni 2017 p-issn : / e-issn : X

STUDY SITE SURVEY PERANCANGAN HOTSPOT AREA

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENCARI SINYAL WIFI SECARA OTOMATIS

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

NUR ADI SISWANDARI DAN OKKIE PUSPITORINI 108

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

RANCANG BANGUN ANTENA OMNIDIRECTIONAL 15 dbi UNTUK PENGUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi)

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Analisa Karakteristik Tegangan dan Delay Pada Visible Light Communication (VLC)

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

Transkripsi:

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Nurista Wahyu Kirana 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Laboratorium Digital Signal Processing, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2 Laboratorium Microwave, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus ITS, Surabaya 60111 e-mail : nurista@student.eepis-its.edu email: tribudi@eepis-its.edu, okkie@eepis-its.edu Abstrak Propagasi gelombang radio merupakan fenomena dalam proses perancangan sebuah sistem komunikasi nirkabel (wireless communication), karena propagasi merupakan parameter yang sangat penting pada keberhasilan sebuah sistem komunikasi. Pada proyek akhir ini akan dibuat simulasi penempatan antenna Wi-Fi di hall gedung baru Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS). Level daya dan pathloss diamati dengan melakukan pengukuran menggunakan spectrum analyzer dan netstumbler. Data ini selanjutnya digunakan dasar untuk proses simulasi penempatan antenna Wi-Fi dengan sistem C-MIMO (Collocated Multiple Input Multiple Output). Hasil proyek akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang lokasi penempatan Wi-Fi yang optimal di hall gedung baru PENS-ITS. Kata kunci : C-MIMO, wireless communication, spectrum analyzer, netstumbler, pathloss. I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan cepat terutama jaringan wireless (jaringan nirkabel). PENS-ITS menyediakan layanan wireless untuk akses internet. Namun, tidak semua tempat di wilayah PENS-ITS bisa mendeteksi wireless tersebut. Di beberapa tempat terdapat blank spot (tidak terdeteksi adanya wireless) dan juga terdapat wilayah yang mendeteksi lebih dari satu akses wireless. Pada proyek akhir ini digunakan C-MIMO ( Collocated Multiple Input Multiple Output) untuk menempatkan antenna Wi-Fi. MIMO merupakan sistem komunikasi yang melewatkan banyak sinyal informasi dalam satu kanal sehingga efek propagasi sangat mempengaruhi sistem MIMO[1]. Sistem MIMO dapat didefinisikan secara sederhana sebagai penggunaan antena pemancar dan penerima dengan jumlah jamak (multiple)[2]. Pada penelitian sebelumnya digunakan sistem MIMO untuk propagasi LOS dan NLOS indoor pada frekuensi 1,7 GHz[3]. Pada proyek akhir ini menggunakan frekuensi yang berbeda yaitu 2,4 GHz untuk memperoleh nilai level daya dan pathloss. Tujuan dari proyek akhir ini adalah membuat simulasi penempatan antenna Wi-Fi dengan menggunakan sistem C- 1 MIMO (Collocated Multi Input Multi Output) berdasarkan propagasi LOS (Line Of Sight) dan NLOS (Non Line Of Sight) di hall gedung baru PENS-ITS utuk memperoleh lokasi untuk pengaksesan Wi-Fi yang optimal. II. TEORI PENUNJANG 2.1 Wireless Fidelity (Wi-Fi) Versi Wi-Fi IEEE 802.11b/g beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Wi-Fi bekerja dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut: a. Channel 1-2,412 MHz b. Channel 2-2,417 MHz c. Channel 3-2,422 MHz d. Channel 4-2,427 MHz e. Channel 5-2,432 MHz f. Channel 6-2,437 MHz g. Channel 7-2,442 MHz h. Channel 8-2,447 MHz i. Channel 9-2,452 MHz j. Channel 10-2,457 MHz k. Channel 11-2,462 MHz 2.2 Propagasi Gelombang Radio Propagasi merupakan proses perambatan gelombang dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila dilihat berdasarkan mekanisme propagasi sinyal, propagasi ada beberapa jenis diantaranya adalah free space, refleksi, difraksi, dan scattering. 2.3 Lintasan Jamak (Multipath) Multipath terjadi karena pada propagasi gelombang elektomagnetik tidak bisa dihindarkan adanya refleksi, defraksi, dan scattering. Multipath merupakan hal yang seharusnya dihindari pada sistem komunikasi wireless, karena multipath memberikan kerugian pada sistem transmisi wireless[5].

penerima, h T dan h R adalah tinggi antenna pemancar dan tinggi antenna penerima. sedangkan d adalah jarak Tx dan Rx. III. PERANCANGAN SISTEM Gambar 1. Ilustrasi Multipath 2.4 Sistem MIMO Dalam paper Michel A. Jensen dan J.W. Wallace membahas tentang antena dan propagasi untuk Komunikasi Nirkabel MIMO (Multi Input Multi Output). MIMO (Multi Input Multi Output) merupakan sistem komunikasi yang melewatkan banyak sinyal informasi dalam satu saluran/kanal. Sistem sebagai penggunaan antena pemancar dan penerima dengan jumlah jamak (multiple)[2]. Gambar 2. Blok sistem MIMO 2.5 Prinsip C-MIMO Pada C-MIMO (Collocated Multiple Input Multiple Output) sejumlah antena yang digunakan mengumpul pada satu titik. Dalam Sistem C-MIMO dinyatakan dengan antena penerima sejumlah M, dengan K port collocated antena pemancar yang memiliki N antena per port sehingga sistem C- MIMO dinyatakan dalam (M,N,K). Setiap port yang ada saling mengirimkan informasi pada penerima secara bersamasama dengan cara tertentu. 3.1 Set Up Pengukuran Sesuai dengan metode pengukuran C-MIMO, maka setup pengukuran seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Setup Pengukuran 3.2 Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah : a. Access Point (antena transmitter). b. Antena Horn (antena receiver). c. Frequency Spectrum Handheld (FSH View). d. Kabel Koaksial. e. Laptop. f. Software FSH View dan Netstumbler. g. Meteran. h. Tripod Antena. 3.3 Parameter pengukuran Parameter pengukuran yang dilakukan pada proyek akhir ini adalah sebagai berikut : a. Ketinggian antena pemancar yang digunakan adalah 2,27 meter dan ketinggian antena penerima 0,98 meter. b. Frekuensi kerja 2,4 GHz. Dimana frekuensi start adalah 2,39 GHz dan frekuensi stop 2,49 GHz. c. Mengambil koordinat lokasi pengukuran akses point dan antena penerima. d. Pengukuran dilakukan secara Line Of Sight (LOS) dan Non Line Of Sight (NLOS). 2.6 Pathloss Pathloss secara umum didefinisikan sebagai penurunan kuat medan secara menyeluruh sesuai bertambah jauhnya jarak antara pemancar dan penerima.pathloss free space model jika diketahui jarak dan frekuensinya dapat dilihat pada persamaan (1)[4]. (1) Untuk perhitungan jarak digunakan rumus seperti persamaan (2) dan persamaan (3). S = (x1-x2) ² + (y1-y2) ² (2) J = (S) ² + (H) ² (3) dengan, Pt dan Pr adalah daya pancar access point dan daya terima pada user, Gt dan Gr adalah gain antena pemancar dan 2 3.4 Skenario pengukuran Pada sistem C-MIMO digunakan antena array planar sintetis. Antena array planar sintetis disini diasumsikan sebagai pemindahan antena Tx pada bidang datar sebanyak dua titik pergeseran, dengan jarak antar elemen atau titik berbeda- beda. Konfigurasi antena array planar sintesis adalah konfigurasi 2x2 untuk pemancar dan penerima. Jarak antar elemen array yang digunakan adalah 0,5λ, bila frekuensi kerja yang digunakan adalah 2,4 GHz maka jarak antar elemen array adalah sebagai berikut: λ = c dimana f = 2,4x10 9 Hz f λ = 3x10 8 = 0,125 m 2,4x10 9 Pengukuran dilakukan secara Line of Sigth (LOS) dan Non Line of Sight (NLOS) yang dilakukan di hall gedung baru

PENS-ITS yang terdiri dari 3 lokasi pengukuran yaitu lantai 1, lantai 2 dan lantai 3. Pengukuran secara LOS dilakukan di luar ruang kelas dan pengukuran secara NLOS dilakukan dalam ruang kelas. Tiap lokasi pengamatan diambil sebanyak 25 titik sample. 3.5 Data Hasil Pengukuran Dari hasil pengukuran diperoleh data yang berupa dalam bentuk *.rss, untuk kemudian dicopy ke dalam Microsoft Excel untuk kemudian IV. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil Simulasi Dari pengolahan data yang telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah membuat simulasi. Simulasi dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6. Gambar 6. Tampilan Awal Simulasi Gambar 4. Data hasil pengukuran format *.rss 3.6 Desain sistem Dari data pengukuran dan hasil pengolahan menjadi bentuk grafik level daya dan pathloss terhadap fungsi jarak, tahap selanjutnya adalah membuat simulasi menggunakan perangkat lunak. Flowchart simulasi yang akan dibuat ditunjukkan dalam diagram di bawah ini. Start Tentukan Pilihan : Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Gambar 7. Tampilan Menu Pilihan Pada menu pilihan ini ditampilkan pilihan bagi user untuk melihat simulasi pada lantai 1, lantai 2, atau lantai 3. Ketika button LANTAI 1 ditekan maka akan keluar tampilan denah penyebaran data pada lantai 1 seperti pada Gambar 8. Demikian pula dengan lantai 2 dan lantai 3. Pilih posisi Tx : Tx1 Tx2 N Tampilkan Grafik Level Daya dan Pathloss Fungsi Jarak Y End Gambar 5. Flowchart rancangan tampilan simulasi 3 Gambar 8. Tampilan untuk melihat level daya dan pathloss di lantai1

Apabila ingin melihat level daya pada Tx1 maka dilklik optionbutton Tx1 dan button coverage area maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 9. Di samping itu juga dapat ditampilkan diagram batang dan diagram lingkaran pada masing-masing Tx. Gambar 12. Diagram batang dan lingkaran pada Tx1 lantai 1 Gambar 9. Tampilan coverage area dan jarak di Tx1 di lantai 1 Untuk melihat tampilan sebaran data level daya pada Tx1 lantai 1 dapat dilakukan dengan cara meng-klik button Lihat Grafik sehingga akan muncul tampilan seperti pada Gambar 10. Apabila user ingin melihat tampilan grafik pada masingmasing port maka user dapat menekan button lihat grafik masing-masing port Gambar 10. Tampilan simulasi sebaran data level daya pada Tx1 Gambar 13. Tampilan grafik sebaran data level daya Tx1 port 1 LOS Untuk tampilan grafik pathlossnya adalah sebagai berikut. Gambar 11. Tampilan simulasi pathloss pada Tx1 4 Gambar 14. Tampilan diagram batang pathloss Tx1 port 1 LOS

4.2 Analisa Hasil Simulasi Analisa di Hall Gedung Baru Lantai 1 Di lantai 1 terdapat dua kondisi yaitu ketika Tx1 menyala dan Tx2 mati atau Tx1 mati dan Tx2 menyala. Untuk kondisi yang pertama yaitu keadaan dimana Tx1 menyala dan Tx2 mati. Dari hasil pengukuran dan perhitungan sehingga pada akhirnya plot sebaran data level daya terhadap fungsi jarak, maka didapatkan hasil sebaran data level daya yang mendekati nilai seimbang yaitu 12 titik di bawah garis regresi dan 13 titik di atas garis regresi. Pada kondisi yang kedua yaitu ketika Tx2 menyala sedangkan Tx1 dalam keadaan mati. Dari hasil plot sebaran data level daya terhadap fungsi jarak maka didapatkan nilai yang kurang seimbang yaitu 9 titik di atas garis regresi dan 16 titik di bawah garis regresi. Jadi berdasarkan analisa plot hasil sebaran data pada lantai 1 maka posisi yang optimal untuk menempatkan antenna Wi-Fi adalah pada posisi Tx1 karena jumlah sebaran datanya lebih seimbang daripada Tx2. Berdasarkan prosentase antara daerah yang tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 92% dan wilayah yang tidak tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 8% sedangkan terhadap Tx2 wilayah yang tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx2 adalah 84% dan wilayah yang tidak tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 16%. Berdasarkan pathlossnya, pada Tx1 pathoss terkecil adalah titik Rx20 yaitu sebesar 17,38 db pada jarak 5,00 meter sedangkan pada Tx2 pathoss terkecil adalah titik Rx2 yaitu 18,63 db pada jarak 1,35 meter.dari hasil pengamatan berdasarkan level daya dan pathlossnya, penempatan antenna Wi-Fi di lantai 1 yang paling optimal adalah pada posisi Tx1. Analisa di Hall Gedung Baru Lantai 2 Di lantai 2 terdapat dua kondisi yaitu ketika Tx1 menyala dan Tx2 mati atau Tx1 mati dan Tx2 menyala. Untuk kondisi yang pertama yaitu keadaan dimana Tx1 menyala dan Tx2 mati. Dari plot sebaran data untuk Tx1LOS adalah 10 titik di atas regresi dan 7 titik di bawah regresi sehingga nilainya kurang ideal. Sedangkan untuk propagasi NLOSnya ada 3 titik di atas regresi dan 5 titik di bawah regresi. Pada kondisi yang kedua yaitu ketika Tx2 menyala sedangkan Tx1 dalam keadaan mati. Dari hasil plot sebaran data level daya terhadap fungsi jarak maka didapatkan nilai yang lebih seimbang yaitu 8 titik di atas regresi dan 9 titik di bawah regresi. Sedangkan untuk propagasi NLOSnya ada 4 titik di atas regresi dan 4 titik di bawah regresi. Jadi berdasarkan analisa plot hasil sebaran data pada lantai 1 maka posisi yang optimal untuk menempatkan antenna Wi-Fi adalah pada posisi Tx2 karena jumlah sebaran datanya lebih seimbang daripada Tx1. Berdasarkan prosentase dapat dianalisa bahwa prosentase antara daerah yang tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 80% dan wilayah yang tidak tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 20% sedangkan terhadap Tx2 wilayah yang tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx2 adalah 84% dan wilayah yang tidak tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 16%. Pathloss terkecil berada pada Rx13 yaitu 45,30 db yang berada sejauh 1,81 meter dari Tx1 sedangkan 42,79 db berada > Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 2010< 5 pada jarak 1,35 meter yang berada pada Rx20. Titik ini jaraknya paling dekat dengan Tx2. Untuk kondisi NLOS, titik yang memiliki pathloss terkecil adalah pada Rx8 yaitu 45,30 db pada jarak 18,83 meter terhadap Tx1 dan pathloss terkecil terhadap Tx2 adalah adalah Rx1 65,63 db sejauh 11,86 meter dari pemancar. Dari hasil pengamatan berdasarkan level daya dan pathlossnya (kondisi LOS dan NLOS), penempatan antenna Wi-Fi di lantai 2 yang paling optimal adalah pada posisi Tx2. Analisa di Hall Gedung Baru Lantai 3 Berdasarkan sebaran data level daya dari hasil simulasi tersebut untuk kondisi Tx1 LOS adalah 12 titik di atas garis regresi dan 5 titik di bawah garis regresi sedangkan untuk kondisi NLOS adalah 2 titik di atas garis regresi dan 6 titik di bawah garis regresi. Untuk Tx2 kondisi LOS sebaran data level daya adalah 13 titik di atas garis regresi dan 4 titik di bawah garis regresi sedangkan untuk kondisi NLOSnya adalah 4 titik di atas garis regresi dan 4 titik di bawah garis regresi. Dari dua kondisi di atas antara Tx1 dan Tx2 dapat dibandingkan bahwa Tx1 lebih seimbang daripada Tx2 karena jumlah titik (LOS dan NLOS) yang berada di atas garis regresi adalah 14 titik dan yang berada di bawah regresi adalah 11 titik sedangkan pada Tx2 jumlah titik yang berada di atas regresi adalah 17 titik sedangkan yang berada di bawah regresi adalah 8 titik. Jadi untuk lantai 3 posisi pemancar yang paling optimal di Tx1. Berdasarkan prosentase dapat dianalisa bahwa prosentase antara daerah yang tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 84% dan wilayah yang tidak tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 16% sedangkan terhadap Tx2 wilayah yang tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx2 adalah 80% dan wilayah yang tidak tercover oleh sinyal Wi-Fi terhadap Tx1 adalah 20%. Jadi berdasarkan prosentase coverage area Wi-Fi yang paling bagus adalah ketika antenna berada pada posisi Tx1. Berdasarkan pathlossnya, pada Tx1 pathloss terkecil berada pada Rx24 yaitu 46,71 db yang berada sejauh 7,11 meter dari Tx1 sedangkan terhadap Tx2 pathloss terkecil adalah 47,35 db berada pada jarak 8,45 meter yang berada pada Rx12. Untuk kondisi NLOS, pathloss terkecil adalah pada Rx11 yaitu 60,62 db pada jarak 10,58 meter dari pemancar sedangkan terhadap Tx2 adalah Rx1 yaitu 61,12 db jaraknya 11,21 meter dari Tx2. Dari hasil pengamatan berdasarkan level daya dan pathlossnya (kondisi LOS dan NLOS), penempatan antenna Wi-Fi di lantai 2 yang paling optimal adalah pada posisi Tx1.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran, pengolahan data, dan analisa data pada tugas akhir ini maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Kinerja antena wi-fi yang terbaik di lantai 1 adalah pada posisi Tx1 ( di Perpustakaan gedung baru) dengan nilai pathloss 17,38 db dan dapat mengcover 92% dari seluruh hall lantai 1. 2. Kinerja antena wi-fi yang terbaik di lantai 2 adalah pada posisi Tx2 ( di Lab Pemrograman 2) dengan nilai pathloss 42,79 db, dan dapat mengcover 84% dari seluruh hall lantai 2. 3. Kinerja antena wi-fi yang terbaik di lantai 3 adalah pada posisi Tx1 ( di ruang kalab kontrol otomatis) dengan nilai pathloss 46,71 db dan dapat mengcover 84% dari seluruh hall lantai 3. B. Saran Ada beberapa saran untuk pengembangan tugas akhir ini diantaranya adalah : 1. Mengambil data pada tempat pengukuran yang berbeda di luar ruangan. 2. Pengukuran menggunakan konfigurasi antena array, frekuensi, serta channel yang berbeda. 3. Pengukuran dilakukan dengan posisi penempatan antena pemancar dan penerima antar lantai. REFERENSI [1] H. Zhang, H. Dai, On the Capacity of Distributed MIMO Systems, Princeton University, Pricenton, NJ, March 2004. [2] Michael A. Jensen, John Wallace, A Review of Antennas and Propagation for MIMO Wireless Communication,IEEE, 2004. [3] Okkie Puspitorini, Nur Adi S, Haniah M, Ari W, Experimental Investigation of Path Amplitudes Distribution of D-MIMO Radio Channel for Indoor Picocells Scenarios, PENS-ITS. [4] David Parsons, The Mobile Radio Propagation Channel. [5] Arif Rahmad Hidayat, pengukuran dan Pengolahan Tanggapan Impuls Kanal Radio LOS dalam Ruang (Ruang Lorong Dosen Lt.3) menggunakan sistem D- MIMO, PENS-ITS,,2006. [6] C.Chuah, J.M Kahn, Capacity of Multi-antenna Array systems in Indoor Wireless Environment, Sydney,1998. [7] Nursantuso, Pengukuran dan Pengolahan Excess Delay Kanal Radio Propagasi Indoor (NLOS) menggunakan sistem D-MIMO, PENS-ITS,2006. [8] A.M.Saleh, A Rustako, Distributed Antenna for Indoor Radio Communication,1987. 6