JURNAL PENELITIAN ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI 3 HAJI PEMANGGILAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA GURU BERSERTIFIKAT DAN NON SERTIFIKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMPN 28 BANDAR LAMPUNG.

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh FENTI MIFTAHUL JANNAH ASMAUL KHAIR RAPANI

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS. (Minarti, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

Penulis. Ladyanst Berchah Pitoewas Hermi Yanzi. Penyunting Holilulloh

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGAJAR TEMATIK DI KELAS RENDAH DENGAN KEGIATAN PEER TEACHING PADA GURU DI SDN 27 PANGIAN

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh ADI PRASETYO ASMAUL KHAIR SISWANTORO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PEMAHAMAN GURU BIOLOGI TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA NEGERI KABUPATEN KUANSING TAHUN 2013

Pendahuluan. Windarto et al., Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif. 1

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SOLOK

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAHDASARNEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBESDALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI

II TINJAUAN PUSTAKA. peserta didik yang disebut dengan pembelajaran. Pengertian pembelajaran

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh DITA TRICANDRIA NINGSIH MUGIADI HERMAN TARIGAN

Keywords: Difficulties of physical education teachers, Learning aquatic

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

ANALISIS AKTIVITAS GURU IPS TERPADU PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS VIII SMP 9 PONTIANAK

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE BRAINSTORMING JURNAL OLEH SEPTI WULANDARI SUGIYANTO SYAIFUDDIN LATIF

PENINGKATAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE STRATEGI PEER TUTORING DI KELAS V SD KARTIKA 1-11 PADANG

TINJAUAN KESIAPAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM IPA DI SMP NEGERI SE- KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA TEMA DIRI SENDIRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MEDIA KARTU KATA

THE FACTOR THAT INFLUENCES APPLICATION OF LEARNING IN THE KINDERGARDEN OF MARPOYAN DAMAI SUBDISTRICT IN PEKANBARU

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL DAARUL KIROM

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

PENERAPAN MODEL SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA JURNAL. Oleh ISNAINI FITRAH SARI SULISTIASIH A. SUDIRMAN

PEMAHAMAN GURU BIOLOGI TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA NEGERI KABUPATEN KUANSING TAHUN 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG PEMBELAJARAN TERPADU PADA KURIKULUM 2013 JURNAL. Oleh MARYENI ROCHMIYATI SASMIATI

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SMA NEGERI DAN SWASTA KABUPATEN PRINGSEWU. (Artikel Ilmiah) Oleh NUR HAYATI

(JURNAL) Oleh SRI MULYANI MAMAN SURAHMAN RIYANTO M TARUNA

Andreas Setiawan Di bawah bimbingan Giyono dan Ranni Rahmayathi Z ABSTRACT

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI ASAS MANDIRI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SIJUNJUNG

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MEMAHAMI TEKS PROSEDUR KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU BERTANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK. (Eko Putra Wijaya, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGARUH PENDIDIKAN NILAI DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DI KELAS X SMA NEGERI I TERBANGGI BESAR TAHUN AJARAN 2012/2013

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENALAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE

DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PERBEDAAN LATAR BELAKANG KELUARGA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA UNNES DAN HUBUNGANNYA DENGAN MINAT PPL

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

TINGKAT KREATIVITAS GURU DALAM MENYIKAPI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

EVALUASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 158 WATALLIPU KECAMATAN DONRI-DONRI KABUPATEN SOPPENG

NUR FITRIA STKIP PGRI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING

Journal of Physical Education and Sports

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN

MANAJEMEN PEMBELAJARAN GURU PADA SD NEGERI 1 PEUKAN PIDIE KABUPATEN PIDIE

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

AN ANALISYS OF TEACHER PROFESSIONAL COMPETENCE OF THE STATE PRIMARY SCHOOL CLUSTER II MARPOYAN DAMAI DISTRICT OF PEKANBARU

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

PENERAPAN MEDIA GAMBAR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PELAKSANAAN MGMP IPA TERPADU DAN SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA SMP/MTS SE-KOTA MAGELANG

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat komplek bagi manusia

ANALISIS HAMBATAN PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN RAMBAH SAMO

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

JURNAL. Oleh RENI UTAMI AHMAD SUDIRMAN YULINA HAMDAN

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: ADE AYUSYA NPM

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL

PERSEPSI GURU PENJASORKES TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

PENERAPAN PEER ASSESSMENT

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS RENDAH ARTIKEL. Oleh SRI ASTUTI F

ANALISIS KESALAHAN DAN KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 PADANG

Transkripsi:

JURNAL PENELITIAN ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI 3 HAJI PEMANGGILAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Penulis Dwi Ramadani Prastianingsih Berchah Pitoewas Hermi Yanzi Penyunting Holillulloh FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013

ABSTRAK ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI 3 HAJI PEMANGGILAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh (Dwi Ramadani Prastianingsih, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi) Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan kesulitan kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik di kelas kemudian memberikan solusi kepada guru khususnya di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan untuk melaksanakan pembelajaran tematik di kelas I III. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan subjek penelitian seluruh guru di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan teknik presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pada indikator faktor pengetahuan adalah mereka tahu, tetapi belum memahami konsep pembelajaran tematik beserta sub indikatornya, hal ini ditunjukan dengan presentase 80% responden. Sebesar 10% responden sudah mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik, dan 10% responden kurang mengetahui dan memahami tentang konsep pembelajaran tematik. Kemudian pada indikator faktor minat dan kemauan adalah sebanyak 60% responden memiliki minat dan kemauan dalam kategori sedang, bahkan 30% responden dapat dikatakan memiliki minat dan kemauan yang rendah, dan hanya 10% responden yang memiliki minat dan kemauan yang tinggi. Selain itu, pada indikator daya dukung adalah sebanyak 40% responden mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik belum memadai dalam dalam beberapa tema pembelajaran, bahkan 50% responden mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik kurang memadai dan hanya 10% responden yang mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik sudah memadai. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti pengetahuan mengenai konsep pembelajaran tematik, minat dan kemauan yang rendah dalam memahami konsep pembelajaran tematik, daya dukung yang kurang memadai, serta sosialisasi yang kurang maksimal dari dinas terkait. Kata Kunci: Pembelajaran Tematik

ABSTRACT ANALYSIS OF DIFFICULTIES TEACHERS IN THEMATIC LEARNING ELEMENTARY SCHOOL STATE 3 HAJI PEMANGGILAN CENTRAL DISTRICT LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2012/2013 By (Dwi Ramadani Prastianingsih, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi) The purpose of this study to explain the difficulties teachers in implementing the thematic learning in the classroom and then provide a solution to the teachers, especially in elementary school 3 Haji Pemanggilan to implement thematic learning in classes I-III. This research uses descriptive method, the research subjects all teacher in elementary school state 3 Haji Pemanggilan. Techniques of data collection using a questionnaire and analyzed using percentage techniques. The results showed that; on indicator of knowledge factor they know but do not understand the concept of thematic learning and its sub-indicators, it is shown by the percentage of 80% of respondents. By 10% of respondents already and understand the concept of thematic learning, and 10% of respondents lack knowledge and understanding about the concept of thematic learning. Then on indicator of interest and willingness factor is as much as 60% of respondents have an interest and willingness in the medium category, and even 30% of respondents can be said to have a low interest and willingness, and only 10% of respondents who have a high interest and willingness. In addition, the indicators of carrying capacity is as much as 40% of respondents said that the carrying capacity of the thematic learning has not been adequate in the several themes of learning, even 50% of respondents said that the carrying capacity of the thematic learning is inadequate and only 10% of respondents who said that the carrying capacity in thematic learning was adequate. Based on the research concluded that the respondent had difficulty in the implementation of thematic learning as influenced by several factors, such as knowledge about the concept of thematic learning, low interest and willingness to understand the concept of thematic learning, inadequate carrying capacity, and socialization are less of education office. Key words: Thematic Learning

PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan merupakan sistem pembelajaran yang dapat dengan mudah meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti berbagai mata pelajaran agar kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri dapat terhindarkan. Dalam kegiatan pembelajaran dibutuhkan interaksi antara guru dengan siswa agar proses pembelajaran tidak monoton. Sehingga tercapainya tujuan pembelajaran tidak terlepas dari peran guru yang profesional. Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar diberlakukan sejak ditetapkannya otonomi daerah berdasarkan Undang Undang No 32 Tahun 2004. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya Sekolah Dasar dalam mengelola sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu melakukan terobosan terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif. Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pada kerangka dasar kurikulum 2004, disebutkan bahwa 50% dari jumlah jam pelajaran yang ada di kelas I dan II untuk pelajaran membaca dan menulis permulaan serta berhitung (calistung) dengan menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran untuk kelas I, II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Dari pernyataan tersebut terlihat adanya peningkatan jenjang kelas yang harus melaksanakan pembelajaran tematik yaitu kels III. Peningkatan jenjang kelas tersebut tentu telah melalui pertimbangan dan kajian dari berbagai pihak yang terkait sebagai pengambil kebijakan, yaitu pembelajaran dengan pendekatan tematik dianggap bermanfaat, menarik, bermakna, dan sesuai bagi peserta didik kelas awal Sekolah Dasar (SD) karena model pembelajaran tematik menyajikan tema tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di Sekolah Dasar saat ini mengarah pada penggabungan dari Connected model (model terkait), webbed model (model jaring laba laba) dan Integrated model (model terpadu). Hal ini terlihat dari meteri sosialisasi tematik yang dilaksanakan oleh Depdiknas yang menghendaki pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah pecah atau berkotak kotak. Penggabungan jaring laba laba dan model terpadu yang dimaksud adalah penggunaan tema untuk menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas dari kurikulum untuk menemukan keterkaitan antar mata pelajaran, sehingga peserta didik akan memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda beda. Dengan demikian peserta didik akan mudah menghubungkan dan

mengaitkan materi materi dari beberapa mata pelajaran seperti PKn, B. Indonesia, dan SBK, siswa dapat menyayikan lagu Garuda Pancasila dengan penuh semangat dan rasa bangga dengan intonasi yang jelas dan benar. Dengan memaknai lagu tersebut peserta didik dapat mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar negara Indosesia dan masih banyak lagi makna yang dapat diambil oleh peserta didik. Hal hal di atas dijadikan dasar oleh Pemerintah untuk menerapkan pembelajaran tematik kepada peserta didik SD/MI kelas I III. Diharapkan dengan pembelajaran yang sesuai keberhasilan pencapaian kompetensi yang tercantum dalam Standar Isi lebih baik. Sehingga peserta didik lebih mudah menerima materi pelajaran yang diberikan dengan tema tertentu dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar memang terkonsep dengan baik, tapi dalam pelaksanaan di lapangan masih banyak Sekolah Dasar yang tidak menerapkan pembelajaran tematik. Hal itu dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik, sepeti kekurang tahuan guru tentang konsep pembelajaran tematik, kurangnya fasilitas yang ada di sekolah, kekurangan tenaga guru, daya tampung peserta didik yang berlebihan da dalam kelas, dan kekurangan jumlah kelas. Meskipun Silabus dan RPP yang dibuat sesuai dengan konsep pembelajaran tematik yang telah ditetapkan, tapi dalam kenyataannya tidak diterapkan secara tematik. Hal itu terlihat dari proses pembelajaran yang masih menggunakan mata pelajaran tertentu. Hal hal diatas menjadikan penelitian ini terfokus pada kesulitan kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan, karena secara faktual guru yang mengajar di Kelas I III belum menerapkan pembelajaran tematik didalam kelas. Dalam wawancara terhadap guru yang mengajar di kelas I III di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan, kesulitan yang dialami antara lain: yang pertama adalah dalam persiapan pembelajaran tematik, yang kedua adalah dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, dan yang ketiga adalah dalam penilaian pembelajaran tematik. Secara lebih rinci guru tersebut menjabarkan kesulitan kesulitan apa saja yang di alami dalam pembelajaran tematik. Yaitu: Kesulitan Guru dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain: 1. Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator. 2. Guru kesulitan dalam mengembangkan. 3. Guru kesulitan cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema. 4. Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kesulitan Guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain: 1. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema. 2. Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema. 3. Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di kelas awal. 4. Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat. 5. Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran. 6. Penggunaan jadwal tema lebih luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran. Kesulitan Guru dalam penilaian pembelajaran tematik antara lain: 1. Guru kesulitan dalam melakukan penilaian bagi siswa kelas I yang belum lancar membaca dan menulis. 2. Guru masih kesulitan membuat instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah laku, sehingga cenderung lebih suka menggunakan penilaian tertulis. 3. Guru masih kesulitan menentukan Kriteria Ketuntansan Minimal 4. Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran. Dari kesulitan kesulitan yang dialami guru diatas, beberapa penyebab kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik antara lain: 1. Kekurang tahuan guru terhadap konsep pembelajaran tematik. 2. Kesadaran untuk berubah sesuai zaman, guru masih terpaku dengang cara pembelajaran yang lama. 3. Kurangnya sosialisasi dan diklat tentang gambaran dan konsep pembelajaran tematik terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Dari latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran Tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. TINJAUAN PUSTAKA a. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Tematik Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik yang disebut dengan pembelajaran. Pengertian pembelajaran yang diungkapkan oleh Yunanto (2004: 4) pembelajaran merupakan

pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Pendapat lain yang di ungkapkan oleh Sugandi, dkk (2004: 9) menyatakan bahwa pembelajaran terjemahan dari kata instruction yang berarti self instruction (dari internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teacing atau pengajaran. Sedangkan dalatm pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. UU No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 "pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar". Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dasar hukum melaksanakan pembelajaran tematik terdapat dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran untuk kelas I, II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Pengertian pembelajaran tematik yang di ungkapkan oleh Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2005: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Pendapat lainnya mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006). Pengertian tema yang diungkapkan oleh Kunandar (2007:311) tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif antar mata pelajaran. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.

2. Tinjauan Tentang Guru Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur dasar penddikan formal dan pendidikan menengah. Pendapat yang di nyatakan oleh Sudirman A.M. (1994: 123) guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Sedangkan pendapat yang di kemukakan oleh Saiful Bahri Djamara yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007: 43) guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Oemar Hamalik (2007: 117) juga mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan menuntun muridmurid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Pendapat lain lagi dikemukakan oleh H.A.R Tilaar (1998: 292) bahwa guru adalah seorang yang profesional di dalam masyarakat terbuka. Suparlan (2006: 10) guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang baik. Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Guru adalah pendidik profesional yang bertugas mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. selain itu peranan guru didalam pendidikan itu sangantlah penting, guru bertugas sebagai pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan kepada setiap anak didiknya, guru mengemban tugas untuk meningkatakan potensi setap peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan berkompeten. Selain itu juga guru dituntut untuk selalu memperhatika sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya dilingkungan sekolah tetapi juga diluar sekolah. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of values, dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat di dudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

3. Tujuan Penelitian a. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kesulitan kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik di kelas. b. Memberikan solusi kepada guru khususnya di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan untuk melaksanakan pembelajaran tematik di kelas I III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena skor akhir variabel berupa angka-angka kemudian dianalisa dengan tabulasi dan statistik, karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada masa sekarang secara sistematis dan faktual yang menuntun untuk segera dicarikan jalan keluarnya. Pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 234) mengatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status, suatu gejala yang ada yaitu keadaan suatu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian diadakan. Penggunaan metode deskriptif sangat cocok dalam penelitian ini, karena penelitian ini berupa analisis kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. Populasi Pendapat Johanes Supranto (2000: 21) mengatakan bahwa populasi kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Sedangkan pendapat Sutrisno Hadi ( 1992: 220) menyatakan bahwa populasi adalah seluruh obyek yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 10 orang dan penelitian ini adalah penelitian populasi karena jumlah populasi kurang dari 100 orang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Hasil penelitian Penyajian data indikator faktor pengetahuan dapat dilihat pada tabel: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Indikator Faktor Pengetahuan No Kelas Interval Frekuensi Presentase Kategori 1 17 19 1 10% Sangat Mengetahui 2 14 16 8 80% Cukup Mengetahui 3 11 13 1 10% Kurang Mengetahui Jumlah 10 100% - Sumber: Data Analisis Hasil Sebaran Angket

Penyajian data indikator faktor minat dan kemauan dapat dilihat pada tabel: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Indikator Faktor Minat Dan Kemauan No Kelas Interval Frekuensi Presentase Kategori 1 16 18 1 10% Tinggi 2 13 15 4 40% Sedang 3 10 12 5 50% Rendah Jumlah 10 100% - Sumber: Data Analisis Hasil Sebaran Angket Penyajian data indikator daya dukung dapat dilihat pada tabel: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Indikator Daya Dukung No Kelas Interval Frekuensi Presentase Kategori 1 18 19 1 10% Sangat Memadai 2 16 17 6 60% Belum Memadai 3 14 15 3 30% Kurang Memadai Jumlah 10 100% - Sumber: Data Analisis Hasil Sebaran Angket b. Pembahasan 1. Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran Tematik a. Indikator Faktor Pengetahuan Berdasarkan pengolahan hasil penelitian diketahui bahwa 1 responden atau 10% guru sangat memahami konsep pembelajaran tematik, penyebabnya adalah latar belakang pendidikan, tingginya minat dan kemauan guru, dan pengetahuan yang luas sehingga memungkinkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Selanjutnya 8 responden atau 80% responden dapat dikatakan cukup memahami tentang pembelajaran tematik, penyebabnya adalah pengetahuan guru, latar belakang pendidikan, minat dan kemauan yang cukup dalam berpartisipasi, mengetahui, dan memahami tentang pembelajaran tematik. Kemudian, 1 responden atau 10% responden kurang memahami, penyebabnya adalah pengetahuan dan kepedulian responden yang kurang terhadap informasi program pembelajaran tematik. Sebaiknya responden peduli terhadap perkembangan dunia pendidikan khususnya dalam program pembelajaran tematik di kelas I III Sekolah Dasar secara maksimal.

b. Indikator Faktor Minat Dan Kemauan Berdasarkan pengolahan hasil penelitian diketahui bahwa dari 10 responden, 1 responden atau 10% responden dapat dikatakan bahwa mereka memiliki minat dan kemauan yang tinggi terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik, penyebabnya adalah guru sebagai pendidik yang profesional sehingga tingkat pemahamannya mempengaruhi sejauh mana mereka memperhatikan keberhasilan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran tematik di kelas I III Sekolah Dasar. Sedangkan 6 responden atau 60% responden dapat dikatakan memiliki minat dan kemauan dalam kategori sedang dalam mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik. Penyebabnya adalah responden kurang mengetahui mengenai bagaimana konsep dan pelaksanaannya dalam pembelajaran tematik. Kemudian, 3 responden atau 30% responden dapat dikatakan memiliki minat dan kemauan yang rendah dalam mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik. Penyebabnya adalah responden benar-benar tidak mengetahui mengenai konsep pembelajaran tematik. Sebaiknya pihak sekolah dan dewan guru mengadakan pelatihan atau workshop dengan mengundang pihak yang berkompeten dalam bidang pembelajaran tematik, karena pembelajaran tematik diharuskan dikelas I III Sekolah dasar menurut permendiknan Nomor 22 Tahun 2006, dan dapat melaksanakannya meskipun dengan berbagai keterbatasan pengetahuan dan sarana dalam pembelajaran tematik. c. Indikator Daya Dukung Berdasarkan pengolahan hasil penelitian diketahui bahwa dari 10 responden, 1 responden atau 10% responden yang mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik sudah memadai, penyebabnya adalah responden menganggap bahwa daya dukung yang ada di sekolah sudah dimanfaatkan secara optimal dengan menggunakan buku paket pembelajaran dan membawa peserta didik keluar kelas untuk memahami tema yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya 4 responden atau 40% responden menyatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik belum memadai, penyebabnya adalah media pembelajaran atau alat peraga yang belum lengkap untuk beberapa tema pembelajaran tematik. Kemudian, 5 responden atau 50% responden menyatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik kurang memadai, penyebabnya adalah karena dalam pelaksanaan pembelajaran tematik buku paket pembelajaran tematik sangat kurang, peserta didik terkadang belum siap untuk menerima pembelajaran dan masih suka bermain-main, pengetahuan guru yang kurang mengenai konsep pembelajaran tematik, dan sarana dalam pembelajaran lainnya yang dirasa masih kurang layak untuk digunakan.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang analisis kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti dapat menyimpulkan: 1. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan dalam indikator faktor pengetahuan adalah mereka belum memahami konsep pembelajaran tematik beserta sub indikatornya. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan dan kurangnya pengetahuan Guru sehingga kurang berperan aktif dalam mencari informasi tentang konsep pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. 2. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan dalam indikator faktor minat dan kemauan adalah kurangnya minat dan kemauan guru dalam mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik. Hal ini disebabkan karena mereka cenderung tidak perduli terhadap perkembangan kurikulun di Sekolah Dasar yang diharuskan menggunakan pembelajaran tematik di kelas I III, selain itu mereka tetap menggunakan pembelajaran yang sekarang dilaksanakan yaitu dengan menggunakan pendekatan mata pelajaran. 3. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan dalam indikator faktor daya dukung adalah daya dukung dalam pembelajaran tematik seperti guru, peserta didik, sarana, sumber belajar, dan media pembelajaran belum memadai dalam beberapa tema pembelajaran. Hal ini disebabkan karena daya dukung dalam pelaksanaan pembelajaran tematik seperti guru, peserta didik, sarana, sumber belajar, dan media pembelajaran belum lengkap dan responden terkadang kurang memanfaatkan sarana dan media pembelajaran yang sudah ada. Berdasarkan pendapat responden, mereka mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti pengetahuan mengenai konsep pembelajaran tematik, minat dan kemauan yang rendah dalam memahami konsep pembelajaran tematik, daya dukung yang kurang memadai, serta sosialisasi yang kurang maksimal dari dinas provinsi khususnya dinas pendidikan. b. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Kepada Dinas Provinsi atau Kabupaten agar memaksimalkan solialisasi mengenai konsep pembelajaran tematik terutama di daerah pedesaan atau terpencil dengan cara mendatangi dan memberikan sosialisasi kepada guru sehingga guru yang belum memahami konsep pembelajaran tematik dapat

benar-benar mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik sesuai Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. 2. Kepada Kepala Sekolah agar lebih memotivasi guru yang mengajar dikelas I III untuk lebih mengetahui dan memahami tentang konsep pembelajaran tematik, selain itu mencari informasi pelatihan tentang pembelajaran tematik atau bahkan bisa mengadakan sendiri dengan menghadirkan pihak yang berkompeten dalam pembelajaran tematik. Kemudian melengkapi sarana pembelajaran seperti media pembelajaran atau alat peraga. 3. Kepada Guru agar menerapkan pembelajaran tematik di kelas I III meskipun belum mengetahui dengan jelas tentang pembelajaran tematik dan menumbuhkan rasa ingin tahu agar lebih memahami konsep pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. DAFTAR PUTAKA Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. PT Refika Aditama. Bandung. Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Sekolah Dasar. Depdikbud. Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1992. Statistika. Andi Offset. Yogyakarta. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hasyim, Ali Usman. 2010. Undang Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/17/undangundang-no-14-tahun-2005-tentang-guru-dan-dosen/ Diakses tanggal 28 Februari 2013 Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudirman, A. M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Permai. Jakarta. Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. UPT MKK UNNES. Semarang. Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Hikayat Publishing. Yogyakarta.

Supranto, Johanes. 2000. Statistik Teori Dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Bayumedia Publishing. Malang. Tilaar, H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Tera Indonesia. Magelang. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab I Pasal 1 Ayat 20) Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Grasindo. Jakarta. Identitas Jurnal Pendidikan: Nama : Dwi Ramadani Prastianingsih NPM : 0913032036 Prodi Jurusan Pembimbing I Pembimbing II Pembahas Seminar Hasil : PPKn : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Drs. H. Berchah Pitoewas, M.H. : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. : Drs. Holillulloh, M.Si.