Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT TINGKAT II dr. SOEPRAOEN MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode I Periode II Periode III

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi klinis gangguan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terjadi (Suyono dan Erawati dalam Indriyani, 2007). Puskesmas Ngrambe, dibentuklah perkumpulan penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT DENGAN MOTIVASI DALAM MENCEGAH TERJADINYA KOMPLIKASI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.210050028 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit kronis yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes juga merupakan salah satu penyakit yang mengancaman kesehatan manusia pada abad ke-21. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang, disebabkan karena adanya peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup modern perkotaan yang serba cepat dan penuh tekanan, sehingga menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain lain (Suyono, 2007). Menurut WHO tahun 2003, terdapat lebih dari 200 juta orang dengan diabetes di dunia. Angka ini akan bertambah menjadi 333 juta orang di tahun 2025. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan daerah yang paling banyak terkena pada abad 21. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes ke 4 terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8.4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 21.3 juta penderita pada tahun 2030 ( Soegondo, dan Sukardji., 2008). Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila dalam kurun waktu 1 atau 2 1

2 dekade yang akan datang kekerapan diabetes melitus di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Diabetes merupakan penyakit yang berjangka panjang, maka bila diabaikan komplikasi penyakit diabetes melitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh. Tindakan pengendalian diabetes sangat di perlukan, khususnya dengan mengusahakan tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal, merupakan salah satu usaha pencegahan yang terbaik terhadap kemungkinan berkembangnya komplikasi dalam jangka panjang (Sustrani, Alam., Hadibroto, 2005). Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal juga tergantung dari motivasi serta pengetahuan penderita mengenai penyakitnya. Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut penderita memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Menurut Waspadji, (2007) menyatakan bahwa modalitas utama dalam penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkakan aktivitas jasmani, dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes melitus yang dilakukan secara terus menerus. Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan pada kebutuhan individual. Menurut Febriyanti,

3 (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap kepatuhan pasien dalam menjalani terapi diet diabetes melitus. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai pengaturan makan atau diet yang benar yakni sesuai umur, berat badan serta jumlah energi yang harus di keluarkan per hari, akan mengakibatkan tidak terkontrolnya kadar gula darah dalam tubuh pasien, serta tidak terkendalinya proses perkembangan penyakit, termasuk munculnya komplikasi diabetes melitus. Meningkatnya kadar gula darah secara perlahan lahan bisa berpoensial merusak pembuluh darah, saraf dan struktur internalnya. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya arteriosclerosis ( penebalan dan hilangnya elastisias dinding arteri ), yang mengakibatkan gangguan sirkulasi pada pembuluh darah besar dan kecil, bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf, kulit, serta memperlambat penyebuhan luka karena berkurangnya aliran darah ke kulit (Maulana, 2008). Pentingnya penderita diabetes melitus mengetahui cara mencegah komplikasi yakni pertama guna mencegah munculnya komplikasi diabetes, atau menunda datangnya komplikasi antara lain dengan cara rutin memeriksakan diri, seperti guna mencegah agar tidak terjadi retinopati diabetik, penderita dengan rutin memeriksakan kesehatan matanya minimal satu tahun sekali. Penderita diabetes juga harus rajin merawat dan memeriksakan kaki, guna menghindari terjadinya kaki diabetik dan kecacatan

4 yang mungkin akan muncul. Kedua Peningkatan pengetahuan penderita mengenai cara mencegah komplikasi juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes. Sehingga penderita dapat menikmati hidup seperti orang normal pada umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta penderita tidak perlu mengeluarkan uang secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Notoadmojo, (2007) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan dan sikap positif, akan berlangsung langgeng. Pengetahuan penderita mengenai diabetes melitus merupakan sarana yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan demikian semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu di perlukan (Waspadji, 2007). Berdasarkan hasil dari laporan profil puskesmas induk Kartasura yang terletak di sebelah timur jalan raya Solo Yogya pada tahun 2008 di dapatkan jumlah penderita diabetes melitus di puskesmas Kartasura tersebut terdapat sebanyak 770 penderita. Menurut keterangan dari petugas kesehatan puskesmas Kartasura, mengemukakan bahwa pengetahuan penderita mengenai penyakit serta cara pencegahan komplikasi dinilai masih kurang. Sedangkan motivasi penderita dalam mencegah komplikasi yang mungkin akan timbul juga dirasa masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya penderita

5 diabetes yang jarang mengontrolkan kadar gula darahnya, yang mengkonsumsi makanan yang seharusnya tidak diperbolehkan, sehingga hal ini dapat mengakibatkan kadar gula darah penderita tinggi. Berdasarkan hasil uraian diatas mendorong peneliti untuk mengetahui Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dengan motivasi dalam mencegah komplikasi pada penderita diabetes melitus di puskesmas Kartasura. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah sebagai berikut Adakah hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dengan motivasi penderita dalam mencegah komplikasi diabetes melitus di puskesmas Kartasura. C. Tujuan Penelitian 1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit dengan motivasi penderita dalam mencegah komplikasi diabetes melitus di puskesmas Kartasura. 2 Tujuan Khusus a. Untuk mendapatkan gambaran karakteristik penderita diabetes melitus di puskesmas Kartasura. b. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tentang penyakit pada penderita diabetes melitus di puskesmas Kartasura.

6 c. Untuk mendapatkan gambaran tentang motivasi penderita diabetes melitus dalam mencegah komplikasi di puskesmas Kartasura. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut: 1. Bagi penderita, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penderita diabetes melitus mengenai penyakit dan cara mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus, sehingga timbul dorongan dari penderita untuk selalu berupaya mencegah terjadinya komplikasi. 2. Bagi Institusi pendidikan, penelitian ini diarapkan menjadi penyediaan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut khususnya mengenai diabetes melitus. 3. Bagi puskesmas untuk memberikan masukan perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan khususnya dalam upaya sosialisasi dalam mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes di puskesmas kartasura. 4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk belajar peneliti dalam melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang penyakit dengan motivasi dalam mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes melitus.

7 E. Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian Febriyanti, D (2007) dengan judul Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Penderita Diabetes Melitus dalam menjalankan Terapi Diet di Puskesmas II Kartasura. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif jenis penelitian korelasional yang bermaksud untuk mencari hubungan antara dua variable yakni pengetahuan dengan sikap kepatuhan penderita diabetes melitus dalam menjalankan terapi diet. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap kepatuhan pasien dalam menjalani terapi diet diabetes melitus. Perbedaannya, penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit dengan motivasi penderita dalam mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas 1 Kartasura dengan menggunakan metode cross sctional. 2. Penelitian Diliyani, N (2006) dengan judul Hubungan Pengetahuan Penderita Tentang Penyakit dan Komplikasi dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Pusksmas I Gatak Sukoharjo. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas adalah pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dan variabel terikat adalah

8 tindakan mengontrol kadar gula darah. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan penderita tentang penyakit dan komplikasi dengan tindakan mengontrol kadar gula darah. Perbedaannya dengan peneliti yakni pada variabel terikatnya, pada variabel terikat peneliti mengangkat mengenai motivasi dalam mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas 1 Kartasura. 3. Mawarningsih, R (2004) dengan judul Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe II di poliklinik RS Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan pada penderita DM tipe II pada kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol, penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif dengan pendekatan cross sectional accidental sampling, dengan hasil penelitian didapatkan 65% penderita mempunyai tingkat pengetahuan baik, 32.5% mempunyai tingkat pengetahuan cukup, dan 25% mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik. Pada kelompok responden dengan kadar gula darah terkontrol terdapat 73.33% mempunyai tingkat pengetahuan baik, dan 26.67% mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Pada kelompok responden dengan kadar gula darah tidak terkonrol terdapat 64% mempunyai tingkat pengetahuan baik, 32% mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan 4% responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik. Persamaannya dengan peneliti yakni pada salah satu variebel yang digunakannya sama yakni pengetahuan. Perbedaanya dengan peneliti yakni pada variabel

9 terikat peneliti membahas mengenai motivasi dalm mencegah terjadinya komplikasi pada penderita DM, jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah deskriptif dengan metode cross scional, cara pengambilan sampel dengan teknik Consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi yang telah peneliti tetapkan sebelumnya.