BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di berbagai negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Senyawa kimia sangat banyak digunakan untuk mengendalikan hama. Di

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Herbisida Golongan Paraquat Diklorida

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kehidupan mulai beranjak kembali kepada obat-obatan

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengeradikasi bakteri gram positif dan gram negatif. Amoksisilin juga

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Obat merupakan senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. rutin, dengan waktu dan cara yang tepat. 2 Kebiasaan menyikat gigi, terutama

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

PENGARUH HERBISIDA PARAQUAT DIKLORIDA ORAL TERHADAP HATI TIKUS PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang terjadi pada organ ginjal beranekaragam tergantung dari

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan salah satu pilihan terapi yang banyak digunakan di

1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian dan perkebunan. Laporan dari Food Agriculture Oganization menyatakan lebih dari 70.000 pestisida beredar di seluruh dunia dan dipergunakan secara aktif oleh para petani (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu tanaman telah meluas di kalangan para petani di Indonesia. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan berakibat pada kesehatan petani dan lingkungan. Pada tahun 2000, penelitian terhadap para pekerja atau penduduk yang memiliki riwayat kontak pestisida banyak sekali dilakukan di Indonesia. Dari berbagai penelitian tersebut diperoleh gambaran prevalensi keracunan tingkat sedang hingga berat disebabkan pekerjaan, yaitu antara 8,5% 50% (Achmadi, 2005). Pestisida dikelompokkan menjadi tiga yaitu insektisida sebagai pembunuh insekta, fungisida sebagai pembunuh jamur dan herbisida sebagai pembunuh tanaman pengganggu. Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya, maupun

2 karena disalahgunakan yaitu untuk bunuh diri. Sekarang ini bermacammacam jenis pestisida telah diproduksi dengan usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada tanaman penggangu dan serangga (WHO, 2008). Penggunaan pestisida secara global dan jenis-jenis pestisida yang digunakan jika dipresentasikan penggunaan herbisida adalah yang terbanyak, kemudian insektisida dan fungsida. Insektisida adalah pestisida yang paling banyak digunakan di negara maju, sedangkan fungisida dan herbisida paling banyak digunakan di negara berkembang (Ginting et al., 2012). Herbisida paraquat dan diquat termasuk golongan dipyrydyl yang merupakan herbisida non selektif dan secara luas sering digunakan, terutama pada sistem pertanian dan oleh agen pemerintah dan perindustrian untuk mengontrol hama tanaman. Paraquat dibatasi pemakaiannya terutama di Amerika Serikat, dan sudah menjadi isu dunia yang signifikan tentang kemungkinan keracunannya. Beberapa negara di Eropa juga sudah membatasi pemakaian paraquat. Pada beberapa dekade terakhir, paraquat menjadi agen yang popular untuk tindakan bunuh diri (Indika & Buckley, 2011). Keracunan herbisida merupakan permasalahan kesehatan masyarakat di negara berkembang dengan perkiraan sekitar 300.000 kematian di daerah Asia Pasifik. Sebagai contoh, di Sri Lanka ada sekitar 3 400 keracunan

3 herbisida per 100.000 populasi setiap tahun. Paraquat merupakan agen penyebab kematian utama di Sri Lanka dengan angka fatalitas yang tinggi yaitu lebih dari 50%. Keracunan paraquat tidak hanya merupakan masalah di daerah Asia Pasifik dan Sri Lanka, pada tahun 1986 1990, 63% dari seluruh percobaan bunuh diri di Trinidad-Tobago dikarenakan paraquat. Kontribusi yang sama tentang kematian akibat paraquat juga dilaporkan dari Trinidad Selatan yaitu 76% diantara tahun 1996 1997 dan Samoa yaitu 70% dari tahun 1979 2000 (Indika & Buckley, 2011). Penelitian oleh Saftarina (2011) di desa Raja Basa Bandar Lampung didapatkan petani melakukan penyemprotan pestisida rata-rata lebih dari 3 kali dalam seminggu. Petani melakukan penyemprotan walaupun tidak ada tanda-tanda tanaman yang diserang hama, hal ini dilakukan untuk mencegah tanaman diserang hama secara tiba-tiba. Pada saat melakukan penyemprotan pestisida, para petani kurang memperhatikan arah angin dan cara pemakaian pestisida yang benar. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiono (2009) pada tenaga kerja di tempat penjualan pestisida di kabupaten subang didapatkan bahwa masih banyak tenaga kerja yang praktek pengelolaan pestisida tidak memakai alat pelindung diri yang memenuhi syarat dengan alasan tidak disediakannya alat pelindung diri, sudah terbiasa tidak pakai dan menghambat aktivitas saat bekerja. Sebagian pekerja telah mempunyai persepsi bahwa praktek saat mengelola pestisida dianggap hal yang tidak berbahaya sehingga tidak perlu

4 menggunakan alat pelindung diri, dan hal ini cenderung telah menjadi perilaku pekerja untuk tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat mengelola pestisida. Pemakaian alat pelindung diri yang tidak memenuhi syarat, berisiko menyebabkan keracunan pestisida terhadap tenaga kerja. Penggunaan pestisida apabila tidak benar dan tepat maka akan menimbulkan efek samping terhadap manusia. Efek samping dapat berupa hasil dari penimbunan yang berlama-lama, surface runoff, atau kontak langsung dengan komponen herbisida. Resiko terhadap manusia, kehidupan hewan, dan kematian terhadap tumbuhan disekitarnya, harus dipertimbangkan sebelum pemakainan pestisida (WHO, 2008). Paparan herbisida golongan paraquat diklorida berpengaruh ke organ-organ tubuh seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, otot, limpa, kulit, mata dan otak. Pada organ ginjal didapatkan kerusakan pada tubulus ginjal. Gangguan fungsi ginjal memainkan peranan penting untuk menentukan outcome dari keracunan paraquat (Ginting et al., 2012). Rute utama eliminasi pestisida paraquat setelah masuk aliran darah adalah melalui ginjal dimana paraquat secara aktif disekresi oleh sistem transport kation organik. Konsentrasi paraquat yang lebih tinggi dapat bersifat nefrotoksik. Kerusakan ginjal ditandai dengan adanya proteinuria, hematuri, piuria dan azotemia (Kim et al., 2009).

5 Pada penelitian yang dilakukan oleh Malekinejad et al (2011) didapatkan bahwa pemberian paraquat secara subkutan menyebabkan perubahan gambaran histopatologi pada ginjal berupa nefritis interstitial multifokal, endapan protein pada tubulus dan degenerasi tubulus. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian herbisida golongan paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 1.2 Rumusan Masalah Herbisida paraquat diklorida merupakan salah satu herbisida yang angka penggunaannya tinggi. Keracunan herbisida menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di negara berkembang dengan perkiraan sekitar 300.000 kematian di daerah Asia Pasifik. Paparan herbisida paraquat berpengaruh ke organorgan tubuh seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, otot, limpa, kulit, mata dan otak. Rute utama eliminasi paraquat setelah masuk aliran darah adalah melalui ginjal. Konsentrasi paraquat yang lebih tinggi dapat bersifat nefrotoksik. Dari uraian singkat tersebut dapat dirumuskan: Apakah terdapat pengaruh pemberian herbisida golongan paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley?

6 1.3 Tujuan Tujuan Umum: Untuk mengetahui pengaruh pemeberian herbisida golongan paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Tujuan Khusus: 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian herbisida golongan paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi glomerulus ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian herbisida golongan paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi tubulus ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 1.4 Manfaat Manfaat Teoritis: Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan Ilmu Patologi Anatomi dan agromedicine khususnya di bidang Toksikologi. Manfaat Praktis: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti.

7 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh paparan herbisida paraquat diklorida terhadap ginjal. 3. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Meningkatkan iklim penelitian dibidang agromedicine sehingga dapat menunjang pencapaian visi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai Fakultas Kedokteran Sepuluh Terbaik di Indonesia pada Tahun 2025 dengan kekhususan agromedicine. 4. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan bahan acuan untuk dilakukannya penelitian yang serupa yang berkaitan dengan herbisida paraquat diklorida.\ 1.5 Kerangka Teori Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan (Riadi, 2011). Herbisida paraquat diklorida merupakan herbisida yang dapat diaplikasikan pada saat purna tumbuh. Herbisida ini merupakan herbisida kontak yang dapat mematikan jaringan tumbuhan yang terkontaminasi dan beracun pada sel-sel tumbuhan yang hidup (Sarbino & Syahputra, 2012). Paraquat merupakan suatu herbisida golongan bipyridylium. Komposisi kimia dari paraquat adalah C 12 H 14 N 2 (karbon, hidrogen dan nitrogen). Paraquat merupakan zat yang sangat toksik dan dapat memasuki tubuh dengan beberapa cara, terutama dengan cara tertelan tiba-tiba, atau melalui kulit yang

8 rusak, mungkin juga melalui inhalasi. Beribu kematian muncul karena menelan untuk bunuh diri atau kontak kulit dengan paraquat biasanya karena pekerjaan (Indika & Buckley, 2011). Paraquat menginduksi toksisitas dikarenakan kemampuannya untuk mempengaruhi siklus redoks dan membentuk ROS. Paraquat dimetabolisme oleh beberapa sistem enzim seperti NADPH-Cytochrome p450 reductase, Xantin oksidase, NADH dan ubiquinone oxireductase serta nitric oxide synthase. Metabolisme paraquat melalui sistem enzim ini menyebabkan terbentuknya paraquat mono-cation radical (PQ + ) di dalam sel. PQ 2+ secara cepat di reoksidasi menjadi PQ 2+ dan proses ini mencetuskan terbentuknya superoxide (O 2 ) yang menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap lemak, protein dan DNA (Indika & Buckley, 2011). Paraquat akan menyebabkan peningkatan reaksi oksidasi di dalam tubuh dengan cara dimetabolisme oleh berbagai enzim seperti NADPH sehingga akan meningkatkan ROS (Haliwell & Whiteman, 2004). Paparan herbisida golongan paraquat diklorida berpengaruh ke organ-organ tubuh seperti paruparu,jantung, ginjal, hati, otot, limpa, kulit, mata dan otak. Pada paru-paru akan terjadi edema paru akut, yang akan menyebabkan asfiksia dan anoxia jaringan. Pada kulit, paraquat menyebabkan kerusakan kulit lokal termasuk dermatitis kontak yang meimbulkan eritema, abrasi dan ulserasi paraquat (Ginting et al., 2012).

9 Traktus gastrointestinal merupakan tempat awal kerusakan yang ditandai mukosa edema, ulserasi pada mulut, faring, esofagus dan lambung. Paraquat juga menyebabkan kerusakan hepatoseluler, peningkatan bilirubin dan enzim hepatoseluler. Pada organ ginjal didapatkan kerusakan pada glomerulus tubulus ginjal. Gangguan fungsi ginjal memainkan peranan penting untuk menentukan outcome dari keracunan paraquat (Ginting et al., 2012). Kerangka teori pada penenilitian ini, tersaji pada gambar 1.

10 Herbisida golongan paraquat dikorida Karbon, Hidrogen dan Nitrogen Dimetabolisme oleh enzim NADPH-Cytochrome p450 reductase, Xantin oksidase, ubiquinone oxireductase, nitric oxide synthase. Paraquat mono-cation radical (PQ + ) dalam sel Di reoksidasi PQ 2+ Radikal bebas (Reactive Oxygen Species) Superoxide, hidrogen peroksida dan hidroksil radikal Stres oksidatif Kerusakan jaringan Paru-paru Hati Ginjal Traktus digestivus Kulit Cedera sel Edema paru akut, asfiksia dan anoxia jaringan Kerusakan hepatoseluler, peningkatan bilirubin Kerusakan pada glomerulus dan tubulus ginjal Mukosaedema, ulserasi pada mulut, faring, esofagus dan lambung Eritema, abrasi, ulserasi Keterangan : Bagian yang diteliti Gambar 1. Kerangka Teori

11 1.6 Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini, tersaji pada gambar 2. Kelompok 1 Kontrol normal Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Herbisida paraquat diklorida dosis peroral 25 mg/kgbb Herbisida paraquat diklorida dosis per - oral 50 mg/kgbb Herbisida paraquat diklorida dosis per - oral 100 mg/kgbb Perubahan gambaran glomerulus berupa infiltrat sel radang, edema spatium Bowman dan nekrosis. Perubahan gambaran tubulus ginjal berupa infiltrat sel radang, pembengkakan sel epitel tubulus dan nekrosis. Kelompok 5 Herbisida paraquat diklorida dosis per - oral 200 mg/kgbb Gambar 2. Kerangka konsep 1.7 Hipotesis Terdapat pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.