BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan tanaman sebagai sumber kehidupan utama dan kesejahteraan jasmaniah manusia di bumi merupakan nikmat Allah yang paling besar. Allah Swt telah menciptakan dan mengatur sebaik-baiknya. Oleh karenanya sangat wajar bila manusia mematuhi hukum-hukum Allah. Bentuk kepatuhan yang paling jelas adalah membayar zakat tanaman (hasil pertanian). Zakat tanaman (hasil pertanian) dalam fiqih Islam dikenal dengan istilah 'usyur, sepuluh persen atau disebut juga zakat tanaman dan buah-buahan atau zakat sepersepuluh persen. Para ulama sepakat tentang wajibnya zakat pada tanam-tanaman dan buah-buahan. Namun demikian terjadi perbedaan pendapat dalam penentuan jenis dari tanamtanaman dan buah-buahan tersebut. Zakat hukumnya fardhu 'ain bagi mereka yang telah memenuhi syaratsyaratnya. Kewajibkan zakat dibebankan kepada setiap muslim yang merdeka, dewasa, berakal dan memiliki harta atas hartanya yang telah mencapai nisab. Kewajiban zakat tidak pernah menjadi bahan yang diperdebatkan oleh kalangan ulama karena dasar kewajiban dari ibadah ini sangat jelas yaitu berdasarkan al- Quran maupun hadis nabi Saw. Oleh karena itu menurut jumhur ulama orang yang mengingkari bahwa zakat itu sesuatu yang wajib, dan mengerjakan riba, secara bulat masuk klasifikasi kafir atau murtad. Dengan zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat, seseorang barulah sah masuk ke dalam umat Islam dan diakui keislamannya. 1
2 Zakat bukanlah syariat baru, akan tetapi zakat juga merupakan bagian dari syariat yang dibawa oleh Rasul terdahulu sebagaimana firman Allah. Artinya: Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. 1 Demikian ibadah zakat menjadi perintah turun temurun. Pada masa Rasulullah Saw syariat zakat tetap dilanjutkan, bahkan dijadikan sebagai sebagai salah satu bagian dari rukun Islam. Seperti empat rukun Islam yang lain, ajaran zakat menyimpan beberapa dimensi yang kompleks merupakan landasan pengembangan kehidupan kemasyarakatan yang komprehensif. Zakat merupakan ajaran yang melandasi bertumbuh kembangnya sebuah kekuatan sosial ekonomi umat Islam. Bila zakat ini dapat diaktualisasikan akan memberi sumber kekuatan ekonomi yang sangat besar bagi pembangunan umat. Karena itu, di dalam perekonomian Islam, zakat merupakan persoalan penting yang perlu dipelajari dari segala sisinya secara mendalam. Secara syar'i, zakat adalah sedekah tertentu yang diwajibkan dalam syariah terhadap harta orang kaya dan diberikan kepada orang yang berhak 2004), h. 425. 1 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Karya Insan Indonesia,
3 menerimanya. 2 Dapatlah dikatakan bahwa zakat sebagai ibadah yang menyangkut harta benda (kekayaan) dan berfungsi sosial. Sesuatu yang dimiliki manusia yang berharga dan disebut kekayaan wajib zakat bila cukup jumlahnya dan sangat dibutuhkan. Kewajiban zakat itu hanya pada harta yang tertentu saja yaitu emas, perak, harta perniagaan, biji-bijian dan buah-buahan, serta binatang yang telah sampai nishab masing-masing. dan ia menjadi wajib pula pada waktu yang tertentu yaitu genap haulnya pada mata uang, barang perniagaan dan binatang, dan pada masa menuainya pada biji-bijian dan buah-buahan. 3 Dari pandangan di atas dilihat bahwa zakat dalam Islam merupakan sistem baru tersendiri yang tidak sama dengan anjuran dalam agama lain supaya manusia suka berkorban, tidak kikir. Secara etimologi, zakat memiliki beberapa makna yang diantaranya adalah suci. Maksudnya adalah suci dari dan kemaksiatan. Selain itu, zakat bisa bermakna tumbuh dan berkah. Harta yang didapat dengan baik dimanfaatkan dan disalurkan dengan baik sesuai dengan tuntutan agama Islam merupakan harta yang berkah itulah yang akan membawa kesejahteraan bagi pemiliknya. 4 Orang-orang yang bertaqwa menyadari sepenuhnya bahwa kekayaan (harta) mereka bukanlah milik sendiri yang dapat mereka perlakukan semau mereka, tetapi menyadari bahwa di dalam kekayaan (harta) mereka itu terdapat hak-hak orang lain. Zakat merupakan instrumen dalam mensucikan harta dengan membayarkan hak orang lain. Selain itu juga zakat merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari rasa kikir, pelit dan cinta harta. 2 Said Sa'ad Marthon, Ekonomi Islam Ditengah Krisis Ekonomi Global (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), h. 118. 3 Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama Dan Wasiat Iman, (Semarang: Karya Toha Putra, 2001), h. 148 4 Didin Hafidhuddin Harta Berkah dan Bertambah,( Jakarta:Gema Insani), 2007. h. 5.
4 Firman Allah Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 5 pendapat: Buah-buahan dan biji-bijian yang disepakati wajib zakat sebagaimana Ibnu Abi Laila, Sufyan Ats-Tsauri dan Ibnu Mubarak dikatakan, tidak wajib zakat tumbuh-tumbuhan selain dari empat jenis ini, yaitu gandum, sya'ir (padi belanda), tamar (kurma) dan zabib (anggur kering). Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnu Mundzir dan Ibnu Adil Barr. 6 Ibnu Umar dan segolongan ulama salaf, juga mewajibkan zakat atas empat jenis makanan, terbagi dalam dua jenis biji-bijian yaitu hintah (gandum) dan sya'ir (sejenis gandum lainnya), dan dua jenis buah-buahan yaitu kurma dan anggur. 7 Dari penjelasan tersebut kita mendapat pengertian bahwa buahan dan bijian yang disepakati wajib zakat oleh segenap ulama ialah gandum, sya'ir, tamar dan zabib. 5 Departemen Agama RI, Al Quran, h. 273. 6 M. Hasbi ash-shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h.96. 7 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat Berdasarkan Quran Dan Hadits, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa. 2007), h. 332.
5 Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa zakat itu harus dikeluarkan dari semua jenis tanaman yang tumbuh di bumi, baik jumlahnya sedikit maupun banyak kecuali rumput-rumputan dan bambu parsi (bambu yang bisa digunakan sebagai pena), pelepah pohon kurma, tangkai pohon dan segala tanaman yang tumbuhnya tidak disengaja. akan tetapi apabila suatu tanah sengaja dijadikan tempat tumbuhnya dan diairi secara teratur dan dilarang orang lain menjamahnya, maka wajib dikeluarkan zakatnya 1/10 (al-usyru). 8 Selanjutnya Wahbah al-zuhaili menjelaskan pendapat dari para imam mazhab, diantaranya: 1. Mazhab Maliki berpendapat zakat 1/10 diwajibkan pada 20 macam tanaman. 17 macam dari biji-bijian tidak termasuk biji lobak putih, karena tanaman ini tidak mengandung minyak, dan 3 macam dari buah-buahan. 2. Mazhab Syafi'i menetapkan bahwa zakat 1/10 hanya dikhususkan untuk makanan yang mengenyangkan, yakni dari buah-buahan, buah kurma, dan anggur kering. 3. Mazhab Hambali berpendapat bahwa zakat 1/10 wajib dikeluarkan dari biji-bijian yang mengenyangkan, bisa ditakar dan bisa disimpan. 9 Sudah banyak para ulama terdahulu yang menjelaskan tentang masalah zakat yang bisa dijadikan acuan terlepas dari segala kekurangannya karena semakin kompleknya permasalahan zakat hasil pertanian yang dihadapi manusia. Namun banyak dari pemikiran mereka yang futuristik layak untuk dipahami ulang. Salah satunya adalah pemikiran Yusuf Qardhawi. Dalam pandangan Yusuf Qardhawi, semua tanaman wajib zakat. Hal itu didukung oleh keumuman cakupan pengertian nash-nash al-quran dan hadis, dan sesuai dengan hikmah satu syariat. 8 Fakhruddin, Fiqih Dan Manajemen Zakat Di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 94. 9 I b i d, h. 95-96.
6 Bagaimanakah mungkin Allah menyebut-nyebut nikmat-nya berupa makanan pokok dan buahan tanpa menyebutkan bahwa suatu hak wajib dikeluarkan dari semua jenis. Sejak dari yang berbeda sifatnya seperti anggur dan kelapa, yang berbeda jenisnya seperti tanaman muda, yang merupakan perlengkapan menarik makanan pokok sehingga indah dipandang mata, sampai kepada sesuatu makanan yang begitu enak terasa dalam es. 10 Apabila zakat hanya diwajibkan kepada petani gandum atau jagung misalnya, pemilik-pemilik kebun jeruk, mangga, dan apel yang luas-luas tidak diwajibkan, maka hal itu tidak mencapai maksud atau hikmah syariat yang diturunkan. Selanjutnya beliau menambahkan, para ulama itu sudah bertindak bijaksana sekali mewajibkan zakat buah dan buahan hijau (yang tidak mungkin dipungut dan disimpan di bendahara Negara, bahkan cepat rusak dan busuk) dari harga jualnya. Tetapi saya tidak sependapat dengan mereka tentang besar zakatnya, yaitu tidak betul zakatnya 2,5% seperti zakat uang, tetapi adalah 10% atau 5%, karena zakat itu merupakan ganti pajak hasil bumi yang mesti diperlakukan dana dikenakan sama seperti pajak kharaj tersebut, karena pengganti sama hukumnya dengan yang digantikan. 11 Berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk menggali lebih dalam lagi tentang zakat khususnya zakat hasil pertanian menurut pemikiran Yusuf al-qardhawi seorang tokoh cendikiawan muslim yang telah banyak mendarmabaktikan hidupnya demi kemajuan peradaban Islam. B. Batasan Masalah Mengingat banyaknya penjelasan tentang kekayaan yang dikenakan kewajiban zakat dalam pandangan Yusuf Qardhawi, maka agar tidak meluasnya dalam penelitian ini, maka pembahasan dibatasi hanya pada zakat hasil pertanian. 10 Yusuf Qardhawi, Hukum., h. 339. 11 I b i d, h. 341.
7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah agar tidak melebar dari apa yang dikehendaki dalam pembahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pandangan Yusuf Qardhawi tentang zakat hasil pertanian? 2. Dalil apakah yang digunakan oleh Yusuf Qardhawi tentang zakat hasil pertanian? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui zakat pandangan Yusuf Qardhawi tentang zakat hasil pertanian. 2. Untuk mengetahui dalil-dalil yang digunakan oleh Yusuf Qardhawi tentang zakat hasil pertanian E. Kegunaan Penelitian Setelah tercapainya tujuan penulisan di atas, maka berikut penulis mengemukakan beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat teoritis Untuk menambah wawasan penulis mengenai pemikiran yang berhubungan dengan masalah zakat, khususnya zakat hasil pertanian. 2. Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi ilmu ekonomi khususnya tentang zakat, khususnya zakat hasil pertanian. 3. Hasil penelitian hendaknya dapat digunakan sebagai bahan/literatur berkaitan tentang zakat khususnya zakat hasil pertanian.
8 F. Penjelasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari judul penelitian di atas, maka penulis akan menjelaskan istilah yang digunakan sebagai berikut: 1. Zakat Zakat menurut bahasa berarti nama' berarti kesuburan, thaharah berarti kesucian, barakah berarti keberkatan dan berarti juga tazkiyah tathhir yang artinya mensucikan. syara' memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama, dengan zakat diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala. Karenanya dinamakanlah "harta yang dikeluarkan itu" dengan zakat. Kedua, zakat merupakan suatu kenyataan jiwa yang suci dari kikir dan dosa. 12 Harta yang telah dikeluarkan zakatnya itu terbentengi dan terjaga dalam pemeliharaan Allah Swt, karena harta itu bersih dan telah diberkati. 2. Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan, misalnya dari tumbuhtumbuhan, yaitu jagung, beras, dan gandum. Sedangkan dari jenis buahbuahan misalnya, kurma dan anggur. 13 Dengan demikian zakat hasil pertanian dalam penelitian ini adalah hasil-hasil dari pertanian, baik biji-bijian sebagai bahan makanan pokok maupun buah-buahan, wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi persyaratan berdasarkan pada al-quran, hadis, ijma' ulama dan secara rasional. 12 M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Pedoman..., h. 3. 13 Fakhruddin, Fiqh, h. 90.
9 G. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak karya tulis lain telah membahas permasalahan baik itu yang berkaitan dengan zakat maupun dengan yang lainnya. Dari pengamatan penulis, menemukan beberapa judul yang berkaitan dengan zakat dan jual beli dalam pandangan Yusuf Qardhawi. Habibullah dalam judul skripsinya "Pembayaran Zakat Fitrah Dengan Uang dan Orang Yang Berhak Menerimanya Menurut Yusuf Qardhawi". Hasil penelitian menyimpulkan bahwa membayar zakat fitrah dengan menghargainya dengan jumlah nominal uang dibolehkan dengan alasan pemberian uang lebih tepat sasaran dan bisa mempergunakannya sesuai dengan keperluan masingmasing asnaf karena tidak semua kebutuhan asnaf itu sama. Zakat fitrah itu dikadarkan dengan uang maka jumlah uang tersebut sesuai dengan harga makanan yang dikonsumsi oleh masing-masing wajib zakat karena kewajiban zakat berdasarkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari tidak lebih tidak kurang kualitasnya. Adapun yang berhak menerima zakat menurut Yusuf Qardhawi yang lebih diutamakan kepada fakir miskin, akan tetapi tidak juga melarang untuk dibagikan juga kepada asnaf yang lain selain fakir miskin Eka Andriani dalam judul skripsinya "Konsep Pajak dan Zakat Menurut Yusuf Qardhawi". Hasil penelitian menyimpulkan konsep pajak dalam hukum Islam sesungguhnya adalah beban tambahan yang dipungut kepada kaum muslimin setelah adanya beban pertama yaitu zakat. Menurut Yusuf Qardhawi konsep pajak ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi
10 kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasikan sebagai tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara. Siti Aminah dalam judul skripsinya "Jual Beli Organ Tubuh Manusia Menurut Yusuf Qardhawi". Hasil penelitian menyimpulkan menurut Yusuf Qardhawi jual beli organ tubuh dengan alasan apapun tidak dibenarkan dalam Islam, karena organ tubuh adalah pemberian Allah yang sangat berharga yang jika dijual kepada orang lain maka sulit untuk diperoleh kembali. Semua organ tubuh yang ada pada manusia, tidak ada seorangpun yang mampu menciptakan serupa dengannya. Karena itu, organ tersebut harus dipelihara dan dijaga agar tetap utuh berfungsi sebagaimana biasanya. Dari penelitian terdahulu tersebut di atas terkait zakat menurut pandangan Yusuf Qardhawi tidak ada yang meneliti zakat tentang hasil pertanian. Oleh karena itu fokus penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti tersebut di atas. H. Metode Penelitian Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan kerancuan, yaitu sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian bibliografi. Penelitian bibliografi merupakan penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisas, membuat interpretasi serta generalisasi dari fakta-fakta yang
11 merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi. penelitian ini mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. 18 2. Sumber Data Sumber data penelitian adalah subyek dari mana dapat diperoleh. Sumber data menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi dua, meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan yang terkait langsung dengan Yusuf Qardhawi, antara lain "Hukum Zakat, Studi Komparatif, Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Quran Dan Hadits (terjemahan). Syeikh Akram Kassab, "Metode Dakwah Yusuf Qardhawi" (terjemahan). Yusuf Qardhawi."Ijtihad Kontemporer Kode Etik Dan Berbagai Penyimpangan" (terjemahan). Yusuf Qardhawi, "Fatwa-Fatwa Kontemporer" (terjemahan). Sumber sekunder dalam penelitian antara lain buku-buku karangan Sudirman,"Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas". Fakhruddin, "Fiqh Dan Manajemen Zakat di Indonesia" menjelaskan keterkaitan erat antara hukumhukum dalam manajemen zakat. Said Sa'ad Marthon, "Ekonomi Islam Ditengah Krisis Ekonomi Global" yang menyinggung tentang zakat secara sepintas berkaitan dengan ilmu ekonomi. Heri Sudarsono, "Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah". Ibnu Rusyd, "Bidayatu'l Mujtahid" (terjemahan). M. Hasbi ash-shiddieqy, "Pedoman Zakat". Hikmat Kurnia dan 18 Moh. Nazir, Metodelogi Penelitian, (Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 53
12 A. Hidayat "Panduan Pintar Zakat". Serta beberapa sumber lain berkaitan dengan judul penelitian. 3. Metode Analisis Data Peranan logika memegang peranan penting dalam menguji hipotesis dengan konsistensi logis. Secara lebih luas, logika adalah studi tentang operasional memberi alasan dengan mana fakta-fakta diamati, dikumpulkan dan kesimpulan yang wajar diambil. 21 Ada dua cara dalam memberi alasan, yaitu cara deduktif (dari umum menjadi spesifik), dan cara induktif (dari spesifik menuju umum). Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara deduktif. Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berpikir dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus atau spesifik. 22 I. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan, penelitian ini dibuat dalam satu sistematika yang terdiri dari empat bab yang saling berkaitan. Bab I: Pendahuluan, memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan Bab II: Landasan teori yang meliputi pengertian dan zakat jenis-jenis zakat, landasan wajib zakat, prinsip dan tujuan zakat, syarat-syarat wajibnya 21 I b i d, h. 162. 22 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Cetakan Kesebelas, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 42
13 zakat, hikmah dan manfaat zakat, dan peran zakat terhadap ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Bab III: Biografi Yusuf al-qaradhawi, yang membahas latar belakang kehidupan dan pendidikan, aktifitas dan perjuangan, serta karya-karya yang pernah dihasilkan. Bab IV: Mengemukakan tentang zakat hasil pertanian menurut Yusuf Qardhawi,jenis zakat pertanian, nishab zakat pertanian, pemungutan dan distribusi zakat pertanian, analisa terhadap pendapat Yusuf Qardhawi Bab V: Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.