KEEFEKTIFAN POLY ALUMUNIUM CHLORIDE

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

KEEFEKTIFAN FERRI CHLORIDA (FeCl 3 ) DALAM MENURUNKAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK CV. BROTOSENO MASARAN SRAGEN

KEEFEKTIFAN DOSIS KOAGULAN FERI KLORIDA (FeCl 3 ) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLIDS (TSS) PADA AIR LIMBAH BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

KEEFEKTIFAN DOSIS KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM MENURUNKAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PADA AIR LIMBAH LAUNDRY

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN DOSIS TAWAS DALAM MENURUNKAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN NASKAH PUBLIKASI.

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

PENGARUH LAMA KONTAK KARBON AKTIF TERHADAP PENURUNAN KADAR KESADAHAN AIR SUMUR DI DESA KISMOYOSO KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

KEEFEKTIFAN DOSIS KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) AIR LIMBAH LAUNDRY NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB III METODE PENELITIAN

KEEFEKTIFAN DOSIS KOAGULAN FERI KLORIDA (FeCl 3 ) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLIDS (TSS) PADA AIR LIMBAH BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN

PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU INDUSTRI RUMAH TANGGA

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

KEEFEKTIFAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamaryndus indica) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK

SKRIPSI. KEEFEKTIFAN DOSIS KAPORIT [Ca(OCl) 2 ] DALAM MENURUNKAN KADAR AMONIAK (NH 3 ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KEEFEKTIFAN EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISM-4) DALAM MENURUNKAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

SKRIPSI. KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) UNTUK MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA LIMBAH CAIR TAHU

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PENGARUH VARIASI DOSIS TAWAS TERHADAP PENURUNAN KADAR PHOSPHATE AIR LIMBAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

KEEFEKTIFAN METODE FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN ECENG GONDOK UNTUK MENURUNKAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) LIMBAH RUMAH SAKIT

KEEFEKTIFAN LAMA KONTAK KARBON AKTIF TERHADAP PENURUNAN KADAR AMONIA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHUDI DESA TEGUHAN SRAGEN WETAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh: J

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

PENGARUH EFFECTIVE MICROORGANISMS-4 (EM-4) TERHADAP PENURUNAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

Oleh : Putri Paramita ( )

KEEFEKTIFAN MEDIA FILTER ARANG AKTIF DAN IJUK DENGAN VARIASI LAMA KONTAK DALAM MENURUNKAN KADAR BESI AIR SUMUR DI PABELAN KARTASURA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ARTIKEL PUBLIKASI EFEKTIVITAS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM MENURUNKAN BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) LIMBAH ALKOHOL.

KEEFEKTIFAN DOSIS POLY ALUMUNIUM CHLORIDE (PAC) DALAM MENURUNKAN KADAR PHOSPHATE PADA AIR LIMBAH LAUNDRY DI GATAK GEDE, BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI KEEFEKTIFAN MEDIA FILTER ARANG AKTIF DAN IJUK DENGAN VARIASI LAMA KONTAK DALAM MENURUNKAN KADAR BESI AIR SUMUR DI PABELAN KARTASURA SUKOHARJO

Makalah Pendamping: Kimia Paralel B IDENTIFIKASI KARAKTER FISIK DAN KIMIA SEBAGAI KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI DI SUNGAI PENGO

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD.

Pengaruh Metode Koagulasi, Sedimentasi dan Variasi Filtrasi terhadap Penurunan Kadar TSS, COD dan Warna pada Limbah Cair Batik

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

KEEFEKTIFAN METODE FITOREMIDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN ECENG GONDOK UNTUK MENURUNKAN KADAR PHOSPHATE LIMBAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

PENGARUH KOMBINASI KETEBALAN FILTER PASIR DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA TERHADAP PENURUNAN KADAR MANGAN (Mn) AIR SUMUR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH PENGOLAHAN MULTY STAGE SYSTEM (MSS) TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH CAIR LAUNDRY DI BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

(Study Stirring Time)

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KOMBINASI KETEBALAN MEDIA FILTER PASIR DAN ZEOLIT TERHADAP PENURUNAN KADAR KESADAHAN PADA AIR SUMUR DI DESA KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

KEEFEKTIFAN MEDIA FILTER SPON DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR SUMUR DI DESA PABELAN KARTASURA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB III METODE PENELITIAN

KEEFEKTIFAN VARIASI DOSIS TAWAS DALAM MENNURUNKAN KANDUNGAN COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MAGETAN

KEEFEKTIFAN VARIASI WAKTU TINGGAL PADA PROSES FILTRASI DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DI PERUM GRIYA FAJAR GENTAN BAKI SUKOHARJO

Unnes Journal of Public Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB 3 METODE PERCOBAAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

EFEKTIVITAS LARUTAN KAPUR DALAM MENURUNKAN KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RSUD KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand) yang diduga mengandung zat beracun.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

Transkripsi:

KEEFEKTIFAN POLY ALUMUNIUM CHLORIDE () DALAM MENURUNKAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : WIWIN FITRIANA J 410 110 031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasuro Telp (0271) 717417 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I Nama : H. Heru Subaris Kasjono, SKM., M.Kes NIP/NIK : 196606211989021001 Pembimbing II Nama : Dwi Astuti, SKM., M.Kes NIP/NIK : 756 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/ dari mahasiswa: Nama : Wiwin Fitriana Nim : J 410 110 031 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : KEEFEKTIFAN POLY ALUMUNIUM CHLORIDE () DALAM MENURUNKAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN Naskah Artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan, Demikian persetujuan ini dibuat semoga dapat digunakan seperlunya. Surakarta, 31 Desember 2015 Pembimbing I Pembimbing II H. Heru Subaris Kasjono, SKM., M.Kes NIP. 196606211989021001 Dwi Astuti, SKM., M.Kes NIK. 756 1

KEEFEKTIFAN POLY ALUMUNIUM CHLORIDE () DALAM MENURUNKAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN Wiwin Fitriana*, Heru Subaris Kasjono**, Dwi Astuti*** *Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS THE EFFECTIVENESS OF POLY ALUMINUM CHLORIDE () IN REDUCING THE CONCENTRATION OF BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) BATIK INDUSTRY WASTE IN KLIWONAN MASARAN SRAGEN ABSTRACT BOD (Biological Oxygen Demand) in Waste Water Treatment Plant (WWTP) Kliwonan Masaran Sragen batik village has exceeded the quality standard that 319.58 mg / l. According to the Central Java Provincial Regulation No. 5 of 2012 on the Amendment of Central Java Provincial Regulation No. 10 of 2004 on Wastewater Quality Standard Textile and Batik is 60 mg / l. The purpose of this study to determine the effectiveness of the in lowering levels of BOD in the industrial wastewater in the village Kliwonan Masaran batik Sragen. This research method True Experiment with pretest and posttest study design with Control Group. Processing using Poly Aluminum Chloride () at a dose of 0 g / l; 1,5 gr / l; 3 g / l; 4,5 g / l; and 6 g / l with a quick manual method of stirring 100 rpm for 1 minute, 20 rpm for 15 minutes and precipitation for 30 minutes. The population in this study is the WWTP effluent outlet village Kliwonan Masaran Sragen batik produced from the whole process of making batik is collected and processed in WWTP. The number of samples taken is 30 liters with the technique of taking the sample size is determined by the Quota sampling techniques. ANOVA statistical test using one path obtained significance value of 0.000 (p <0.01), showed no difference between the reduction in BOD levels before and after treatment in wastewater Kliwonan Masaran Sragen batik village. coagulant dosage is most effective at lowering levels of BOD in the wastewater industry Kliwonan Masaran Sragen batik village is 6 g / l. Keywords: Industrial waste batik, BOD levels, Dose PENDAHULUAN Proses industri batik cetak dari persiapan kain putih, pengkanjian dan penghilangan kanji, pewarnaan (deying), pencetakan (printing), pencelupan, pengeringan, pencucian sampai penyempurnaan menghasilkan pencemar limbah cair dengan parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan bahan lain dari zat pewarna yang dipakai mengandung zat organik, dan logam berat (Muljadi, 2009). Industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam sehari IPAL industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen mampu membuang limbah cairnya ke Sungai Bengawan Solo sebanyak ± 5457,024 l. Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan hasil wawancara bersama Bapak Joko Suparno selaku pengurus IPAL industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen, diketahui bahwa pengolahan limbah cair industri batik Desa Kliwonan 2

merupakan pengolahan dengan proses fisika kimia, meliputi tahap: 1. Pengendapan awal. 2. Biofilter anaerob yang terdiri dari zeolit, ijuk, kerikil, pasir kuarsa, dan karbon aktif sebagai adsorben. 3. Pengendapan akhir. Air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal dengan waktu tinggal tertentu akan memberi kesempatan partikel yang dapat dipisahkan secara gravitasi. Setelah dari bak pengendapan awal, secara overflow limbah cair batik mengalir ke bak biofilter anaerob yaitu bak filtrasi dan adsorbsi. Pada bak filtrasi dan adsorbsi yang didalamnya terdiri dari beberapa lapisan bahan adsorben yaitu zeolit, ijuk, kerikil, pasir kuarsa sebagai filter yang berfungsi memisahkan cairan dan partikel-partikel padat dengan cara meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat dan karbon aktif yang berfungsi sebagai filter dan adsorben. Pada bak pengendapan akhir terjadi proses aerasi dengan cara gravitasi dari bak karbon aktif ke bak pengendapan akhir, dimana posisi dari bak karbon aktif lebih tinggi dari bak pengendapan akhir. Untuk pengolahan limbah secara kimia di IPAL industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen sudah tidak dioperasikan. Saat ini kualitas air limbah yang telah melewati instalasi pengolahan belum memenuhi baku mutu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil dan Batik menetapkan bahwa batas maksimum untuk parameter BOD sebesar 60 mg/l. Berdasarkan pemeriksaan sampel di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, kadar BOD pada outlet IPAL industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen sebesar 517,75 mg/l. Kadar BOD dalam limbah industri batik tersebut melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut maka dilakukan uji pendahuluan untuk menurunkan kadar BOD dengan menggunakan koagulan Poly Alumunium Chloride () dengan metode pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit, dilanjutkan dengan pengadukan lambat 20 rpm selama 15 menit, dan dibiarkan mengendap selama 30 menit, dosis koagulan yang digunakan pada uji pendahuluan adalah 1 gr/l dan 1,5 gr/l didapatkan penurunan kadar BOD dengan persentase masing-masing sebesar 39,7% dan 42,7%. Menurut Sugiharto (2008) merupakan koagulan yang bersifat stabil, menghasilkan endapan dengan ukuran partikel yang kecil sehingga tidak mudah mengalami gangguan dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk mengendap dibandingkan dengan Fero Sulfat. Rentang ph lebar (6-9,3) (Asmadi dan Suharno, 2012). Berdasarkan penelitian Manurung (2009) telah melakukan penelitian terhadap penurunan nilai COD dan BOD dengan koagulan pada limbah sarung tangan karet, didapatkan persentase penurunan nilai COD adalah 43,71% sedangkan persentase penurunan BOD 20-58%. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang keefektifan Poly Alumunium Chloride () dalam menurunkan kadar BOD pada limbah cair industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. 3

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan true experiment (eksperimen sungguhan) dengan rancangan penelitian pretest and postest with control group (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air limbah yang keluar dari IPAL batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. Jumlah Sampel penelitian ini membutuhkan 1 liter air limbah untuk setiap perlakuannya. Terdapat 4 perlakuan dengan masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan dan 3 kali perlakuan untuk kontrol, sehingga dibutuhkan sampel sebanyak 15 liter air limbah dengan penambahan 15 liter air limbah untuk mengantisipasi kesalahan pengukuran atau perlakuan. Sehingga dibutuhkan jumlah sampel keseluruhan untuk air limbah sebanyak 30 liter. Analisis Univariat ini digunakan untuk mendeskrisikan karakteristik variabel dari penelitian dengan tabel distribusi frekwensi. Analisis Bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama diuji dengan Uji Saphiro-Wilk untuk uji normalitas data dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50 sampel dilanjutkan dengan Uji Anova karena data berdistribusi normal. Pengolahan data menggunakan program komputer dengan tingkat kepercayaan 99 % dengan interpretasi sebagai berikut: a. Jika p value < 0,01 maka hipotesis penelitian diterima. b. Jika p value 0,01 maka hipotesis penelitian ditolak. CARA KERJA 1. Penambahan koagulan a. Memasukkan sampel air limbah ke dalam 15 beker glass masing-masing sebanyak 1 liter. b. Menimbang 1,5 gr; 3 gr; 4,5 gr dan 3 gr masing-masing dengan replikasi 3 kali. Kemudian memasukkan ke dalam masingmasing beker glass (diberi label sesuai dosis). c. Melakukan proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dengan cara pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit, kemudian pengadukan lambat 20 rpm selama 15 menit dan pengendapan 30 menit. d. Melakukan pemeriksaan kadar BOD di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dengan metode Winkler modifikasi azida, kemudian mengukur ph dengan metode elektrometrik dan mengukur suhu dengan alat termometer. 2. Pembuatan larutan pengencer Menambahkan 1 ml larutan buffer phospat ke dalam1 liter aquades, kemudian menambahkan 1 ml larutan MgSO 4, 1 ml CaCl 2, 1 ml larutan FeCl 3, dan 2 ml larutan bibit. Kemudian diaerasi selama 1 jam dalam aerator. 3. Pemeriksaan BOD a. Mengukur volume botol oksigen. b. Memasukkan air sampel ke dalam botol oksigen hingga penuh. c. Menambahkan 2 ml larutan MnSO 4 pekat. d. Menambahkan 2 ml larutan pereaksi O 2 lalu dihomogenkan dengan cara membolak balik botol dan mendiamkannya selama 5 menit. e. Setelah 5 menit melihat endapan pada botol, bila endapan berwarna 4

putih pemeriksaan tidak diteruskan bila warnanya coklat diteruskan. f. Menambahkan 2 ml larutan H 2 SO 4 pekat sehingga berwarna kuning jerami kemudian memindahkan ke dalam labu erlenmeyer. g. Menitrasi dengan natrium thiosulfat sehingga berwarna kuning muda (mencatat banyaknya titrasi). h. Menambah 2 ml indikator amylum (warna menjadi biru gelap) i. Menitrasi dengan larutan natrium thiosulfat 0,025 N sampai sampel berubah warna dari biru menjadi jernih (mencatat banyaknya natrium thiosulfat yang digunakan, dapat disimbolkan sebagai p ml). j. Untuk yang disimpan di dalam inkubator, melakukan seperti tersebut di atas bila waktunya telah 5 hari. k. Menghitung kandungan oksigen yang terlarut dengan rumus: 1000 OT x p ml x N x f x BEO vol. botol 4 Keterangan: OT : oksigen terlarut dalam mg/l O 2 P : volume titrasi Na 2 S 2 O 3 dalam ml N : Konsentrasi Na 2 S 2 O 3 dalam N F : faktor ketelitian konsentrasi Na 2 S 2 O 3 BEO : berat ekivalen oksigen sama dengan 8. Vol.Botol volume botol oksigen, yang diukur dengan cara: mengisi sampai penuh botol oksigen tersebut kemudian menutup dengan menutup tutup botolnya, selanjutnya isinya dituang atau diukur dengan gelas ukur. 4. Menghitung kandungan BOD 5 dengan rumus: BOD 5 = P{(C-D)-(A-B)} Keterangan: BOD 5 : nilai BOD setelah 5 hari A : Kadar OT blanko pada pemeriksaan hari ke-0 B : Kadar OT blanko pada pemeriksaan hari ke-5 C : Kadar OT sampel pada pemeriksaan hari ke-0 D : Kadar OT sampel pada pemeriksaan hari ke-5 P : Derajat pengenceran 5. Perhitungan persen penurunan nilai BOD Persen penurunan nilai BOD diperoleh dari perhitungan dengan rumus sebagai berikut: A B Persen penurunan x 100 % A Keterangan: A : nilai BOD awal B : nilai BOD akhir (Manurung, 2009) 6. Pengukuran ph dan suhu a. Mengeringkan elektroda dengan tisu. b. Membilas elektroda dengan aquades. c. Membilas elektroda dengan sampel. d. Mencelupkan elektroda dalam sampel. e. Menekan tombol reader pada ph meter. f. Menunggu angka stabil pada display. g. Mencatat hasil pengukuran kadar ph pada layar monitor bagian tengah dan hasil pengukuran suhu pada layar monitor bagian atas pojok kanan. h. Mematikan ph meter. i. Memasukkan elektroda ke dalam aquades. j. Memasukkan sedikit larutan buffer ph 7 dalam tutup elektroda lalu tutup. 5

Repli kasi HASIL 1. Analisis Univariat a. Kadar ph kadar ph yang telah dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pengolahan pada limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar ph pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Pengolahan pada Limbah Cair Batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. Sebe Lum Kontrol 1,5 gr/l Sesudah Perlakuan 3 gr/l 4,5 gr/l 6 gr/l I 9,98 7,76 6,34 4,93 4,02 II 9,88 10,00 7,82 6,05 4,29 3,90 III 10,00 7,82 6,24 4,66 4,02 Jumlah 9,88 29,98 23,40 18,63 13,88 11,94 Rata-Rata 9,88 9,99 7,80 6,21 4,63 3,98 Persentase (%) 1,11 21,05 37,25 53,14 59,72 Perda Jateng No. 5 Tahun 2012 6,0-9,0 Pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa terjadi perubahan ph sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan ph dengan rata-rata ph sebelum didapatkan hasil 9,88 dan ph sesudah 9,99 (1,11%) serta terjadi penurunan ph sesudah perlakuan dengan dosis koagulan 1,5 gr; 3 gr; 4,5 gr; dan 6 gr terjadi penurunan dengan persentase sebesar 21,05%, 37,25%, 53,14%, dan 59,72%. Penggunaan koagulan pada proses pengolahan limbah cair batik telah menurunkan ph secara drastis, rata-rata ph dari 9,88 menjadi 3,98. b. Suhu kadar suhu yang telah dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah Repli kasi pengolahan pada limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Suhu pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Pengolahan pada Limbah Cair Batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. Sebe Lu m Pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa suhu limbah cair batik sebelum perlakuan sebesar 27 o C dan suhu terendah sesudah perlakuan adalah 25,8 o C. Penggunaan koagulan pada proses pengolahan limbah cair batik tidak mengubah suhu secara drastis. c. Kontrol yang telah dilakukan didapatkan kadar BOD pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada limbah cair batik Desa dapat disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Selisih kadar BOD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuam dengan dosis 0 gr/l pada Limbah Cair Batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. Replikasi Kontrol 1,5 gr/l Kontrol (0 gr/l ) mg/l Pre Post Sesudah Perlakuan 3 gr/l Selisih (mg/l) 4,5 gr/l 6 gr/l Keefektifan (%) I 319,58 356,56 36,98 11,57 II 319,58 349,56 29,98 9,38 III 319,58 376,03 56,45 17,66 Jumlah 358,74 1082,15 123,41 38,61 Rata Rata 319,58 360,72 41,14 12,87 Pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kadar BOD Perda Jateng No. 5 Tahun 2012 I 26,1 26,6 26,3 26,0 25,5 maksi II 27,0 26,0 26,3 26,2 25,9 25,9 mal III 26,3 26,0 26,3 25,5 25,9 38 o C Juml 27,0 78,4 78,9 78,8 77,4 77,3 ah Rata- Rata 27,0 26,1 26,3 26,3 25,8 25,8 6

kelompok kontrol. Kelompok ini dilakukan perlakuan tanpa menggunakan terjadi kenaikan kadar BOD ratarata dari 319,58 mg/l menjadi 360,72 mg/l. Rata-rata nilai keefektifan penurunan kadar BOD sebesar 12,87%. d. Perlakuan Dosis 1,5 gr/l yang telah dilakukan didapatkan kadar BOD pada kelompok dosis 1,5 gr/l limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen dapat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Selisih kadar BOD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah perlakuan dengan dosis 1,5 gr/l pada Limbah Cair Batik di Desa Kliwonan Masaran Sragen. Replikasi Perlakuan 1,5 gr/l (mg/l) Pre Post Selisih (mg/l) Keefektifan (%) I 319,58 258,70 60,88 19,05 II 319,58 301,56 18,02 5,64 III 319,58 263,18 56,40 17,65 Jumlah 358,74 823,44 135,30 42,34 Rata Rata 319,58 274,48 45,1 14,11 Pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa terdapat penurunan kadar BOD kelompok dosis 1,5 gr/l. Kelompok ini dilakukan perlakuan menggunakan 1,5 gr/l terjadi penurunan kadar BOD rata-rata dari 319,58 mg/l menjadi 274,48 mg/l. Rata-rata nilai keefektifan penurunan kadar BOD sebesar 14,11%. e. Perlakuan Dosis 3 gr/l yang telah dilakukan didapatkan kadar BOD pada kelompok dosis 3 gr/l limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen dapat disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Selisih kadar BOD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan dosis 3 gr/l pada Limbah Cair Batik di Desa Kliwonan Masaran Sragen. Replikasi Perlakuan 3 gr/l (mg/l) Pre Post Selisih (mg/l) Keefektifan (%) I 319,58 123,36 196,22 61,40 II 319,58 112,43 207,15 64,82 III 319,58 126,82 192,76 60,32 Jumlah 358,74 362,61 596,13 186,54 Rata Rata 319,58 120,87 198,71 62,18 Pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa terdapat penurunan kadar BOD kelompok dosis 3 gr/l. Kelompok ini dilakukan perlakuan menggunakan 3 gr/l terjadi penurunan kadar BOD ratarata dari 319,58 mg/l menjadi 120,87 mg/l. Rata-rata nilai keefektifan penurunan kadar BOD sebesar 62,18%. f. Perlakuan Dosis 4,5 gr/l yang telah dilakukan didapatkan kadar BOD pada kelompok dosis 4,5 gr/l Limbah Cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Selisih kadar BOD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan dosis 4,5 gr/l pada Limbah Cair Batik di Desa Kliwonan Masaran Sragen. Replikasi Perlakuan 4,5 gr/l (mg/l) Pre Post Selisih (mg/l) Keefektifan (%) I 319,58 70,99 248,59 77,79 II 319,58 85,57 234,01 73,22 III 319,58 73,02 246,56 77,15 Jumlah 358,74 229,58 729,16 228,16 Rata Rata 319,58 76,53 243,05 76,05 Pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa terdapat penurunan kadar BOD kelompok dosis 4,5 gr/l. Kelompok ini 7

dilakukan perlakuan menggunakan 4,5 gr/l terjadi penurunan kadar BOD rata-rata dari 319,58 mg/l menjadi 76,53 mg/l. Rata-rata nilai keefektifan penurunan kadar BOD sebesar 76,05%. g. Perlakuan Dosis 6 gr/l yang telah dilakukan didapatkan kadar BOD pada kelompok dosis 6 gr/l limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen dapat disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Selisih kadar BOD pada Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan dosis 6 gr/l pada Limbah Cair Batik Replikasi Perlakuan 6 gr/l (mg/l) Pre Post Selisih (mg/l) Keefektifan (%) I 319,58 30,31 289,27 90,52 II 319,58 62,76 256,82 80,36 III 319,58 62,21 257,37 80,53 Jumlah 358,74 155,28 803,46 251,41 Rata Rata 319,58 51,76 267,82 83,80 Pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa terdapat penurunan kadar BOD kelompok dosis 6 gr/l. Kelompok ini dilakukan perlakuan menggunakan 6 gr/l terjadi penurunan kadar BOD ratarata dari 319,58 mg/l menjadi 51,76 mg/l. Rata-rata nilai keefektifan penurunan kadar BOD sebesar 83,80%. Dari data di atas maka dapat diketahui rata-rata penurunan kadar BOD terbesar yaitu dengan menggunakan dosis 6 gr/l sebesar 83,80 %. Keefektifan dosis koagulan dalam menurunkan kadar BOD semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan dosis koagulan. Diperoleh dosis koagulan yang paling efektif dalam menurunkan kadar BOD adalah 6 gr/l selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 8. Dosis Perlakuan (gr/l) Tabel 8. Keefektifan Dosis Koagulan dalam Menurunkan Kadar BOD Limbah Cair Batik. Rata-Rata Kadar BOD (mg/l) Sebelum Setelah Penurunan Pengolahan Pengolahan (Pretest) (Posttest) Kefektifan Pengolahan (%) Dosis 0 gr/l 319,58 360,72 41,14 12,82 Dosis 1,5 gr/l 319,58 274,48 45,1 14,11 Dosis 3 gr/l 319,58 120,87 198,71 62,18 Dosis 4,5 gr/l 319,58 76,53 243,05 76,05 Dosis 6 gr/l 319,58 51,76 267,82 83,80 2. Analisis Bivariat Hasil pemeriksaan kadar BOD sampel limbah cair batik sebelum dan sesudah perlakuan dengan ditambahkan dosis koagulan, selanjutnya hasil yang diperoleh dilakukan analisis uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Adapun hasil analisis uji normalitas data mengenai keefektifan dosis koagulan dalam menurunkan kadar BOD dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Tests of Normality b,c,d,e,f Kategori Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Selisih Kontrol.931 3.493 Dosis 1,5 gr/l.906 3.405 Dosis 3 gr/l.918 3.444 Dosis 4,5 gr/l.852 3.246 Dosis 6 gr/l.763 3.028 Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai signifikasi uji normalitas Shapiro-Wilk >0,01 (p>0,01) maka data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Hasil tes homogenitas dapat dilihat pada Tabel 10. 8

Selisih Selisih Between Groups Within Groups Tabel 10. Hasil Tes Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. 2.290 4 10.131 Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0,131 dimana nilai tersebut >0,01 (p>0,01), dengan demikian Ha ditolak yang artinya varian merupakan kelompok homogen. Setelah terpenuhi syarat uji One Way Anova yaitu data berdistribusi normal dan varian kelompok homogen, kemudian dilakukan uji One Way Anova. Adapun hasil uji One Way Anova dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji One Way Anova Kadar BOD Limbah Cair Batik Sum of Squares ANOVA Df Mean Square F Sig. 143192.747 4 35798.187 154.448.000 2317.813 10 231.781 Total 145510.560 14 Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa hasil uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,000 (p<0,01), maka Ha diterima berarti ada perbedaan penurunan kadar BOD antara sebelum dan sesudah perlakuan pada limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. PEMBAHASAN A. Pengukuran ph Limbah Cair Batik Rata-rata hasil pengukuran ph limbah cair sebelum perlakuan sebesar 9,88 sedangkan pada kontrol, ph limbah cair meningkat menjadi 9,99 (1,11%) dan terjadi penurunan ph limbah cair dengan menggunakan dosis koagulan 1,5 gr/l; 3 gr/l dan 4,5 gr/l dan 6 gr/l dengan hasil rata-rata penurunan yaitu 7,80; 6,21; 4,63 dan 3,98 dengan persentase sebesar 21,05%; 37,25%; 53,14% dan 59,72%. Hal ini sejalan dengan penelitian Kartika (2015), dimana ph sebelum diberi perlakuan sebesar 9, yang kemudian diberi perlakuan dengan penambahan konsentrasi (0 gr/l; 0,1 gr/l; 0,15 gr/l; 0,2 gr/l dan 0,25 gr/l) dan lama pengadukan (pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit, pengadukan lambat 20 rpm selama 15 menit dan pengendapan 30 menit) terjadi penurunan ph sebesar rata-rata 8,67 6. Perubahan ph ini dikarenakan penambahan koagulan yang bersifat asam hingga ph mengalami penurunan. Pada pengolahan yang menggunakan, ph akan semakin asam seiring penambahan dosis koagulan. Seperti halnya disebutkan oleh (Eckenfelder, 2000) dalam Asmadi dan Suharno (2012) bahwa konsentrasi koagulan yang terlalu tinggi dapat menurunkan derajat keasaman (ph) dan efisiensi menjadi rendah hal ini disebabkan sebagian besar koagulan jika dimasukkan kedalam air limbah akan melepaskan sifat asam sehingga ph air limbah menjadi turun. B. Suhu Rata-rata hasil pengukuran suhu limbah cair sebelum perlakuan sebesar 27 dan sesudah perlakuan dengan dosis 1,5 gr/l dan 3 gr/l rata-rata penurunan suhu sebesar 26,3. Pada perlakuan dengan dosis 4,5 gr/l dan 6 gr/l rata-rata penurunan suhu 25,8. Pada kelompok kontrol tanpa penambahan dosis terjadi 9

penurunan suhu sebesar 26,1. Alat untuk mengukur suhu yaitu mettler toledo. Berdasarkan standar baku mutu air limbah industri tekstil dan batik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Pada baku mutu atau nilai ambang batas untuk parameter suhu maksimal sebesar 38 o C. Dari hasil pengukuran suhu pada kelompok sebelum dan sesudah perlakuan dalam penelitian ini masih dalam standar yang diperbolehkan pada air limbah. C. Kadar BOD kadar BOD sebelum mendapat perlakuan (pretest) diperoleh hasil kadar BOD ratarata 319,58 mg/l. Kadar BOD tersebut sudah melebihi standar berdasarkan standar baku mutu air limbah industri tekstil dan batik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah maksimal sebesar 60 mg/l. Semakin besar angka BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah semakin besar (Sugiharto, 2008). Pengotoran air limbah mengandung bahan-bahan organik, merusak kehidupan air serta menimbulkan bau. Salah satu cara untuk menurunkan polutan yaitu dengan teknologi pengolahan yang dapat dilakukan dengan cara penambahan bahan kimia untuk menetralkan keadaan dan meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur dilanjutkan dengan proses pengendapan untuk mengurangi bahan organik, proses ini dikenal dengan proses koagulasi yang bertujuan untuk memisahkan koloid yang sangat halus di dalam air limbah, menjadi gumpalangumpalan yang dapat diendapkan, disaring atau diapungkan. Dengan berkurangnya bahan organik terlarut akan menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut sehingga nilai BOD akan menurun. Bahan kimia sebagai koagulan yang sering digunakan antara lain kapur (Ca(OH) 2 ), Alumunium Sulphate (Al 2 (SO 4 ) 3. 18 H 2 O), Ferri Chloride (FeCl 3 ), Ferro Sulphate (FeSO 4 ) 3, dan Poly Alumunium Chloride (). Penurunan kadar BOD dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan koagulan dalam proses koagulasi. Koagulan dimasukkan sesaat sebelum pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit, dilanjutkan dengan pengadukan lambat 20 rpm selama 15 menit, dan dibiarkan mengendap selama 30 menit. Perlakuan dalam penelitian ini adalah menggunakan 0 gr/l (kontrol); 1,5 gr/l; 3 gr/l; 4,5 gr/l; dan 6 gr/l dosis koagulan dengan replikasi sebanyak 3 kali pada masing-masing perlakuan. Rata-rata hasil kadar BOD limbah cair batik yang didapat dalam pengukuran 0 gr/l; 1,5 gr/l; 3 gr/l; 4,5 gr/l; dan 6 gr/l adalah 360,72 mg/l (12,87%); 274,48 mg/l (14,11%.); 120,87 mg/l (62,18%); 76,53 mg/l (76,05%); dan 51,76 mg/l (83,80%). Hasil pemeriksaan kadar BOD pada kelompok kontrol mengalami kenaikan, karena pada pengolahan dilakukan dengan cara pengadukan manual secara cepat dengan 100 rpm selama 1 menit, pengadukan lambat 20 rpm selama 15 menit dan pengendapan 30 menit. Pada pengolahan tersebut belum mampu menurunkan kadar 10

polutan pada limbah cair hal ini disebabkan karena partikel pada limbah cair sangat kecil sehingga sulit untuk dipisahkan selain itu selama proses pengendapan berlangsung terjadi perkembangbiakan bakteri. Karena bahan pencemar organik tidak mengalami penurunan mengakibatkan kadar BOD tinggi dimana bakteri menggunakan oksigen untuk proses pembusukannya. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan kadar BOD pada kelompok kontrol pada saat dilakukan pengolahan. Hasil pemeriksaan kadar BOD pada kelompok perlakuan dengan dosis 1,5 gr/l; 3 gr/l; 4,5 gr/l dan 6 gr/l mengalami penurunan. Penurunan kadar BOD terjadi karena adanya penambahan dan pengolahan dilakukan dengan pengadukan manual secara cepat 100 rpm selama 1 menit, pengadukan lambat 20 rpm selama 15 menit, dan pengendapan selama 30 menit. Dari hasil rata-rata kadar BOD setelah pengolahan pada kelompok perlakuan dengan dosis 1,5 gr/l; 3 gr/l dan 4,5 gr/l belum memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan tetapi untuk dosis 6 gr/l diperoleh rata-rata kadar BOD yang sudah memenuhi baku mutu. Sesuai standar baku mutu air limbah industri tekstil dan batik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah sebesar 60 mg/l. Berdasarkan penelitian Manurung (2009), penambahan konsentrasi koagulan (0 mg/l; 50 mg/l; 100 mg/l dan 150 mg/l), lama pengadukan (1 menit) dan kecepatan pengadukan (100 rpm) dapat menurunkan kadar BOD limbah cair sarung tangan karet sebesar 85,395 dari kadar BOD awal 204,410 mg/l dengan dosis yang optimal sebanyak 150 mg/l. Penelitian terdahulu lebih efektif jika dibandingan dengan penelitian ini karena pada penelitian terdahulu dengan dosis 150 mg/l dan lama pengadukan (1 menit) dan kecepatan pengadukan (100 rpm) sudah mampu menurunkan kadar BOD limbah cair sarung tangan karet sebesar 85,395 dari kadar BOD awal 204,410 mg/l. Penurunan kadar BOD terjadi karena dengan penambahan ini maka ionion yang mengelilingi permukaan tersebut akan menarik ion-ion yang berlawanan muatannya dari dalam larutan sehingga sebagian partikel akan terimbangi dan terbentuk ion-ion polimer yang dapat terserap oleh partikelpartikel, yang berarti koloid akan terselubungi oleh koagulan. Muatan partikel koloid dan hasil hidrolisa akan saling menetralkan sehingga muatan dari partikel-partikel koloid akan terjaring dalam gumpalan membentuk molekul yang lebih besar. Dengan adanya ion Al 3+ di dalam larutan, maka akan bereaksi dengan ion OH - yang berasal dari ionisasi air atau alkalinitas air sehingga akan mengendap membentuk flok alumunium hidroksida dan juga akibat adanya gaya gravitasi (Manurung, 2009). D. Keefektifan Dosis Koagulan Data hasil pengukuran kadar BOD limbah cair yang didapat di uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk. Hasil uji Saphiro-Wilk yang didapatkan adalah nilai signifikasi >0,01 (p>0,01) maka data berdistribusi normal, untuk memenuhi syarat uji selanjutnya, masih harus diketahui varian merupakan kelompok homogen. Tes 11

homogenitas didapatkan hasil nilai signifikasi 0,131 dimana nilai tersebut >0,01 (p>0,01) maka Ha ditolak dan artinya varian tersebut merupakan kelompok homogen. Data hasil uji nomalitas dan uji homogenitas didapat data yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Berdasarkan hasil uji One Way Anova didapatkan nilai signifikasi 0,000 (p<0,01), sehingga Ha diterima berarti ada perbedaan penurunan kadar BOD antara sebelum dan sesudah perlakuan pada limbah cair batik Desa Kliwonan Masaran Sragen. Terdapat dosis yang paling efektif untuk menurunkan kadar TSS air limbah batik yaitu dosis 6 gr/l koagulan menjadi sebesar 51,76 mg/l. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada dosis koagulan yang paling efektif dalam menurunkan kadar BOD pada air limbah batik yaitu sebesar 6 gr/l dengan rata-rata penurunan 51,76 (83,80%). Hasil ini telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan menurut standar baku mutu air limbah industri tekstil dan batik Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah maksimal sebesar 60 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian Manurung (2009) dapat disimpulkan bahwa dapat menurunkan kadar BOD limbah cair sarung tangan karet sebesar 85,395 dari kadar BOD awal 204,410 mg/l dengan dosis yang optimal sebanyak 150 mg/l. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa keefektifan dosis koagulan dalam menurunkan kadar BOD semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan dosis koagulan. Menurut Asmadi dan Suharno (2012), konsentrasi koagulan akan mempengaruhi efisiensi proses pengolahan, semakin besar konsentrasi pada umumnya efisiensi proses semakin besar. Proses koagulasi dan flokulasi pada penelitian ini, menghasilkan endapan. Endapan tersebut dapat dikeringkan dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk atau dibuang. Dalam sehari limbah cair yang dihasilkan setelah proses menggunakan karbon aktif sebanyak ± 10368 l/ hari. Dosis yang efektif digunakan pada penelitian ini adalah 6 gr/l. Maka pihak industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen harus menyediakan sebanyak 62,208 kg perharinya. Perhitungan kebutuhan bahan dan biaya koagulan dengan dosis yang paling efektif yaitu 6 gr/l pada pengolahan limbah cair batik adalah sebagai berikut: Volume limbah cair setiap hari = ± 10368 liter Dosis optimum = 6 gr/l Kebutuhan koagulan per hari = 6 gr/l x 10368 liter = 62.208 gr/hari Biaya bahan koagulan per hari: Harga = Rp. 20.000,-/kg 62.208 gr/hari Biaya kebutuhan per hari Rp.20.000, 1000 = 1.244.160,-/ hari Melihat kebutuhan yang begitu banyak maka hasil pada penelitian ini tidak dapat diimplementasikan di IPAL industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen karena tidak efisien, sehingga pihak industri batik Desa Kliwonan Masaran Sragen perlu melakukan uji coba skala lapangan untuk mendapatkan dosis yang efektif dan efisien. 12

PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh pada proses penurunan BOD dalam limbah cair industri batik dengan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kadar BOD dalam limbah cair batik sebelum perlakuan adalah 319,58 mg/l. 2. Kadar BOD limbah cair batik sesudah penambahanan untuk dosis 1,5 gr/l kadar BOD menjadi 274,48 mg/l, untuk dosis 3 gr/l kadar BOD menjadi 120,87mg/l, untuk dosis 4,5 gr/l kadar BOD menjadi 76,53 mg/l, dan untuk dosis 6 gr/l kadar BOD menjadi 51,76 mg/l 3. Persentase penurunan kadar BOD limbah cair batik setelah perlakuan menggunakan dosis untuk dosis 1,5 gr/l sebesar 14,11%, untuk dosis 3 gr/l sebesar 62,18%, untuk dosis 4,5 gr/l sebesar 76,05%, dan untuk dosis 6 gr/l sebesar 83,80%. 4. Penggunaan koagulan yang paling efektif dalam menurunkan kadar BOD adalah dosis 6 gr/l dimana terjadi penurunan kadar BOD rata-rata dari 319,58 mg/l menjadi 51,76 mg/l. Rata-rata nilai keefektifan penurunan kadar BOD sebesar 83,80%. B. Saran 1. Bagi pengelola IPAL industri batik Bahan koagulan Poly Alumunium Chloride () dapat menurunan kadar BOD limbah cair industri batik. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif teknologi pengolahan penurunan kadar BOD limbah cair industri batik. 3. Bagi peneliti lain Peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian terhadap jenis koagulan yang lain selain Poly Alumunium Chloride () untuk mendapatkan dosis yang efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Asmadi dan Suharto. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Kartika, R.Y. 2015. Keefektivan Dosis Koagulan Poly Alumunium Chloride () dalam Menurunkan Kadar Total Suspended Solid (TSS) Air Limbah Laundry. [Skripsi ]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Manurung, J. 2009. Studi Efek Jenis dan Berat Koagulan terhadap Penurunan Nilai COD dan BOD pada Pengolahan Air Limbah dengan Cara Koagulasi. [Skripsi ]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Muljadi. 2009. Efisiensi Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cetak dengan Metode Fisika- Kimia dan Biologi terhadap Penurunan Parameter Pencemar (BOD, COD, dan Logam Berat Krom (Cr) (Studi Kasus di Desa Butulan Makam Haji Sukoharjo). Ekuilibrium. Vol. 8. No.1. Januari 2009: 7-16. 13

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor: 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press 14