PENGARUH VARIASI FRAKSI KAWAT LOKET LAPIS PVC TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN MODULUS ELASTISITAS BETON SERAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI FRAKSI DARI SERAT KALENG TERHADAP BESARAN KARAKTERISTIK BETON RINGAN

ABSTRAK. Kata Kunci : beton serat, serat kawat loket lapis PVC, kuat tekan, kuat tarik belah, modulus elastisitas ABSTRACT

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI FRAKSI DARI SERAT KALENG TERHADAP BESARAN KARAKTERISTIK BETON NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Pengaruh Penambahan Serat Kawat Berkait Pada Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

The Influence of Steel Fiber Amount And L/D ratio to Mechanical Properties of Concrete

PENINGKATAN KUALITAS BETON DENGAN PENAMBAHAN VIBER BENDRAT

PENGARUH VARIASI PANJANG KAIT (INTERLOCKING) SERAT KAWAT LOKET LAPIS PVC TERHADAP LENDUTAN DAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

PENGARUH PENAMBAHAN FIBER KAWAT KASA TERHADAP KAPASITAS KOLOM PENAMPANG SEGI EMPAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA)

BAB III LANDASAN TEORI

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN SERAT SERABUT KELAPA DALAM PRESENTASE TERTENTU PADA BETON MUTU TINGGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PEMANFAATAN BETON SERAT ANYAMAN KAWAT SEBAGAI PERKUATAN METODE PREPACKED CONCRETE PADA BALOK BETON BERTULANG (161S)

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PS BALL SEBAGAI PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT LENTUR BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PROSENTASE PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON RINGAN. Abstrak

PENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

TINJAUAN KEKUATAN BETON PADA USIA MUDA DENGAN PENAMBAHAN POLYPROPYLENE FIBRE

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB I PENDAHULUAN I 1

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Pengaruh Penambahan Serat Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

PENGARUH DOSIS DAN ASPEK RASIO SERAT BAJA TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON NORMAL DAN BETON MUTU TINGGI

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Kardiyono Tjokrodimuljo, 1994, Teknologi Beton.

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT PADA BETON RINGAN DENGAN TEKNOLOGI FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

STUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

Pengaruh Penambahan Serat Seng Pada Beton Ringan dengan Teknologi Gas Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN KAWAT BENDRAT, SILICA FUME, DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK PADA BETON MUTU TINGGI*

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI FRAKSI KAWAT LOKET LAPIS PVC TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN MODULUS ELASTISITAS BETON SERAT (Effects of Fraction Variation of PVC Coated Welded Wire Mesh Fiber on Compressive Strength, Tensil Strength and Modulus Elasticity of Fiber Concrete) Rizky Anas Suwanda, Indradi Wijatmiko, Christin Remayanti Nainggolan Jurusan. Teknik Sipil Fakultas. Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen. Haryono 167 Malang 65145 Telp (0341) 567886 Email : rizkyanassuwanda@yahoo.com ABSTRAK Beton di desain dengan kemampuan mampu. memikul beban tekan, tetapi lemah dalam menerima beban tarik. Hal ini menyebabkan beton bersifat getas dan dapat. mengakibatkan keruntuhan mendadak sehingga tulangan baja digunakan pada beton. Tetapi bukan berarti beton tidak mengalami keruntuhan tarik. Dengan penambahan serat kawat loket lapis PVC yang merupakan bahan lokal, diharapkan dapat memperbaiki kelemahan beton. Variasi fraksi atau presentase serat kawat yang ditambahkan ke dalam campuran beton adalah sebesar 0.5%, 1% dan 1.5% dari volume beton silinder. Selain untuk mengetahui pengaruh serat kawat loket lapis PVC pada campuran. beton terhadap kuat tarik, peneliti juga menganalisa pengaruh serat kawat loket lapis PVC terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton. Hasil pengujian kuat tarik belah menunjukkan nilai kuat tarik maksimum diperoleh pada fraksi serat kawat 1% dengan nilai sebesar ft = 2.439 MPa (meningkat 0.57% dari beton normal). Sedangkan hasil pengujian kuat tekan menunjukkan nilai kuat tekan maksimum diperoleh pada fraksi kawat 1.5% dengan nilai sebesar f c = 31.68 MPa (menurun 3.7% dari beton normal). Begitu pula dengan hasil uji modulus elastisitas yang menunjukkan bahwa nilai modulus elastisitas maksimum diperoleh pada fraksi kawat 1.5% (menurun 19.4% dari beton normal). Kata kunci : serat kawat, kawat loket lapis PVC, kuat tarik, kuat tekan, modulus elastisitas ABSTRACT Concrete is designed with the ability to endure the compressive strength, however it is very weak if given a tensile force. It can be brittle and sudden collapse occurs.the use of reinforcing steel on concrete intended to endure tensile strength, that doesn t mean the concrete is not collapse. Small transverse cracks still appear frequently. With addition of PVC coated welded wire mesh fiber which is a local material, is expected to improve the concrete weakness. Variations in fraction or percentage of wire fiber added to the concrete mixture are 0.5%, 1% and 1.5% of the concrete volume. In addition to knowing the influence of PVC coated welded wire mesh fiber on concrete mixture to tensile strength, the researchers also analyzed the effect of PVC coated welded wire mesh fiber on compressive strength and modulus elasticity of concrete. The tensile strength test results showed that the maximum tensile strength was obtained at the wire fraction of 1% with ft = 2,439 MPa (increased by 0.57% from the normal concrete). While the compressive strength test results show that the maximum compressive strength is obtained at the wire fraction of 1.5% with f'c = 31.68 MPa (decreased by 3.7% from the normal concrete. Modulus elasticity test results show that the maximum modulus elasticity is obtained at the wire fraction of 1.5% (decreased by 19.4% from the normal concrete). Keywords : wire fiber, PVC coated welded wire mesh, tensile strength, compressive strength, modulus elasticity

PENDAHULUAN Beton merupakan. material padat dan menyerupai batu yang diperoleh dengan mencampurkan semen, pasir dan koral beserta bahan tambahan lainnya dengan komposisi tertentu. Dalam perencanaannya, beton di desain dengan kemampuan. dapat menahan beban tekan namun lemah terhadap beban tarik, hal ini menyebabkan beton bersifat getas. Sehingga jika diberikan beban tarik, keruntuhan bisa saja terjadi. Dalam perkembangannya, beton dikombinasikan dengan tulangan baja agar dapat mengatasi kelemahan beton. Namun bukan berarti retak akibat tarik tidak terjadi. Seiring berkembangnya jaman, para peneliti mulai mengembangkan beton serat, salah satunya adalah menambahkan serat kawat ke dalam beton. Serat yang pernah digunakan pada penelitian terdahulu antara lain serat baja, serat kawat kasa, serat kawat bendrat dan lain sebagainya. Penelitian. Leksono, Suhendro dan Sulistyo (1995) yang menggunakan kawat bendrat berbentuk lurus dan berkait dicampurkan. kedalam campuran beton dengan variasi fraksi sebesar 0.25%, 0.5%, 0.75% dan 1% dari volume adukan beton memberikan kesimpulan. bahwa kuat tarik, kuat desak dan kuat lentur meningkat setelah diberi serat kawat bendrat dengan volume optimal 0.75% dari volume adukan. Sedangkan penelitian Hartanto (1994) penambahan serat kawat lokal kedalam adukan beton, kuat tekan bertambah 7%. Ini menunjukkan bahwa penambahan serat kawat lokal kedalam adukan beton tidak berpengaruh banyak terhadap kuat tekan beton. Pada penelitian Suhendro (1991) juga. menyimpulkan bahwa dengan penambahan fiber lokal berupa kawat ke dalam adukan beton, kuat tarik beton (umur 28 hari) meningkat sebesar 20,45% untuk beton fiber dengan volume fiber kawat (Vf) = 0.7%. Namun pada penelitian ini serat yang adalah serat kawat loket lapis PVC yang merupakan bahan lokal yang sering dijumpai dan harganya yang cukup ekonomis. Variasi fraksi serat yang digunakan adalah 0.5%, 1% dan 1.5% dari volume beton silinder. TINJAUAN PUSTAKA Beton Serat Beton serat didefinisikan sebagai beton yang. terbuat. dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar. dan sejumlah kecil serat (ACI Committee 544, 1982). Beberapa sifat yang dapat diperbaiki dengan penambahan serat diantaranya adalah daktilitas meningkat, kuat tarik dan lentur meningkat serta tahan terhadap susut dan pengelupasan. Serat yang pernah digunakan sebagai campuran beton antara. lain serat baja, serat polypropelene, serat kaca, serat karbon dan serat kawat. Serat Kawat Pada ACI Committee 544 disebutkan bahwa semua material yang terbuat dari besi serta berbentuk. fisik kecil, pipih dan panjang dapat dimanfaatkan sebagai campuran serat pada beton. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan. Recky (2006) mengenai pengaruh serat kawat kasa dengan dimensi panjang kawat 30 mm dan panjang interlocking 10 mm terhadap kolom memberikan kesimpulan bahwa kemampuan daktilitas mengalami. peningkatan yang cukup signifikan sehingga kolom tidak mengalami keruntuhan tiba-tiba. (a) (b) Gambar 1. Penampang geometrik kawat kasa yang digunakan untuk campuran beton: (a) sebelum dipotong; (b) sesudah dipotong Dimensi lubang kali lubang pada kawat kasa yang digunakan oleh Haryanto dan Recky (2006) adalah 10 mm x 10 mm dengan diameter 0.5 mm. Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan kawat loket lapis PVC serta dimensi lubang kali lubang 12 mm x 12 mm dan berdiameter 1 mm. Dengan berpedoman pada eksperimen yang dilakukan oleh Haryanto dan

Recky (2006), peneliti menggunakan dimensi panjang serat dan panjang interlocking yang tidak jauh berbeda yaitu panjang serat 36 mm dan serta panjang interlocking yang digunakan adalah 12 mm. 12 mm P f ' c.... (1) A dengan : f 'c = Tegangan tekan. beton (N/mm²) P = gaya yang mampu. ditahan silinder (N) A = Luas penampang silinder (mm²) 36 mm Gambar 2. Penampang geometrik kawat loket lapis PVC yang digunakan untuk campuran beton sesudah dipotong Kawat Loket Kawat Loket atau biasanya disebut welded wiremesh merupakan kawat stainless. steel yang bermutu tinggi. Jenis kawat loket yang digunakan pada penelitian ini adalah kawat loket lapis PVC. Selain karena harganya yang murah, daya tahannya cukup baik dari segi keawetan maupun segi korositas. Gambar 3. Kawat Loket Galvanis (kiri) dan Kawat Loket lapis PVC (kanan) Gambar 4. Uji kuat.tekan menggunakan compression machine Kuat Tarik Belah Kuat tarik belah beton pada. umumnya berkisar antara 9 % sampai 15 % dari kuat tekannya (Istimawan, 1996). Rumus kuat tarik yang digunakan yaitu : 2P ft.....(2) LD dengan : ft = Kuat. tarik belah beton (MPa) P = Beban maksimum (N) L = Tinggi silinder beton (mm) D = Diameter benda uji silinder (mm) Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kawat loket lapis PVC Tipe II dengan ukuran lubang kali lubang ½ x ½ dan diameter kawat 1 mm. Kuat Tekan Kuat tekan merupakan kemampuan. beton dalam menerima gaya tekan persatuan luas. Semakin tinggi kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Tata cara pengujian yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan SNI. Rumus yang digunakan untuk menghitung kuat tekan adalah : Gambar 5. Uji kuat tarik belah menggunakan compression machine Modulus Elastisitas Modulus Elastisitas merupakan perbandingan. tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per satuan panjang. Modulus

elastisitas bergantung pada umur beton, sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran benda uji (Wang dan Salmon, 1994). Berikut rumus modulus elastisitas yang digunakan : a. Menurut Eurocode 1992...(3) imana : Ec = Modulus Elastisitas (MPa) = Regangan aksial (mm/mm) = kuat tekan beton umur 28 hari (MPa) b. Menurut ASTM C469....(4) dimana : Ec = Modulus Elastisitas (MPa) = Tegangan untuk. regangan 0,00005 = Tegangan 40% dari tegangan hancur ultimate = 0,00005 = Regangan yang menghasilkan c. Menurut SK SNI T-15-1991 Apabila 1500 2500 kg/m³ maka :...(5) Sedangkan apabila = ± 2300 kg/m³ maka : ( )....(6) dimana : Ec = Modulus Elastisitas (MPa) Wc =Berat isi beton (kg/m³) f c = kuat tekan beton. berumus 28 hari (MPa) d. TS 500 (Turkey Standart) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hasan Yildirum dan Ozkan Sengul (2011) rumus modulus ditentukan sebesar : ( )..(7) dimana : Ec = Modulus Elastisitas (MPa) f c = kuat tekan beton berumur 28 hari (MPa) silinder yang dicampur dengan serat kawat loket lapis PVC dengan variasi berat serat 0.5%, 1% ; dan 1.5% terhadap volume beton silinder. Sistematika penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Analisa Material agregat kasar dan agregat halus 2. Perencanaan mix design dengan kuat tekan rencana f c = 21,7 Mpa (mutu K 250) 3. Pemotongan serat kawat dengan panjang kawat 3,6 cm dan panjang interlocking 1,2 cm 4. Menghitung berat isi serat kawat 5. Pengecoran 6. Curing benda uji selama 28 hari 7. Pengujian uji kuat tarik belah 8. Pengujian uji kuat tekan dan modulus elastisitas 9. Mengolah data hasil pengujian dan kesimpulan Perhitungan berat isi kawat Beberapa langkah yang dilakukan untuk menghitung berat isi kawat antara lain : a. Timbang berat cawan plastik dan catat hasilnya. b. Beri tanda pada cawan plastik dengan spidol untuk memperkirakan volume air yang akan dituangkan ke dalam cawan. c. Tuangkan air ke dalam cawan plastik hingga batas yang telah ditentukan. d. Timbang berat cawan plastik ditambah air dan catat hasilnya. e. Buang air yang telah ditimbang f. Masukkan kawat loket lapis PVC secara bertahap sambil diketuk dengan tongkat pengetuk agar kawat mengisi seluruh wadah dengan maksimal (Pastikan antar kawat benarbenar rapat dan meminimalkan adanya rongga antar kawat) hingga batas yang telah ditentukan. g. Timbang cawan plastik ditambah kawat dan catat hasilnya. h. Lakukan kembali langkah (a) hingga (g) dengan volume cawan yang berbeda METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium struktur Teknik Sipil Universitas Brawijaya. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berat Isi Kawat Tujuan perhitungan berat isi kawat ini antara lain untuk mengkonversi presentase serat

terhadap volume beton menjadi presentase serat terhadap satuan berat (gram). Dari hasil percobaan yang dilakukan selama tiga kali dengan volume cawan yang berbeda didapatkan : Tabel 1. Berat Isi Kawat Berat Isi Kawat (gr/cm³) Cawan A 0.373 Cawan B 0.351 Cawan C 0.388 Rata Rata 0.371 Setelah mengetahui nilai berat jenis kawat, maka selanjutnya menghitung berat kawat yang dibutuhkan untuk setiap fraksi 0.5%; 1% dan 1.5% pada masing-masing benda uji. Missal perhitungan berat kawat yang dibutuhan untuk satu silinder dengan fraksi 1%. = 1% x 5298.75 cm 3 x 0.371 gr/cm³ = 19.658 gr Tabel 2. Kebutuhan berat kawat Fraksi kawat 1 benda uji 6 benda uji 0.5 % 9.825 58.95 1 % 19.658 117.948 1.5 % 29.487 176.992 Mix Design Perencanaan Mix Design pada penelitian ini mengacu. pada SNI 03-2834-2000 tentang tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. Dari hasil perhitungan didapatkan rasio proporsi actual (dalam kg) sebesar : Semen : Air : Pasir : Kerikil 1.00 0.5 1.18 2.02 Berat Isi Beton Berat isi beton merupakan perbandingan berat beton ( dengan volume beton silinder ( ). Diketahui bahwa volume beton silinder ( ) adalah sebesar 0.00529 m³. Dari hasil perhitungan didapatkan : Tabel 3. Berat Isi Beton Berat Berat Isi Jenis Benda Uji Beton Beton Ratarata (kg/m³) Beton silinder Rata-rata (kg) Beton Normal 12.55 2368.48 Fraksi kawat 0.5 % 12.33 2327.59 Jenis Benda Uji Beton silinder Berat Beton Rata-rata (kg) Berat Isi Beton Ratarata (kg/m³) Fraksi kawat 1 % 12.43 2344.89 Fraksi kawat 1.5 % 12.46 2350.96 Berdasarkan perhitungan tabel di atas, berat isi beton normal lebih tinggi dibandingkan beton yang ditambahkan serat. Hal ini dikarenakan dengan adanya penambahan serat kawat pada campuran beton, mengakibatkan berkurangnya jumlah agegat kasar maupun agregat halus yang ditambahkan. Sehingga berat beton yang ditambahkan serat menjadi lebih kecil dibandingkan beton normal dan mengakibatkan berat isi beton juga berkurang, karena berat beton berbanding lurus dengan berat isi beton. Selain itu, kesalahan pada saat pemadatan mortar saat dimasukkan ke dalam cetakan silinder juga menjadi alasan menurunnya berat isi beton. Pemukulan pada bekisting silinder bertujuan untuk mengurangi pori-pori yang ada pada beton. Namun karena terjadi kesalahan seperti yang telah dijelaskan tersebut, hal ini menimbulkan banyaknya pori-pori kecil pada benda uji, yang berakibat berat beton juga berkurang. Uji Slump Nilai uji slump menentukan tingkat kelecakan (workability) dari beton. Untuk mencapai mutu beton f c = 21.7 Mpa, tentunya kelecakan adonan beton perlu diperhatikan Berikut merupakan rata rata hasil uji slump yang dilakukan pada masing masing bend uji : Tabel 4. Nilai slump beton Nilai slump rata rata (cm) Beton Normal 12.5 Fraksi kawat 0.5 % 15 Fraksi kawat 1 % 13 Fraksi kawat 1.5 % 13 Nilai slump yang tidak konsisten seiring dengan meningkatnya fraksi dikarenakan pada saat pelakasanaan pengujian, terjadi beberapa kesalahan yaitu kurang cepatnya mengangkat cetakan kerucut dan kerucut diangkat dalam keadaan tidak tegak lurus. Selain itu, dalam beberapa kali pengecoran terkadang mortar dibiarkan terlalu lama atau lebih dari 3 menit.

Kuat Tarik Belah (MPa) Kuat Tekan (MPa) Uji Kuat Tarik Belah Hasil pengujian kuat tarik belah dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji Kuat Tarik Beton Nilai kuat tarik rata rata (MPa) Selisih terhadap beton normal Beton Normal 2.425 0% Fraksi kawat 0.5 % 2.10-13.4% Fraksi kawat 1 % 2.439 +0.57% Fraksi kawat 1.5 % 2.022-16.62% *(-) menurun *(+) meningkat Berdasarkan perbandingan hasil pengujian pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa fraksi 1% merupakan variasi serat kawat yang optimum untuk mencapai nilai kuat tarik yang maksimum meskipun hanya mengalami kenaikan sekitar 0.57% saja dari kuat tarik beton normal. Hal ini dikarenakan lapisan PVC pada kawat loket yang memiliki tekstur licin sehingga kawat tidak homogen terhadap campuran beton. Karena tidak homogen, kawat tidak bekerja dengan baik dan memberikan pengaruh yang sedikit bahkan tidak memberikan pengaruh terhadap kuat tarik beton. 2.6 2.4 2.2 2.0 Grafik Hubungan Variasi Fraksi Serat dengan Kuat Tarik belah Beton Serat 2.425 Gambar 6. Grafik Hubungan Variasi Fraksi Serat dengan Kuat Tarik Belah Beton Serat Uji Kuat Tekan Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Kuat Tekan Beton 2.100 2.439 Nilai kuat tekan rata rata (MPa) 2.022 1.8 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% Fraksi Kawat (%) Selisih terhadap beton normal Beton Normal 32.89 0% Nilai kuat tekan rata rata (MPa) Selisih terhadap beton normal Fraksi kawat 0.5 % 18.69-43.2% Fraksi kawat 1 % 31.37-4.6% Fraksi kawat 1.5 % 31.68-3.7% *(-) menurun *(+) meningkat Berdasarkan perbandingan hasil pengujian kuat tekan pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa fraksi 1.5% merupakan variasi serat kawat yang optimum untuk mencapai nilai kuat tekan yang maksimum. Sedangkan pada fraksi 0.5% beton menghasilkan nilai kuat tekan yang sangat rendah karena nilai slump yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 15 cm sehingga kekuatan tekan beton menurun drastis. Beton dengan fraksi kawat 1% dan 1.5% memiliki nilai kuat tekan yang tidak terlalu jauh dikarenakan rata rata nilai slump kedua variasi benda uji tersebut juga memiliki nilai yang sama yaitu mendekati 13 cm. Selain itu tekstur kawat yang cukup lunak dalam menerima beban tekan serta penyebaran serat yang tidak merata (random) juga menjadi alasan mengapa kawat loket lapis PVC tidak memberikan pengaruh terhadap kuat tekan beton serat. 35 30 25 Grafik Hubungan Variasi Fraksi Serat dengan Kuat Tekan Beton Serat 32.89 Gambar 7. Grafik Hubungan Variasi Fraksi Serat dengan Kuat Tekan Beton Serat Uji Modulus Elastisitas 31.37 31.68 20 18.69 15 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% Fraksi Kawat (%) Uji modulus elastisitas dilakukan bersamaan dengan uji kuat tekan dengan tambahan alat pembaca regangan yang disebut extensometer. Perubahan yang terjadi pada dial dibaca seiring dengan bertambahnya beban hingga benda uji mengalami keruntuhan yang artinya benda uji tidak mampu lagi menahan beban tekan yang diberikan dan saat itulah

Modulus Elastisitas (MPa) pembacaan dial pada extensometer dihentikan. Perhitungan modulus pada penelitian ini dilakukan dengan empat macam metode perhitungan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Namun untuk menganilisisnya, peneliti menetapkan metode Eurocode 1992 dan ASTM C469 untuk menarik kesimpulan. Hal ini dilakukan karena beberapa metode perhitungan memiliki variasi nilai yang cukup jauh, sehingga berdasarkan grafik hubungan dengan modulus elastisitas, nilai modulus elastisitas dari metode perhitungan Eurocode 2 dan ASTM C469 yang mendekati teori modulus elastisitas. Tabel 7. Hasil Uji Modulus Elastisitas Beton Nilai Modulus Elastisitas rata rata (MPa) Selisih terhadap beton normal Beton Normal 49259.65 0% Fraksi kawat 0.5 % 26407.48-46.4% Fraksi kawat 1 % 29504.64-40.1% Fraksi kawat 1.5 % 39694.35-19.4% *(-) menurun *(+) meningkat Berdasarkan nilai rata - rata dari kedua metode perhitungan modulus elastisitas pada tabel 7 dapat dikatakan bahwa semakin tinggi fraksi serat yang ditambahkan ke dalam campuran beton, maka semakin besar nilai modulus elastisitas yang dihasilkan. Namun jika dibandingkan dengan beton normal, beton dengan campuran serat memiliki nilai modulus elastisitas yang kecil. 50000 45000 40000 35000 Grafik Hubungan Variasi Fraksi Serat dengan Modulus Elastisitas Beton Serat 49259.65 39694.35 30000 29504.6425 25000 26407.475 20000 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% Fraksi Kawat (%) Gambar 8. Grafik Hubungan Variasi Fraksi Serat dengan Modulus Elastisitas Beton Serat KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji kuat tarik belah menunjukkan bahwa beton dengan presentase fraksi serat kawat sebesar 1% menghasilkan nilai kuat tarik belah yang maksimum yaitu sebesar 2,439 MPa. Dibandingkan dengan beton normal tanpa serat, kuat tarik belah beton serat dengan fraksi 1% meningkat sebesar 0,57 % (ft beton normal = 2,425 MPa). Sedangkan nilai kuat tarik untuk beton serat dengan fraksi 0,5% dan 1,5% berturut turut adalah sebesar 2,1 MPa dan 2,022 MPa. 2. Hasil uji kuat tekan menunjukkan bahwa beton dengan presentase fraksi serat kawat sebesar 1,5% menghasilkan nilai kuat tekan maksimum yaitu sebesar 31,68 MPa. Dibandingkan dengan beton normal tanpa serat, kuat tekan beton serat menurun sebesar 3,7% (f c beton normal = 32,89 MPa). Sedangkan nilai kuat tekan beton serat dengan fraksi 0,5% dan 1% berturut turut adalah sebesar 18,69 MPa dan 31,37 MPa. 3. Hasil uji modulus elastisitas terhadap beton serat menunjukkan bahwa beton dengan presentase fraksi serat kawat sebesar 1,5% menghasilkan nilai modulus elastisitas yang maksimum yaitu sebesar 39694,35 MPa. Namun jika dibandingkan dengan beton normal tanpa serat, nilai modulus elastisitas mengalami penurunan sebesar 19,4% (E beton normal = 49259,65 MPa). Nilai modulus elastisitas beton dengan fraksi 0,5% dan 1% berturut turut adalah 26407,48 MPa dan 29504,64 MPa. Saran Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran yang bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya guna memperbaiki kekurangan dari penelitian ini, antara lain adalah : 1. Mencari dan menganalisis metode penyebaran serat kawat yang efisien ketika pengecoran, agar serat kawat bekerja secara optimal saat dilakukan uji kuat tarik belah dan uji kuat tekan.

2. Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya menghindari penggunaan kawat yang berlapis PVC sebagai serat campuran beton. DAFTAR PUSTAKA Leksono, Suhendro, Sulistyo (1995). Pengaruh Pemakaian Serat Kawat. Berkait Pada Kekuatan Beton Mutu Tinggi. Berdasarkan Optimasi Diameter Serat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hartanto, Sudarmoko. (1994). Kuat Lentur Beton Serat dengan Model Skala Penuh. Yogyakarta: PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada. Suhendro. (1991). Beton Fiber Lokal Konsep, Aplikasi dan Permasalahannya. Yogyakarta: PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada. Standar Nasional Indonesia 03-2847. (2002). Tata Cara Perencanaan. Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. American Society for Testing and Material C 4-69. 1998. Standart Spesification for Concrete Aggregate. American : Annual Book. Eurocode 2. (1992) Design of concrete structures. Europe : Design and detailing rules. ACI Committee 544. (2014). Fiber Reinforced Concrete. America : American Concrete Institute. Yoso, Haryanto dan Recky Suhartono. (2006). Pengaruh Penambahan Fiber Kawat Kasa Terhadap. Kapasitas Kolom Penampang Segi Empat. Skripsi. Yogyakarta. Yildirim, Hasan dan Ozkan Sengul. (2011). Modulus of. Elasticity of substandard and normal concretes. Istanbul Technical University. Faculty of Civil Engineering.