PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.33/Menhut-II/2014 TENTANG

this file is downloaded from

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 2/Menhut-II/2008 TENTANG

R E P U B L I K I N D O N E S I A D E P A R T E M E N K E H U T A N A N J A K A R T A. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : SK.246/VI-BPHA/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 53/Menhut-II/2009 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN ALAT UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.192/MENHUT-II/2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA OPERASI (KSO) PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 23/Menhut-II/2009 TENTANG

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 3/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 23/Menhut-II/2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.398/MENHUT-II/2005 TENTANG

J A K A R T A. Membaca : Surat Direktur Utama PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

this file is downloaded from

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

~ 2 ~ C:\Documents and Settings\BAHAN WEB\Per-UU\NSPK hilang Agustus1.rtf

this file is downloaded from

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 44/MENHUT-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2010

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.393/MENHUT-II/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 251 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.80/Menhut-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Izin. Usaha. Perpanjangan. Tatacara. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.428/MENHUT-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 335/KPTS-II/1997 TENTANG RENCANA KARYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKPHTI) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.6/Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN STATISTIK KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.159/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG RESTORASI EKOSISTEM DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 63/Menhut-II/2008

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.54/MENHUT-II/2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 248 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan pengelolaan hutan berdasarkan prinsip kelestarian, diperlukan pemantauan terhadap sediaan tegakan hutan (standing stock) melalui inventarisasi hutan yang dilaksanakan secara berkala dan menyeluruh; b. bahwa dalam rangka menerapkan prinsip kelestarian hutan, penetapan etat tebangan harus selalu diperbaharui berdasarkan pada kondisi tegakan yang ada pada setiap periode tertentu; c. bahwa sehubungan dengan perubahan dinamis tegakan hutan, pemantauan kondisi tegakan harus dilaksanakan secara terus menerus dan berkala/berulang secara teratur; d. bahwa untuk pelaksanaan inventarisasi hutan pada tingkat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) atau unit pengelolaan hutan, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Inventarisasi Hutan Produksi Tingkat Unit Pengelolaan Hutan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN; 10.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 11.Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2002; 12.Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu. M E M U T U S K A N :

Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN. Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Unit Pengelolaan Hutan Produksi adalah kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) atau dalam satuan IUPHHK. 2. KPHP adalah unit pengelolaan hutan produksi terkecil yang dapat dikelola secara efisien dan lestari oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah yang dapat dilimpahkan kepada BUMN yang tergerak di bidang kehutanan. 3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan produksi alam yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin usaha untuk memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari pemanenan atau penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu di Hutan Produksi yang diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD, BUMS, koperasi atau perorangan. 4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan produksi tanaman yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) adalah izin usaha untuk memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan atau penebangan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu di Hutan Produksi yang diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada BUMN, BUMD, BUMS, koperasi atau perorangan. 5. Jangka waktu Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah jangka waktu izin pemanfaatan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. 6. Rencana Kerja adalah semua rencana-rencana perusahaan dalam kaitan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu baik pada hutan alam maupun pada hutan tanaman berdasarkan prinsip kelestarian pada unit pengelolaan/unit manajemen, yang disusun oleh pemegang IUPHHK yang terdiri dari rencana Kerja Usaha (RK UPHHK), Rencana Kerja Lima Tahun (RKL UPHHK), Rencana Kerja Kerja Tahunan (RKT UPHHK) atau Bagan Kerja (BK UPHHK). 7. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Secara Berkala (IHMB) adalah kegiatan pengumpulan informasi tentang kondisi sediaan tegakan hutan (standing stock), yang dilaksanakan secara berkala 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun pada seluruh petak kerja didalam kawasan hutan produksi setiap wilayah unit pengelolaan/unit manajemen. 8. Petak Kerja (Compartment) adalah kesatuan terkecil areal pengelolaan/manajemen hutan. 9. Sediaan Tegakan Hutan (standing stock) adalah kondisi tegakan hutan yang ada pada saat tertentu yang diperoleh dari hasil inventarisasi hutan, yang dinyatakan dalam komposisi jenis, penyebaran ukuran diameter dan ukuran tinggi pohon penyusun tegakan, luas areal,

volume tegakan hutan, keadaan permudaan alam/tumbuhan bawah serta bentang lahan dari areal yang diinventarisasi. BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN Pasal 2 Ruang lingkup inventarsiasi hutan menyeluruh berkala tingkat unit pengelolaan hutan adalah inventarisasi hutan yang dilaksanakan di dalam KPHP atau areal IUPHHK pada hutan alam hutan tanaman. Pasal 3 Inventarisasi hutan menyeluruh berkala sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 bertujuan untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (standing stock) dan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di KPHP atau areal IUPHHK. BAB III PELAKSANAAN INVENTARISASI HUTAN Pasal 4 (1) Setiap pengelola KPHP atau pemegang IUPHHK wajib melaksanakan inventarisasi hutan menyeluruh berkala 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Untuk blok operasional setiap pengelola KPHP atau pemegang IUPHHK wajib melaksanakan inventarisasi hutan setiap tahun. (3) Pelaksanaan inventarisasi hutan sebagaimana tersebut pada ayat (2) pengelola KPHP atau pemegang IUPHHK wajib mendayagunakan rimbawan yang memiliki kualifikasi teknis (kompetensi). Pasal 5 (1) Inventarisasi hutan menyeluruh berkala dilaksanakan pada setiap KPHP dan areal IUPHHK. (2) Inventarisasi hutan menyeluruh berkala dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada seluruh petak kerja dalam KPHP atau areal IUPHHK. Pasal 6 (1) Metode inventarisasi hutan menyeluruh berkala yang digunakan adalah berdasarkan metode inventarisasi hutan yang telah ditetapkan. (2) Hasil inventarisasi hutan harus memenuhi standar error yang telah ditetapkan. Pasal 7 (1) Pemerintah c.q. Departemen Kehutanan, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten menyelenggarakan bantuan teknis bagi pengelola KPHP dan pemegang IUPHHK.

(2) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pendampingan, konsultasi, penyediaan panduan teknis metode inventarisasi hutan yang telah ditetapkan. (3) Pelaksanaan penyediaan bantuan teknis diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan, Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sesuai bidang tugas masing-masing. BAB IV PELAPORAN HASIL INVENTARISASI HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA Pasal 8 Seluruh pengelola KPHP dan pemegang IUPHHK wajib menyampaikan laporan yang menguraikan secara jelas metode, pelaksanaan dan hasil inventarisasi hutan menyeluruh berkala yang telah dilaksanakan pada setiap areal KPHP atau areal IUPHHK yang dikelolanya kepada Dinas yang membidangi Kehutanan setempat, Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pasal 9 Seluruh rencana kerja untuk setiap KPHP dan IUPHHK wajib disusun berdasarkan hasil inventarisasi hutan menyeluruh berkala yang dimaksud dalam peraturan ini. BAB V PETAK UKUR PERMANEN Pasal 10 (1) Setiap pengelola KPHP dan pemegang IUPHHK wajib membuat Petak Ukur Permanen (PUP) didalam setiap KPHP atau IUPHHK yang dikelolanya. (2) Pengukuran berkala pada Petak Ukur Permanen dievaluasi setiap lima tahun sekali bersamaan dengan kegiatan inventarisasi hutan menyeluruh berkala. (3) Hasil evaluasi Petak Ukur Permanen digunakan sebagai dasar penetapan riap tegakan. (4) Pembinaan dan evaluasi pelaksanaan PUP dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. BAB VI PENGAWASAN Pasal 11 Menteri Kehutanan melakukan pengawasan kegiatan inventarisasi hutan menyeluruh berkala sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini. BAB VII SANKSI Pasal 12

Apabila pengelola KPHP dan pemegang IUPHHK tidak melaksanakan inventarisasi hutan menyeluruh berkala dan tidak menyerahkan laporan hasil pelaksanaannya serta tidak menyusun rencana kerja yang didasarkan pada hasil inventarisasi hutan menyeluruh berkala sebagaimana yang ditur dalam peraturan ini, dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Semua rencana kerja yang telah disusun oleh pengelola KPHP atau pemegang IUPHHK yang telah mendapat pengesahan sebelum diterbitkan peraturan ini, disesuaikan dengan peraturan pelaksanaan peraturan ini paling lambat 2 (dua) tahun setelah ditetapkan peraturan ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Memerintahkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Kepala Badan Planologi Kehutanan, dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan untuk menyusun peraturan pelaksanaan peraturan sesuai bidang tugas masing-masing. Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Salinan Peraturan ini disampaikan kepada yth.: 1. Pejabat Eselon I lingkup Departemen Kehutanan; 2. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia; 3. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 24 Pebruari 2006 MENTERI KEHUTANAN, ttd. H.M.S. KABAN, SE., M.Si. 4. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan di wilayah Provinsi di seluruh Indonesia; 5. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan di wilayah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia; 6. Kepala UPT lingkup Departemen Kehutanan.