ANALISIS LAJU ABRASI PANTAI PULAU RANGSANG DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT

dokumen-dokumen yang mirip
Sigit Sutikno. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2)

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ABRASION ANALYSIS USING REMOTE SENSING TECHNOLOGY (Case Study in the Village Bahagia Beach distric Muara Gembong Bekasi Regency)

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

A ALISIS SPASIAL PERUBAHA GARIS PA TAI DI PESISIR KABUPATE SUBA G, JAWA BARAT

ANALISA LAJU ABRASI PANTAI TELUK BELITUNG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI MENGGUNAKAN DATA PENGINDRAAN JAUH

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

PRAKATA. Pekanbaru, 10 November Ketua Tim Peneliti

PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DI PESISIR TENGGARA BALI (STUDI KASUS KABUPATEN GIANYAR DAN KLUNGKUNG)

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI WILAYAH PESISIR PERAIRAN UJUNG BLANG KECAMATAN BANDA SAKTI LHOKSEUMAWE

PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

ABSTRAK. Kata kunci: Laju perubahan garis pantai, Landsat, Erosi dan akresi

Analisis Tingkat Sedimentasi dan Gerusan Waduk PLTA Koto Panjang Bagian Hulu Menggunakan Data Penginderaan Jauh. Jailani, Sigit Sutikno, Rinaldi

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

MODEL NUMERIK UNTUK SIMULASI ALTERNATIF PERLINDUNGAN PANTAI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Jurnal Geodesi Undip Januari2016

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

DETEKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI KABUPATEN JEMBRANA BALI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

Monitoring Perubahan Garis Pantai Kabupaten Jembrana dari Data Satelit Landsat 8

ANALISIS DATA CITRA LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI KOTA BENGKULU

PEMODELAN NUMERIS PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI PANTAI TANJUNG MOTONG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KERENTANAN PANTAI BERDASARKAN COASTAL VULNERABILITY INDEX (CVI) DI PANTAI KOTA MAKASSAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

KAJIAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN DATA SATELIT LANDSAT DI KABUPATEN KENDAL

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

ANALISIS KORELASI PERUBAHAN GARIS PANTAI KAWASAN PESISIR KOTA SEMARANG TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI PESISIR KABUPATEN DEMAK (DARI TAHUN )

KAJIAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTITEMPORAL DI KOTA SEMARANG. Julio Noronha Marques

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

III METODE PENELITIAN

Studi Perubahan Garis Pantai Berdasarkan Interpretasi Citra Satelit Landsat dan Perhitungan Rasio Lahan di Wilayah Pesisir Indramayu Jawa Barat

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

ABSTRACT. Septian Dewi Cahyani 1), Andri Suprayogi, ST., M.T 2), M. Awaluddin, ST., M.T 3)

ANALISIS PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI ROKAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Jurnal Ilmiah Agropolitan Volume 5 Nomor 1 April

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Indramayu Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal

Abstrak PENDAHULUAN.

DIGITAL SHORELINE ANALYSIS SYSTEM (DSAS)

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Identifikasi Nilai Piksel Sepanjang Garis Pantai di Teluk Genteng Menggunakan Citra Landsat 4-5 TM

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN CITRA SATELIT DI MUARA GEMBONG BEKASI

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 7 ETM+

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

PENELITIAN FISIKA DALAM TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR PERAIRAN KABUPATEN KENDAL)

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

METODOLOGI PENELITIAN

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

Citra Satelit IKONOS

ANALISIS KERENTANAN PANTAI PULAU BENGKALIS BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA PENGINDERAAN JAUH (STUDI KASUS DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATUBARA) Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BUKU AJAR. : Inderaja untuk Penataan Ruang : Perencanaan Wilayah dan Kota : Fakultas Teknik. Mata Kuliah Prgram Studi Fakultas

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

Transkripsi:

ANALISIS LAJU ABRASI PANTAI PULAU RANGSANG DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT Arief Rahman Hakim, Sigit Sutikno, Manyuk Fauzi Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Jl. HR Soebrantas Km 12.5 Pekanbaru 28293 abang_boi@yahoo.co.id ABSTRAK Pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti yang terletak di wilayah Provinsi Riau merupakan pantai yang sangat rawan mengalami abrasi, karena merupakan pantai yang terbuka. Penelitian ini melakukan kajian seberapa besar laju abrasi dan sejauh mana perubahan garis pantai yang terjadi di Pulau Rangsang dengan menggunakan data citra Landsat 24 tahun terakhir. Pengolahan data citra landsat terdiri atas kalibrasi geometrik, pemotongan citra, penajaman citra, dan digitasi, sehingga didapatkan posisi garis pantai untuk masing-masing tahun data. Perubahan garis pantai dari tahun ke tahun dianalisis dengan proses tumpang-susun data pada kurun waktu tersebut. Laju perubahan garis pantai dianalisis dengan pendekatan statistik End-Point Rate (EPR) dengan menggunakan alat bantu Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pantai utara dan timur Pulau Rangsang mengalami abrasi dengan tingkat abrasi yang bervariasi. Pantai Timur Pulau Rangsang merupakan pantai yang mengalami abrasi paling parah, sedangkan bagian timurnya juga terdapat sedikit sedimentasi. Pada kurun waktu 24 tahun terakhir telah terjadi abrasi di Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti dengan laju abrasi rata-rata 48,41 ha/tahun, dan laju sedimentasi 10,74 ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa, pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami pengurangan luas daratan yang cukup besar yaitu rata-rata 37.67 ha/tahun. Pantai-pantai kritis yang mengalami laju abrasi maksimum direkomendasikan untuk segera ditanggulangi agar kejadian abrasi tidak berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Kata Kunci: laju abrasi pantai, data satelit, DSAS ABSTRACT Rangsang Island Beach in Kepulauan Meranti Regency which is located in Riau province is highly vulnerable to coastal erosion, because it is an open shore. This research study the rate of abrasion and the shoreline changes that is occurred Rangsang Island using landsat image data for 24 years. The Landsat image processing consists of geometric calibration, image cropping, image sharpening, and digitasi, so that it is obtained the shoreline position for each image data. Shoreline changes from 1990 to 2014 is analyzed by overlaying the shoreline data on that period. The rate of shoreline change were analyzed with a statistical approach End-Point Rate (EPR) by using Digital Tools Shoreline Analysis System (DSAS). The results of this research show that most northern and eastern coast of Rangsang Island suffer a varied level of abrasion. The east coast of Rangsang Island suffer the most severe abrasion, and a few sedimentation in the eastern area. In the last 24 years there was abrasion on Rangsang Island with the rate of abrasion 48,41 ha/year, and the rate of sedimentation 10,74 ha/year. This shows that Rangsang Island suffer a land area reduction about 37.67 ha/yr. The critical coast which suffer a maximum rate of abrasion is recommended to be mitigated immediately in order to prevent further abration in the next future. Keywords: coastal erotion rate, satellite data, DSAS PENDAHULUAN Pulau Rangsang yang terletak di Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau, merupakan salah atu pulau terluar yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Posisi garis pantai Pulau Rangsang memiliki peranan politis yang strategis, karena batas perairan Negara ditentukan berdasarkan posisi tersebut. Pulau Rangsang merupakan salah satu Pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti di Propinsi Riau yang wilayahnya mencakup daratan bagian Pesisir timur pulau Sumatera dan wilayah kepulauan, dengan luas 909,8 Km 2. Wilayah Pulau Rangsang merupakan dataran rendah, dengan ketinggian bervariasi antara 0-61 meter di atas permukaan 57

laut. Pulau Rangsang memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan pusat industri Pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sebagian besar jenis tanah di Pulau Rangsang merupakan tanah rawa gambut dan rawa lebak. Pantai di Pulau Rangsang merupakan pantai yang sangat rawan mengalami abrasi, karena berhadapan langsung dengan lautan yang terbuka. Kondisi tersebut menyebabkan gelombang yang terjadi akibat bangkitan angin cukup besar yang potensial bisa menyebabkan abrasi pantai. Fenomena hidrodinamika pantai akibat dari adanya gelombang, arus, dan pasang surut air laut serta faktor-faktor lain memungkinkan terjadinya abrasi pantai Pulau Rangsang dan sedimentasi di tempat-tempat tertentu. Fenomena ini jika terjadi dalam kurun waktu yang lama dan tanpa ada upaya penanggulangannya maka akan menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai. Monitoring kawasan pantai sangat penting bagi perlindungan lingkungan dan perencanaan pembangunan. Dengan menggunakan data historis foto udara beresolusi menengah, penelitian ini mengkaji laju abrasi pantai yang berada di Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti wilayah Provinsi Riau lengkap dan beberapa produk bisa didapatkan secara gratis. Data Landsat TM (Thematik Mapper) dan OLI yang mempunyai resolusi 30 m dan 15 m, merupakan dataset citra satelit yang bisa digunakan untuk analisis dan monitoring perubahan garis pantai (Van,T.T dan Binh,T.T, 2009; Alesheikh, dkk., 2007; Asmar H.M., dan Hereher M.E, 2010). Pada dataset citra Landsat TM dan ETM, karakteristik air, vegetasi dan tanah dapat dengan mudah diinterprestasi menggunakan jenis band sinar tampak (visible) dan inframerah (infrared). Absorbsi gelombang infra merah oleh air dan reflektansi beberapa jenis panjang gelombang yang kuat terhadap jenis obyek vegetasi dan tanah menjadikan teknik kombinasi ini ideal dalam memetakan distribusi perubahan darat dan air yang diperlukan dalam pengekstraksian perubahan garis pantai (Faizal Kasim, 2012). Lokasi Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekeliling Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti. Pulau Rangsang merupakan salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Pulau Rangsang memiliki peranan yang sangat penting bagi Kabupaten Kepulauan Meranti karena sebagai pusat Industri Pertanian. Lokasi penelitian ini seperti disajikan pada Gambar 1. Studi Literatur Bagi kepentingan monitoring kawasan pantai, informasi perubahan garis pantai pada berbagai waktu berbeda merupakan pekerjaan mendasar (Alesheikh et al, 2007). Informasi perubahan garis pantai sangat penting dalam berbagai kajian pesisir, misalnya; rencana pengelolaan kawasan pesisir, pewilayahan bahaya, studi erosi-akresi, serta analisis dan pemodelan pantai (Chand & Acharya, 2010). Analisis perubahan garis pantai untuk mengetahui tingkat abrasi yang terjadi membutuhkan data historis yang relatif cukup panjang karena proses abrasi biasanya berlangsung sangat lambat. Penggunaan dataset citra satelit saat ini sangat penting perananannya dalam penyediaan data untuk analisis dan monitoring kawasan pesisir pantai karena arsip data yang tersedia cukup Gambar 1. Lokasi penelitian yang berada di sekeliling Pantai pulau rangsang Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian adalah data satelit. Data satelit yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 2 (dua) tahun data pencatatan, yaitu Landsat TM (Thematik Mapper) 1999 dan Landsat 8 OLI/TIRS 2014. Landsat TM mempunyai resolusi 30 m, sedangkan Landsat 8 OLI/TIRS mempunyai 8 band dengan resolusi 30 m dan bisa dipertajam dengan 1 band (band 8) mempunyai resolusi 15 m. Spesifikasi data satelit yang digunakan pada penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 1. Pemilihan tahun data tersebut didasarkan pada ketersediaan data dan kualitas data satelit yang dipilih. Analisis Garis Pantai Monitoring dan analisis perubahan areal dan posisi garis pantai sangat bermanfaat dalam menyediakan informasi tentang daerah-daerah mana saja yang 58

mengalami abrasi dan akresi pada kawasan pantai yang dianalisis. Analisis perubahan areal bisa dilakukan dengan sangat sederhana menggunakan teknik tumpang-susun (overlay) antar poligon daratan pantai pada pencatatan waktu yang berbeda. Dengan menggunakan metode ini, laju perubahan abrasi dan akresi pada suatu kawasan pantai bisa diperkirakan dalam satuan ha/tahun. Berbeda dengan jenis analisis perubahan areal, analisis perubahan posisi suatu garis pantai relatif lebih sulit. Dalam metode ini laju perubahan diekspresikan sebagai jarak posisi suatu garis pantai mengalami perpindahan atau kestabilan setiap tahun (Thieler, dkk., 2009). Beberapa pendekatan spasial statistik untuk penghitungan laju perubahan posisi garis pantai adalah metode End Point Rate (EPR). Tabel 1. Data citra satelit yang digunakan Tahun Jenis Perekaman Satelit Sensor Data Band Resolusi 5 (SWIR-1) 30 m 06/06/1990 Landsat 5 TM 4 (Near-IR) 2 (Green) 30 m 30 m 6 (SWIR-1) 13/02/2014 Landsat 8 OLI 5 (Near-IR) 30 m 3 (Red) 8 (Pan) 15 m Metode EPR menghitung laju perubahan garis pantai dengan membagi jarak antara garis pantai terlama dan garis pantai terkini dengan waktunya, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Metode ini sangat sederhana karena bisa dilakukan hanya dengan menggunakan minimal dua garis pantai. Kelemahan metode ini pada kasus dimana jika ada tambahan data garis pantai pada tahun yang lain menjadi tidak bisa digunakan dalam pertimbangan analisis. Gambar 2. Ilustrasi perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan metode EPR Metode Studi Proses yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) analisis, yaitu: analisis dan interpretasi data citra satelit (Landsat) untuk pemetaan perubahan garis pantai, dan analisis statistik untuk tingkat perubahan garis pantai selama 24 tahun terakhir. Analisis dan interpretasi data Landsat terdiri atas : pemotongan citra (cropping image), pemulihan citra, penajaman citra (image enhancement), koreksi geometrik, digitasi, dan tumpang-susun (overlay). Pemotongan citra (cropping image) dilakukan untuk mengambil fokus area penelitian dengan pertimbangan untuk penghematan memori penyimpanan dalam komputer. Pemulihan citra dilakukan untuk memperbaiki kualitas citra satelit yang kurang baik akibat dari kerusakan pada satelit atau karena adanya gangguan atmosfer. Pemulihan citra dilakukan dengan melakukan koreksi gapfill dan koreksi radiometrik. Penajaman citra (image enhancement) merupakan penggabungan band-band yang dibutuhkan untuk mempertegas antara batas darat dan air sehingga akan mempermudah proses digitasi garis pantai. Untuk Landsat-5 TM band-band yang digabungkan adalah band 2, band 4, dan band 5. Penggabungan band-band ini dilakukan dengan komposit band (composite bands) dengan urutan band 542. Koreksi geometrik pada citra Landsat merupakan upaya memperbaiki kesalahan perekaman secara geometrik agar citra yang dihasilkan mempunyai sistem koordinat dan skala yang seragam, dan dilakukan dengan cara translasi, rotasi, atau pergeseran skala. Data citra landsat yang didapatkan adalah data level 1 dalam format geotiff merupakan data citra landsat yang sudah terkoreksi geometriknya sehingga tidak perlu dilakukan koreksi geometrik lagi. Sedangkan digitasi peta dilakukan untuk penggambaran garis batas antara darat dan air yang merupakan posisi garis pantai untuk tiap-tiap tahun data satelit yang dipilih. Dengan melakukan tumpang-susun antar garis pantai pada tahun data yang dipilih, maka areal abrasi dan akresi bisa diidentifikasi. Tahapan-tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada bagan alir Gambar 3. Analisis statistik untuk mengetahui tingkat perubahan garis pantai atau tingkat abrasi pantai dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak DSAS (Digital Shoreline Analysis System). DSAS merupakan free software yang dikembangkan oleh United States Geological Survey (USGS) (Thieler, dkk., 2009). Analisis dengan menggunakan DSAS terdiri atas tiga tahapan utama yaitu: membuat garis dasar sejajar garis pantai sebagai garis acuan (baseline), membuat garis transek tegak lurus dengan baseline yang membagi pias-pias garis pantai, dan menghitung tingkat perubahan garis pantai. Laju perubahan garis pantai dianalisis dengan pendekatan statistik End-Point Rate (EPR). 59

Interpretasi visual dan editing Mulai Data Landsat Tahun 1990 dan 2014 Pemotongan citra (Cropping image) Image processing - Pemulihan citra (rektifikasi) - Penajaman citra (image enhancement) - Koreksi geometrik Konversi Data Raster ke Data Vektor Pemetaan Garis Pantai disajikan luasan area yang mengalami abrasi dan akresi pada interval tahun-tahun tersebut. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2, Dari hasil analisis areal abrasi dan akresi dalam kurun waktu 24 tahun (1990 sampai dengan 2014), Pulau Rangsang telah mengalami abrasi seluas 1.097,53 ha dengan laju abrasi rata-rata 46,37 ha/tahun dan akresi seluas 243,53 ha dengan laju akresi rata-rata 10,29 ha/tahun. Dengan demikian pengurangan wilayah daratan yang terjadi di Pulau Rangsang sebesar 854.00 ha atau rata-rata 36,08 ha/tahun, seperti disajikan dalam tabel 4.2. Analisis Seri Waktu Terhadap Dua sumber tahun data Analisis Laju Perubahan Garis Pantai (menggunakan metode statistik End-Point Rate (EPR) Fungsi tumpang susun (Overlay) untuk memperkirakan erosi dan akresi garis pantai Kesimpulan dan Rekomendasi Selesai Gambar 3. Bagan Alir (Flowchart) Penelitian Pemodelan Perubahan Garis Pantai Gambar 4. Pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti yang mengalami abrasi dan akresi pada kurun waktu tahun 1990-2014 ANALISA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Lokasi Abrasi dan Akresi Pantai Identifikasi lokasi terjadinya abrasi dan akresi pantai dilakukan dengan menumpang-susunkan (overlay) garis pantai terlama dengan garis pantai terkini. Hasil tumpang-susun perubahan garis pantai 24 tahun terakhir, yaitu antara Tahun 1990 dan Tahun 2014 seperti disajikan pada Gambar 4. Seperti ditunjukkan pada Gambar 4, sebagian besar pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti bagian utara dan timur mengalami perubahan yang menunjukkan terjadinya abrasi dengan tingkat abrasi yang bervareasi. Tingkat abrasi yang paling besar terjadi pada ujung pulau bagian timur. Abrasi pantai juga terjadi hampir di sekeliling pulau rangsang. Pada kurun waktu tersebut, pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti juga mengalami akresi atau sedimentasi. Proses akresi terjadi pada sisi utara dan timur Pantai Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti bagian barat. Pada Gambar 5 dan Gambar 6. disajikan historis perubahan garis pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti bagian barat pada tahun 1990 dan 2014. Sedangkan pada Tabel 2. Abrasi Akresi Gambar 5. Bagian barat pulau rangsang (section A) yang mngalami abrasi dan akresi pada kurun waktu tahun 1990-2014 Pada Gambar 7. ditunjukkan foto pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti, tepatnya di Desa Tanjung Motong diambil tahun 2014 yang mengalami abrasi sangat parah. Pantai Pulau Rangsang mayoritas tanahnya merupakan tanah gambut sangat mudah mengalami abrasi terutama yang tidak terlindung oleh pohon mangrove. Abrasi ini kecenderungannya akan terus berlanjut jika tidak dilakukan penanganan secara struktural. 60

Akresi Abrasi perubahan garis pantai untuk masing-masing tahun tersebut, dibuat garis dasar (baseline) yang sejajar dengan garis pantai. Selanjutnya dibuat garis transek (transect) yang tegak lurus dengan garis dasar untuk membagi pias-pias garis pantai dengan interval tiap 250 m. Laju perubahan garis pantai dianalisis dengan pendekatan statistik End-Point Rate (EPR). Gambar 6. Bagian barat pulau rangsang (section B) yang mngalami abrasi dan akresi pada kurun waktu tahun 1990-2014 Tabel 2. Laju abrasi dan akresi pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 1990-2014 Periode 06 Juni 1990 13 Febuari 2014 Luas (Ha) (-) 1.097,53 Abrasi Rata-rata (ha/tahun) 46.37 Luas (Ha) (+) 243,53 Akresi Rata-rata (ha/tahun) 10,29 Gambar 8. Laju perubahan abrasi maksimum garis pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti bagian timur Metode EPR Ʃ Perubahan Daratan (-) 854.00 36,08 Gambar 7. Gambar Pulau Rangsang di desa tanjung Motong, foto tahun 2014 Laju Abrasi dan Akresi Pantai Dalam rangka untuk mengetahui laju abrasi dan laju akresi pantai yang lebih detail, maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan perangkat lunak DSAS (Digital Shoreline Analysis System). Analisis dilakukan terhadap perubahan garis pantai untuk dua tahun data pencatatan, yaitu tahun 1990 dan 2014. Sebagai referensi terhadap Gambar 9. Laju perubahan akresi maksimum garis pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kep. Meranti bagian timur Metode EPR Pada Gambar 8 disajikan hasil analisis perubahan garis pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti bagian utara dengan metode EPR dimana abrasi terbesar terletak di transek 318 dengan laju abrasi 17,21 m/thn, sedangkan pada Gambar 9. disajikan hasil analisis perubahan garis pantai Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti bagian utara dengan metode EPR dimana akresi terbesar terletak di transek 50 dengan laju akresi 8,21 m/thn 61

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian tentang analisa perubahan garis pantai yang terjadi di pulau Rangsang sebagian besar terjadi abrasi pantai atau terjadi kemunduran garis pantai, laju perubahan garis pantai dapat dikelompokan menjadi beberapa segmen berikut ini. 1. Sebagian besar Pulau Rangsang mengalami abrasi dengan tingkat abrasi bervariasi. Secara keseluruhan, rata-rata laju abrasi dan akresi dalam kurun waktu 24 tahun (1990 sampai dengan 2014), Pulau Rangsang telah mengalami abrasi seluas 1.097,53 ha dengan laju abrasi rata-rata 48,41 ha/tahun dan akresi seluas 243,53 ha dengan laju akresi rata-rata 10,74 ha/tahun. Dengan demikian pengurangan wilayah daratan yang terjadi di Pulau Rangsang sebesar 854.00 ha atau rata-rata 37,67 ha/tahun. 2. Sebelah utara untuk laju abrasi terbesar 12,28 m/tahun, dan laju akresi terbesar 8,211 m/tahun. 3. Sebelah timur untuk garis pantai keseluruhan terjadi abrasi dengan laju abrasi terbesar 17,21 m/tahun. 4. Sebelah selatan untuk laju abrasi terbesar 3,38 m/tahun, dan laju akresi terbesar 0,20 m/tahun. 5. Sebelah barat untuk untuk garis pantai keseluruhan terjadi abrasi dengan laju abrasi terbesar 2,80 m/tahun. Saran Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menginvestigasi kemungkinan terjadinya abrasi pantai di Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sepanjang pantai utara Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti dan di sisi bagian timur telah terjadi abrasi dengan laju yang relatif cukup cepat. Di sepanjang pantai tersebut direkomendasikan untuk segera ditanggulangi agar kejadian abrasi tidak berlanjut di tahun-tahun berikutnya yang akan menyebabkan berkurangnya luas daratan Pulau Rangsang di Kabupaten Kepulauan Meranti. DAFTAR PUSTAKA Alesheikh, dkk, 2007, Coastline change detection using remote sensing, Int. J. Environ. Sci. Tech., 4 (1): 61-66, 2007, ISSN: 1735-1472, Winter 2007, IRSEN, CEERS, IAU Asmar H.M., dan Hereher M. E., 2010, Change detection of the coastal zone east of the Nile Delta using remote sensing, Environ Earth Sci, Springer, DOI 10.1007/s12665-010-0564-9. Chand P., dan Acharya P., 2010, Shoreline change and sea level rise along coast of Bhitarkanika wildlife sanctuary, Orissa: An analytical approach of remote sensing and statistical techniques, INTERNATIONAL JOURNAL OF GEOMATICS AND GEOSCIENCES, Volume 1, No 3, 2010, ISSN 0976 4380. Faizal Kasim, 2012, Pendekatan Beberapa Metode dalam Monitoring Perubahan Garis Pantai Menggunakan Dataset Penginderaan Jauh Landsat dan SIG, Jurnal Ilmiah Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 April 2012, ISSN 2089-0036. Genz, A.S., Fletcher, C.H., Dunn, R.A., Frazer, L.N., and Rooney, J.J., 2007, The predictive accuracy of shoreline change rate methods and alongshore beach variation on Maui, Hawaii: Journal of Coastal Research, v. 23, n. 1, pp. 87-105. Thieler, E.R., Himmelstoss, E.A., Zichichi, J.L., and Ergul, Ayhan, 2009, Digital Shoreline Analysis System (DSAS) version 4.0-An ArcGIS extension for calculating shoreline change: U.S. Geological Survey Open-File Report 2008-1278. *current version 4.3 Van, T. T., Binh T. T, 2009, Application of Remote Sensing for shoreline Change Detection in Cuu Long Estuary, Vietnam National University Journal of Science, Earth Science, 25 (2009) 217-222. Ho Chi Minh City. 62