BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Tabulasi Data Rekapitulasi Penanganan Korupsi Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK AUDIT INVESTIGATIF DALAM PENGUNGKAPAN MONEY LAUNDERING BERDASARKAN PERSPEKTIF AKUNTAN FORENSIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

MENGENALI PROSES PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DARI HASIL TINDAK PIDANA. Oleh: Muhammad Fuat Widyaiswara Utama pada Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya, suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

ANALISIS MODUS OPERANDI PENCUCIAN UANG DAN DETEKSI YANG DILAKUKAN PPATK DENGAN PENDEKATAN FRAUD ELEMENT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Asset Tracing & Asset Recovery dalam TPK & TPPU. Disampaikan Oleh: Abdul Basir. Medan, 5 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PEMULIHAN ASSET DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI UNIVERSITAS ATMAJAYA JOGJAKARTA, KAMIS, 28 SEPTEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Akuntansi forensik berperan dalam beberapa proses dalam perkara kepailitan. Hal ini

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI MINAT STUDI AKUNTANSI FORENSIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 17 April ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERTEMUAN 6: AUDIT INVESTIGASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK

Asset Tracing & Asset Recovery dalam TPK & TPPU. Irene Putrie. Oleh: Surabaya, 20 September 2017

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINDAK PI PENCUCIA DANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia dalam rangka memerangi tindak pidana pencucian uang

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

NO PERTANYAAN JAWABAN 1 Kalau Anda mendapati sebuah tindakan korupsi di wilayah tempat tinggal Anda, apa yang Anda Lakukan?

KASUS ANDI MUHAMMAD GHALIB. Pada awal Juni 1999, ICW membeberkan dugaan adanya kasus suap

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS

Kuasa Hukum Antonius Sujata, S.H., M.H., dkk, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 29 Mei 2017

PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCUCIAN DALAM RANGKA PENYELAMATAN KEUANGAN DAN ASET NEGARA

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

(Pasal 39 UU No. 8 Tahun 2010)

Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK/2003

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi menjadi salah satu masalah yang tak kunjung terpecahkan di Indonesia. Dari tahun ke tahun kasus korupsi kian bertambah dengan nilai materil yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kasus korupsi di Indonesia masih dalam tahap memprihatikan. Berdasar data yang dirilis Indonesia Corruption Watch (ICW), jumlah kasus korupsi selama 2010-2012 yang menurun kembali meningkat signifikan pada 2013-2014 (intisari-online.com,18 Agustus 2014). Hal ini diperjelas oleh data rekapitulasi yang dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai penanganan tindak pidana korupsi selama lima tahun terakhir. Berikut data rekapitulasi penanganan korupsi oleh KPK: Tabel 1.1 Tabulasi Data Rekapitulasi Penanganan Korupsi Tahun 2010-2014 Tahun Penyelidikan Penyidikan Penuntutan Inkracht Eksekusi Jumlah 2010 54 40 32 39 37 262 2011 78 39 40 34 34 225 2012 77 48 36 28 32 221 2013 81 70 41 40 44 282 2014 80 58 45 40 48 271 Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah kasus korupsi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif. Pada tahun 2012 terjadi penurunan yang sangat signifikan dan bahkan pada tahun 2012 jumlah kasus korupsi menjadi yang terendah selama lima tahun terakhir. Namun hal tersebut tidak dapat dipertahankan dan kembali mengalami lonjakan kenaikan yang sangat besar pada tahun 2013. Walaupun demikian penurunan kembali terjadi pada tahun 2014 hanya saja tidak dalam jumlah yang besar. Kenaikan jumlah perkara korupsi berbanding lurus dengan semakin besarnya kerugian yang dialami negara. Divisi Investigasi dan Publikasi Indonesia Corruption Watch melaporkan hasil investigasinya selama tahun 2014 terkait kerugian negara akibat ulah para koruptor. Menurut Lais Abid, staf divisi investigasi dan publikasi ICW, kerugian negara pada 2014 akibat korupsi sebesar Rp 5,29 triliun (www.tribunnews.com, 17 Februari 2015). TEKNIK AUDIT INVESTIGASI DALAM PENGUNGKAPAN 1 MONEY LAUNDERING BERDASARKAN

2 Dari kasus-kasus korupsi yang terjadi selama semester I-2014, sebagian besar tersangka adalah pejabat/pegawai pemerintah daerah (pemda) dan kementerian, yakni 42,6 persen. Tersangka lain merupakan direktur/komisaris perusahaan swasta, anggota DPR/DPRD, kepala dinas, dan kepala daerah (intisari-online.com,18 Agustus 2014). Berdasarkan catatan statistik penindakan KPK, sepanjang 2004-2014 terdapat 54 Kepala Daerah yang terjerat kasus korupsi. Di tahun 2014 sendiri, terdapat sejumlah kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Mereka terdiri dari Gubernur, dan Wali Kota/Bupati (www.hukumonline.com, 9 Januari 2015). Kecurangan yang biasanya menjadi tahapan selanjutnya dari korupsi adalah tindakan pencucian uang, dimana uang hasil kejahatan dari korupsi disamarkan keberadaan dan asalnya. Kasus pencucian uang yang sedang hangat dibicarakan dalam beberapa waktu ini telah menjerat salah satu kepala daerah di provinsi Jawa Barat adalah kasus Bupati Karawang dan istrinya. Kasus ini sedang menjalani sidangnya di Pengadilan Negeri Tipikor Bandung. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Karawang Ade Swara dan istrinya, Nurlatifah, sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Tim penyidik KPK menemukan adanya indikasi jika Ade dan Nurlatifah mentransfer, menempatkan, membayarkan, atau mengubah bentuk harta yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Keduanya diduga memeras PT Tatar Kertabumi yang ingin meminta izin untuk pembangunan mal di Karawang (nasional.kompas.com, 7 Oktober 2014). Kasus lainnya yang tengah terjadi di Kota Bandung adalah kasus pencucian uang dana hibah yang dilakukan oleh Entik Musakti seorang koordinator LSM di Bandung. Entik diduga telah membelanjakan uang yang bersumber dari dana hibah Pemkot Bandung tahun anggaran 2012 untuk kepentingannya sendiri (www.galamedianews.com, 27 Februari 2015). David Fraser (Benny Swastika, 2011: 2) menyatakan bahwa money laundering adalah sebuah proses yang sungguh sederhana dimana uang kotor di proses atau dicuci melalui sumber yang sah atau bersih sehingga orang dapat menikmati keuntungan tidak halal itu dengan aman. Hal ini dipertegas melalui UU No 8 Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak TEKNIK AUDIT INVESTIGASI DALAM PENGUNGKAPAN MONEY LAUNDERING BERDASARKAN

3 Pidana Pencucian Uang yang menyebutkan bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur pidana dalam transaksi keuangan mencurigakan, yaitu transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan. Howard dan Michael (2007:100) mengemukakan bahwa money laundering umumnya dilakukan melalui tiga langkah tahapan yaitu tahap penempatan, tahap pelapisan, dan tahap integrasi. Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil kejahatannya sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Oleh karena itu, tindak pidana money laundering tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tindak pidana pencucian uang memang menjadi salah satu jenis korupsi yang sangat merugikan negara. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai salah satu lembaga anti korupsi sampai mengeluarkan sebuah rezim Anti-Money Laundering. PPATK mengeluarkan 15 modus operandi yang biasanya dilakukan oleh para pelaku pencucian uang. Modus tersebut diantaranya korupsi, penggelapan, penipuan, kejahatan perbankan, pemalsuan dokumen, teroris, penggelapan pajak, perjudian, penyuapan, narkotika, pornografi anak, pemalsuan uang rupiah, pencurian, pembalakan dan modus tidak teridentifikasi lainnya (hukumonline.com, 05 Januari 2007). Berikut ini adalah rekapitulasi dari sebagian bentuk-bentuk operandi tindakan pencucian uang yang diambil dari data putusan Mahkamah Agung: No. Tabel 1.2 Rekapitulasi Bentuk Tindakan Dalam Melakukan Pencucian Uang Tahapan Modus Bentuk Tindakan Pencucian Operandi Uang 1. Menghimpun dana dari masyarakat untuk sebuah investiasi dimana kegiatan perusahaannya bersifat fiktif/tidak ada Penipuan 2. Menempatkan uang hasil kejahatan ke Korupsi atau TEKNIK AUDIT INVESTIGASI DALAM PENGUNGKAPAN MONEY LAUNDERING BERDASARKAN

4 dalam rekening pribadi baik secara penggelapan elektronik maupun setoran tunai 3. Memutarkan atau memindahmindahkan Penipuan dan uang yang berasal dari kejahatan investor kembali ke rekening investor perbankan lagi dengan jumlah keuntungan yang telah disepakati sebelumnya dengan menggunakan beberapa rekening tabuangan dan giro yang berbeda-beda, sehingga seolah-olah terdapat kegiatan usaha 4. Memindahkan dan menyebarkan uang Penggelapan yang ada di rekening pribadi ke dan kejahatan beberapa rekening milik orang lain perbankan (keluarga, kerabat, rekan, dll) dalam jumlah yang lebih kecil 5. Membuka rekening tabungan dan Kejahatan rekening giro baru dengan perbankan menggunakan dokumen palsu yang dan digunakan sebagai tempat pemalsuan penyimpanan, pemindahan dan dokumen penyebaran uang hasil kejahatan 6. Pembelian harta (tanah, mobil, motor, Korupsi atau rumah, villa, apartemen, dll) dengan penggelapan menggunakan uang hasil kejahatan 7. Penjualan kembali harta (tanah, mobil, Korupsi atau motor, rumah, villa, apartemen, dll) penggelapan dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli 8. Menukarkan uang hasil kejahatan Korupsi atau dengan mata uang asing seperti US penggelapan Dollar dan Bath 9. Menggunakan uang hasil kejahatan Korupsi atau untuk keperluan pribadi seperti liburan, penggelapan perjalanan ke luar negeri, pembelian tiket pesawat, pembayaran rumah sakit, dan berbelanja barang mewah (baju, tas, sepatu, perhiasan, dll) 10. Menanamkan modal/investasi pada Korupsi atau sebuah perusahaan atau membuka usaha penggelapan baru dari uang hasil kejahatan, dimana laba yang diterima akan terlihat sebagai pendapatan yang legal/sah 11. Pencairan kredit dengan menggunakan Kejahatan nama pelaku, keluarga, kerabat dan perbankan yang lainnya Sumber: Putusan Mahkamah Agung (data diolah) dan pelapisan Penggabungan (integration) Penggabungan (integration) TEKNIK AUDIT INVESTIGASI DALAM PENGUNGKAPAN MONEY LAUNDERING BERDASARKAN

5 Segala bentuk tindakan yang ada pada tabel diatas dapat teridentifikasi saat atau setelah melakukan proses investigasi. Disinilah peran seorang akuntan forensik yang dianggap memiliki keahlian di bidang keuangan dan akuntansi digunakan untuk mengungkap setiap tindakan dan menghitung jumlah kerugian negara akibat dari tindakan pencucian uang tersebut. Di dalam setiap proses penyidikan dan investigasinya para akuntan forensik menerapkan disiplin ilmu akuntansi forensik dan audit investigatif. Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin ilmu akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun privat. Pada awalnya akuntansi forensik merupakan perpaduan yang sederhana antara akuntansi dan hukum, tetapi pada kasus yang lebih rumit ada tambahan ilmu yang terkandung dalam akuntansi forensik yaitu ilmu audit. Sedangkan audit investigatif merupakan upaya pembuktian, umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum acara yang berlaku dengan menerapkan beberapa teknik (Tuanakotta, 2014). Audit investigatif dalam praktiknya memiliki beberapa jenis teknik. Teknik audit investigatif itu diantaranya teknik audit, teknik perpajakan, follow the money, computer forensic, dan teknik kunci. Teknik-teknik tersebut akan digunakan selama proses investigasi dimulai dari pendeteksian kecurangan hingga perhitungan jumlah kerugian yang dialami negara. Beberapa penelitian sebelumnya lebih memfokuskan peranan akuntansi forensik dan audit investigatif terhadap penyelesaian kasus korupsi dan kecurangan secara umum. Seperti hasil dari penelitian oleh I Dewa Nyoman Wiratmaja (2010) yang menyatakan bahwa akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi preventif, detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur audit forensik dan audit investigatif yang bersifat litigation suport untuk menghasilkan temuan dan bukti yang dapat digunakan dalam proes pengambilan putusan di pengadilan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Leardo Arles (2013) yang menyatakan bahwa prospek profesi akuntan forensik untuk ikut serta dalam penyelesaian kasus-kasus hukum di Indonesia sangat besar dan penting.

6 Kasus-kasus hukum di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan kecurangan perlu melibatkan akuntan forensik dalam penyelesaiannya, karena akuntan forensik dapat membantu para ahli dan para penegak hukum dalam mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk menentukan potensi kerugian yang timbul akibat adanya kecurangan. Jumasyah dkk (2011) menyatakan bahwa akuntansi forensik dapat membantu menyelesaikan kasus-kasus hukum dengan cara membantu para penegak hukum untuk melakukan perhitungan dan pengungkap pos kecurangan, membantu dalam mendeteksi penyebab terjadinya kecurangan, menemukan petunjuk awal (indicia of fraud) terjadinya kecurangan, membantu kepolisian dengan mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk proses pengadilan, mampu mendeteksi kira-kira waktu kecurangan dapat terungkap dan membedakan kecurangan yang terungkap melalui tip atau secara kebetulan. Selain kasus korupsi, akuntansi forensik juga berperan dalam perkara kepailitan yang proses penyelesaiannya dilakukan di pengadilan niaga. Akuntansi forensik juga dapat mendeteksi adanya fraud dalam hal pailit di Pengadilan Niaga, perusahaan yang benar-benar mengalami bankrupt cenderung untuk melakukan fraud dalam menyembunyikan asetnya ataupun deposito yang masih dimiliki oleh perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mengamankan aset maupun deposito sehingga tidak disita oleh Pengadilan Niaga (Yudha Pradista, 2013). Berbeda dengan penelitian sebelumya yang mengambil korupsi dan kecurangan secara umum serta praktik kepailitan di bidang niaga sebagai objek penelitian, peneliti sekarang tertarik untuk lebih memfokuskan penelitian ke arah keterkaitan antara berbagai bentuk tindakan atau modus operandi pencucian uang di Indonesia yang memiliki karakteristik berbeda-beda, dengan teknik-teknik audit investigatif yang ada. Sehingga berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis akan mengambil judul Teknik Audit Investigatif Dalam Pengungkapan Money Laundering Berdasarkan Perspektif Akuntan Forensik.

7 1.2 Rumusan Masalah Maka berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, rumusan masalahnya adalah bagaimana teknik audit investigatif yang efektif dalam proses pengungkapan money laundering dilihat dari sudut pandang akuntan forensik. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik audit investigatif yang efektif dalam proses pengungkapan money laundering dilihat dari sudut pandang akuntan forensik. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1) Sebagai salah satu media pembelajaran bagi penulis untuk memperdalam ilmu akuntansi forensik yang masih asing bagi diri penulis sendiri. 2) Sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai akuntansi forensik yang dapat diaplikasikan kedalam berbagai kasus keuangan yang bersifat kompleks. 1.4 Kegunaan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan haruslah mengandung manfaat baik secara teoritis maupun praktis, khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi pihak lain yang membutuhkan makalah ini. Adapun manfaatnya adalah : 1.4.1 Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan di bidang akuntansi khususnya mengenai akuntansi forensik dan audit investigatif. Sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran dan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama. 1.4.2 Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan saran-saran dalam melaksanakan kegiatan investigasi oleh para praktisi di bidangnya seperti penyidik dan akuntan forensik.