BAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. yang digunakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

Pio Prayogi Universitas Negeri Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

BAB II KAJIAN TEORI. berlangsung secara efektif dan efisien. pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray (TSTS) observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II LANDASAN TEORI

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

Transkripsi:

16 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model merupakan bentuk yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Soekanto, dkk (Trianto,2007, h. 5) mengemukakan model adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, pengajar dalam merancang aktivitas belajar mengajar. Model memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar, dalam pencapaiannya model harus dilaksanakan sesuai dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan siswa, karena masing-masing model memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda. Dalam hal ini memilih model guru harus memperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran yang diterapkan. 2.1.1.2 Fungsi Model Pembelajaran Model harus dikembangkan sehingga dapat berfungsi membantu pelaksanaan tugas-tugas guru dalam proses dikelas. Menurut yang diutarakan oleh S.S Chauhan (Wahab,2007,h,55) fungsi model adalah sebagai berikut :

17 a. Pedoman Dengan adanya model mengajar dapat berfungsi sebagai pedoman yang dapat menjelaskan apa yang harus dilakukan guru. Dengan memiliki rencana pengajar yang bersifat komprehensif guru diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan tujuan pengajaran. Dengan demikian maka mengajar menjadi sesuatu yang ilmiah,terencana dan merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan. b. Pengembangan Kurikulum Model mengajar dapat membantu dalam pengembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam pendidikan. c. Menetapkan bahan-bahan pengajaran Model mengajar menetapkan secara rinci bentuk-bentuk bahan pengajaran yang berbeda yang akan digunakan guru dalam membantu perubahan yang baik dari kepribadian siswa. d. Membantu perbaikan dalam mengajar Model mengajar dapat membantu proses belajar mengajar dan meningkatkan keefektifan mengajar. Bagi guru,fungsi- fungsi model mengajar yang telah diuraikan diatas akan digunakan oleh guru dalam mengembangkan model-model yang ia anggap sesuai tujuan, bahan dan sarana mendukung dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar.

18 2.1.1.3 Kriteria Model Pembelajaran Istilah model mempunyai arti yang luas daripada strategi dan prosedur. Trianto dalam Ericson dalam http://ariplie.blogspot.co.id/2015/03/ pengertian-dan-ciri-ciri-model.html, menyebutkan bahwa model memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode dan prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: (1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan yang akan dicapai); (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan dapat tercapai; Berdasarkan pengertian diatas untuk melihat kedua aspek tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu model yang ada perlu diseleksi model mana yang paling baik untuk mengajarkan materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pemilihan model membutuhkan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu. 2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1).Sagala (dalam Sumantri, 2015, h. 49) berpendapat, Pembelajaran kooperatif adalah suatu model dimana siswa belajar dan

19 bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. 2).Darsono (dalam Sumantri, 2015, h. 50) mengemukakan bahwa kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses. Jadi, kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pola belajar kelompok dengan cara kerja sama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, juga dapat meningkatkan nilai sosial bangsa Indonesia seperti gotong royong, dan toleransi yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya. 2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Slavin (dalam Sumantri, 2015, h. 53) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model kooperatif adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang merka butuhkan supaya bias menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Sedangkan tujuan pemebelajaran kooperatif secara umum yaitu:

20 1). Hasil belajar akademik, yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit 2). Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima temantemannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. 3). Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. 2.1.2.3 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi mengajar alternatif yang merupakan perbaikan dari kelemahan konvensional. Bila dibandingkan dengan yang masih bersifat konvensional, kooperatif memiliki beberapa keunggulan, menurut Cilibert- Macmilan (dalam Isjoni, 2009, h. 23) yaitu: Keunggulan kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok.

21 Tabel 2.1 Perbedaaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penugasan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dalam kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipimpin secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin, bagi para anggota klelompok. Konvensional Kelompok Belajar Konvensional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendorong keberhasilan pemborong. Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok yang sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

22 Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemauan komunikasi, mempercayai orang lain dan mengelolan konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompk yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Penekanan hanya sering pada penekanan tugas. Sumber: Killen, (dalam Trianto, 2007, h. 44) Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun pada kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses sehingga

23 memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stay Two Stray Proses belajar yang dilakukan di dalam kelas menuntut guru untuk menggunakan pendekatan, strategi, metode, model dan teknik dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Sumantri (2015, h. 49) menyebutkan model kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan Suprijono (2010, h. 45-46) mengemukakan: Model merupakan landasan praktik hasil penurunan psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model memiliki berbagai macam jenis salah satunya yaitu model Two Stay Two Stray. Model Two Stay Two Stray ini merupakan model dua tinggal dua tamu. Menurut Suprijono (2009, h. 20) Pembelajaran dengan model TSTS ini diawali dengan pembagian kelompok setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahn yang harus mereka diskusikan jawabannya. Sedangkan Lie (2010, h. 61) berpendapat, Teknik belajar mengajar dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun

24 1992 dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model TSTS mewajibkan peserta didik untuk membuat kelompok agar dapat menyelesaikan tugas kelompoknya dengan baik. Dengan kerja kelompok akan menimbulkan hubungan kerjasama yang positif bagi peserta didik karena mereka akan melakukan hal-hal yang baik. Selama proses kerja kelompok berlangsung peserta didik akan mempelajari materi yang berkaitan dengan tugas kelompok yang diberikan guru berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan adanya anggota kelompok lain yang bertamu memberikan sumbangan informasi mengenai materi selama belajar bersama dalam kelompok. Model TSTS ini mudah diterapkan dalam semua jenjang kelas karena pada dasarnya model TSTS seperti kelompok diskusi. Model TSTS melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status dan melibatkan peran aktif peserta didik. Guru dalam pelaksanaan model ini hanya sebagai oembimbing karena kegiatan belajar sepenuhnya dilakukan oleh peserta didik bersama kelompoknya. 2.1.3.2 Langkah langkah model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay Two Stray Menurut Suprijono (2012, h. 93), langkah-langkah kooperatif tipe TSTS sebagai berikut :

25 1) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (susunan ideal 4 orang) 2) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya, guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang dimengerti. 3) Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas 8 sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. 4) Tugas tuan rumah adalah menyajikan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang, sedangkan tugas dua duta atau tamu diwajibkan jalan-jalan (bertamu) ke kelompok lain dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut. 5) Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jalanjalan bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok lain ke anggota dari kelompoknya sendiri. 6) Dan yang bertugas sebagai tamu maupun yang bertugas sebagai penerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan Skema pergantian anggota kelompok dalam model ini adalah sebagai berikut (untuk memudahkan penjelasan, dibahas kasus untuk jumlah peserta didik dua belas orang).

26 Diskusi Pertama A B C D Diskusi Kedua A B E P E F P Q C Q D F G H R S G H R S Gambar 2.1 Dinamika Perpindahan anggota kelompok dalam metode Two Stay Two Stray 2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stray Menurut Fathurrahman (2015, h. 91), Kelebihan model Two Stay Two Stray adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia siswa. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok, tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorentasi kepada keaktifan siswa. Selanjutnya, menurut Fathurrahman (2015, h. 91),kekurangan dari model kooperatif tipe TSTS adalah jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil, dan kunjungan dari 2 orang anggota kelompokyang satu ke kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan kelas serta dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Selain itu, guru juga harus membutuhkan banyak persiapan.

27 2.1.4 Keaktifan Belajar 2.1.4.1. Pengertian Keaktifan Belajar Keaktifan belajar siswa adalah aktivitas belajar siswa dimana siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan dapat menyelesaikan tigas-tugas yang diberikan oleh guru. Keaktifan belajar tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah tetapi juga diluar sekolah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006, h. 23), keaktifan belajar secara harfiah berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat, aktif mendapat awalan ke- dan an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan, jadi keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar disekolah maupun diluar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan siswa adalah pada waktu guru mengajar, guru harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani. Menurut Sriyono (http://ipotes.wordpress.com/2008) Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

28 Menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2007, h. 99), aktivitas atau kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut: a. visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi dan pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. moral activities, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan iterupsi. c. listening activities, sebagai contoh mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan radio, mendengarkan musik, dan pidato. d. writing activities, seperti misalnya menggambar, membuat grafik, membuat peta, diagram, pola, dan membuat chart. e. motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, meyelenggarakan permainan, kegiatan menari, berkebun, berternak. f. mental activities, sebagai contoh misalnya:merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan, mengambil keputusan. g. emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, membedakan, merasa bosan, senang atau gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

29 2.1.4.2.Karakteristik Siswa Aktif Kata aktif diartikan sebagai giat, rajin, dalam berusaha dan bekerja. Dalam hal ini adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah serta ikut berpartisipasi dalam setiap tahapan yang menunjang keberhasilan siswa belajar. Adapun karakteristik siswa aktif yang dikemukakan oleh Sudjana dan Arifin (2008, h. 23) yaitu: 1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahanya. 2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 3) Penampilan berbagai usaha atau keaktifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mecapai keberhasilannya. 4) Kebebasan dan keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). Dengan demikian berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan karakteristik siswa aktif yaitu yang memiliki keberanian dalam menampilkan minat, berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, memiliki keaktifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar serta memiliki kemandirian dalam belajar untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. 2.1.4.3.Indikator Siswa Aktif Untuk melihat terwujudnya cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar yang dikemukakan oleh Sudjana (2010, h. 21-22), terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif yaitu sebagai berikut: 1) Dilihat dari sudut pandang siswa: a) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan. b) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan proses dan kelanjutan belajar. c) Penampilan berbagai usaha atau keaktifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya.

30 d) Kebebasan atau keleluasaan hal tersebut yang disebutkan diatas tanpa adanya tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). 2) Dilihat dari sudut pandang guru: a) Adanya usaha mendorong, membina, gairah mengajar dan partisipasi siswa secara aktif. b) Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar siswa. c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan kemampuannya masing-masing. d) Guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multimedia. 3) Dilihat dari segi program: a) Program cukup jelas dan dapat dimengerti siswa dan menarik siswa untuk melakukan kegiatan belajar. b) Tujuan intruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik. c) Bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip dan keterampilan. 4) Dilihat dari situasi belajar: a) Situasi hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah. b) Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. 5) Dilihat dari sarana belajar: a) Memadainya sumber-sumber belajar bagi siswa. b) Fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran. d) Kegiatan siswa yang tidak terbatas di dalam kelas saja tetapi di luar kelas. 2.1.4.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar Keaktifan siswa dalam proses dapat dirangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007, h. 84),sebagai berikut : 1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan

31 2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar siswa) 3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa 4. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari) 5. Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya 6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan. 7. Memberi umpan balik (feed back) 8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur. 9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan setiap diakhir pelajaran Menurut pemaparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan yang paling penting adalah memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa karena dengan adanya dorongan siswa dapat lebih terpacu semangatnya dalam. Sebuah dorongan dapat berperan penting bagi diri siswa, misalnya siswa yang tadinya merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya, setelah mendapat dorongan dan semangat dari guru, maka siswa tersebut lebih tertantang dan lebih aktif menyelesaikan tugasnya. 2.14.5. Kriteria Keaktifan Belajar Siswa Sudjana (2010, h. 61) menyatakan, kriteria keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal sebagai berikut : 1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah. 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Melaksanakan diskusi kelompok. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya. 7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah 8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya

32. Indikator keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari beberapa aktivitas diantaranya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, dimana dapat dilihat siswa yang benar-benar mendengarkan penjelasan guru pasti akan aktif mengajukan idenya. Indikator lain yaitu kerjasama kelompok dimana bisa dilihat dari keaktifan siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya dan mengeluarkan ide-ide cemerlang.

33 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 No Nama Judul Tempat Pendekata Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Peneliti/tahun penelitian n & analisis 1 Mariana Penerapan SMA Negeri 6 Pendekatan Proses Penelitian Model Ulfa/2012 Model Bandung kuantitatif terdahulu dan Pembelajaran dengan penerapan Penelitian yang yang digunakan Student Team model akan dilakukan pada penelitian Achievement untuk terdahulu adalah Division (STAD) Student Team mengetahui model Untuk Achievement Keaktifan belajar

34 Meningkatkan Division (STAD) siswa Student Team Keaktifan Siswa terbukti dapat Achievement Dalam Mata meningkatkan Division (STAD) Pelajaran keaktifan belajar Akuntansi di siswa SMA Negeri 6 Bandung 2. Iwan PENGARUH SMP Negeri 2 Pendekatan Hasil perhitungan Penelitian Penelitian Kurniawan/20 PENGGUNAAN Cibungbulang kuantitatif dan analisis data terdahulu dan terdahulu 12 TEKNIK TWO hasil penelitian Penelitian yang dilakukan untuk STAY TWO menunjukkan akan dilakukan mengetahui STRAY (TSTS) adanya perbedaan menggunakan pengaruh model TERHADAP penggunaan model model HASIL Two Stay Two

35 BELAJAR kooperatif teknik kooperatif tipe Stray terhadap BIOLOGI TSTS terhadap Two Stay Two hasil belajar siswa SISWA KELAS hasil belajar Stray VII biologi siswa kelas VII.

36 3 Nita Efektivitas MA Ali Pendekatan Terdapat pengaruh Penelitian Penelitian listiyani/2014 penerapan model Maksum kuantitatif model terdahulu dan terdahulu penelitian yang dilakukan untuk kooperatif tipe kooperatif tipe akan dilakukan mengetahui Two Stay Two Two Stay Two menggunakan efektivitas dari Stray terhadap Stray terhadap model model keaktifan dan keaktifan dan hasil hasil belajar belajar siswa di kooperatif tipe kooperatif Two siswa MA Ali Maksum. Two Stay Two Stay Two Stray Model Stray terhadap keaktifan dan kooperatif tipe hasil belajar siswa Two Stay Two Stray juga lebih

37 efektif terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa.