BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang bekerja. Namun dalam hal ini nampaknya pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. islam adalah realisasi dari tujuan utama ibadah dan perinciannya tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang perkawinan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya unifikasi

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERZINAHAN DALAM PERSPEKTIF KUHP

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Usaha pembaharuan

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA


BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga,

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat dan watak yang masing masing berbeda, membutuhkan hukum untuk mengatur kehidupannya agar dapat berjalan tertib dan lancar, selain itu juga untuk menyelesaikan masalah masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat tersebut. Kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain itu oleh hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga tubrukan tubrukan itu bisa ditekan sekecil kecilnya. 1 Pembentukan berbagai peraturan hukum merupakan usaha guna mengatur berbagai hal yang terjadi sepanjang kehidupan manusia yaitu sejak lahir hingga kemudian kematian menjemputnya. Mengenai hal ini secara eksplisit terdapat dalam penjelasan UUD 1945 tentang sistem pemerintahan negara butir 1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Hal ini berarti segala sesuatu harus berdasarkan pada hukum 1 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 53

2 yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Sebenarnya hukum bukanlah sebagai tujuan tetapi dia hanyalah sebagai alat. Yang mempunyai tujuan adalah manusia. Akan tetapi karena manusia sebagai anggota masyarakat tidak mungkin dapat dipisahkan dengan hukum. 2 Secara kodrati manusia diciptakan oleh Tuhan adalah berpasang pasangan dengan tujuan untuk membentuk suatu kehidupan yang tentram dan nyaman, selain itu juga untuk mendapatkan keturunan demi kelangsungan hidupnya. Untuk mencapai hal tersebut manusia melakukan suatu perkawinan. Perkawinan dengan lawan jenis merupakan salah satu cara untuk mencapai hal tersebut. Dengan adanya perkawinan tersebut diharapkan dapat menciptakan keluarga yang sejahtera, oleh karena itu maka dibentuklah peraturan mengenai perkawinan. Perkawinan itu sendiri tidak hanya berunsur jasmani saja tapi juga rohani. Unsur perkawinan jasmani dan rohani berarti suatu unsur untuk mewujudkan kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat, bukan hanya lahiriah tapi juga batiniah, bukan hanya dalam gerak langkah yang sama dalam karya tetapi juga gerak langkah dalam doa, sehingga kehidupan rumah tangga itu rukun dan damai karena sesama anggota keluarga telah berjalan dalam mencapai tujuan yang sama. Kedua unsur dalam perkawinan ini sama pentingnya dalam menjalankan suatu perkawinan agar tercapai tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut tidak cukup hanya 2 Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, (Jakarta : Badan Penerbit Iblam, 2006), hlm. 11

3 dipenuhi dengan materi saja tapi juga harus ada suatu interaksi secara rohani dalam bentuk komunikasi yang baik antara para pihak, bimbingan dan juga keharmonisan dalam menjalani kehidupan mereka. Tidak diharapkan suatu perkawinan tersebut akan berakhir dengan perceraian atau perpisahan. Setiap orang yang melangsungkan perkawinan pasti berharap bahwa perkawinan yang mereka lakukan hanyalah satu kali untuk selamanya, langgeng dan berharap rumah tangga mereka tidak berakhir dengan perceraian. Namun perceraian dapat terjadi bila diantara kedua belah pihak sudah tak ada lagi kecocokan dan tak ada niat lagi untuk meneruskan kehidupan keluarganya. Banyak faktor yang menyebabkan adanya perceraian dalam perkawinan, salah satunya adalah karena perzinahan, jadi diantara kedua pihak tersebut salah satu atau bahkan keduanya melakukan perzinahan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Perzinahan dalam Hukum Pidana Indonesia diatur dalam Pasal 284 KUHP : Ayat 1 : Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan: Ke-1 a. Seorang pria telah nikah yang melakukan zina, padahal diketahui, bahwa pasal 27 BW berlaku baginya; b. Seorang wanita telah nikah yang melakukan zina;

4 Ke-2 a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui bahwa yang turut bersalah telah nikah; b. Seorang tidak nikah yang turut serta melakukan perbuatan itu padahal diketahui olehnya, yang turut bersalah telah nikah dan pasal 27 BW berlaku baginya; Ayat 2 : Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bila mana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam 3 bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja dan tempat tidur karena alasan itu juga. Ayat 3 : Terhadap pangaduan ini tidak berlaku Pasal 72,73 dan 75. Ayat 4: Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.

5 Ayat 5: Jika bagi suami-istri berlaku Pasal 27 BW, pengaduan tidak dapat diindahkan selama pernikahan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum keputusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. 3 Dalam Pasal 284 KUHP disebutkan bahwa suatu peristiwa dianggap suatu perzinahan bila seorang atau kedua orang yang melakukan hubungan suami istri tanpa adanya suatu ikatan perkawinan yang sah menurut negara dan agama. Serta suatu tindakan perzinahan tersebut hanya dapat dilakukan tindakan hukum apabila adanya suatu pengaduan dari suami/istri dari salah satu atau kedua orang dari pasangan yang melakukan perbuatan zinah. Zinah dapat dihukum secara pidana hanya jika ada salah satu pihak yang merasa dirugikan sebagai korban perkosaan. Jika terbukti kedua belah pihak melakukannya secara suka sama suka, gugatan juga tetap dapat diajukan, misalnya dari tuntutan mengambil hak milik yang bergerak atau mencuri kehormatan. 4 Dengan kata lain tanpa adanya pengaduan dari pasangan yang berbuat zinah, perbuatan zinah tersebut tidak dapat dilakukan tindakan hukum. 3 Indonesia, Kitab Undang Undang Hukum Pidana Nomor 1 Tahun 1946, LN. RI. No. 74 Th 1999, TLN No. 3850, Pasal 284 4 Zina tidak ada larangannya, http://nasional.kompas.com, (diakses pada tanggal 24 Februari 2011 pukul 19.24 WIB)

6 Di wilayah Negara Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, jelas bahwa pengaturan Hukum Pidana Indonesia dalam KUHP tentang zinah tersebut tidak sama dengan Hukum Islam. Bahkan terdapat perbedaan pengaturan yang sangat mencolok. Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan Hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akherat kelak, dengan jalan mengambil yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. 5 Allah SWT telah menurunkan syariat Islam yang mengatur tentang hukuman bagi tindak pelanggaran kesusilaan yang berupa zinah. Hukum Islam memandang, suatu yang disebut zinah adalah hubungan persetubuhan diluar perkawinan, Hukum Islam tidak mempersoalkan apakah pelakunya tersebut telah kawin atau belum. Pelaku yang telah terikat perkawinan disebut muhshan dan pelaku zinah yang belum terikat perkawinan disebut ghairu muhshan, masing-masing tersebut mempunyai ancaman hukuman yang berbeda-beda. 6 Perbuatan zinah dalam Hukum Islam juga tidak mengenal adanya pengaduan karena zinah dianggap dosa besar yang harus ditindak tanpa menunggu pengaduan dari orang yang bersangkutan. Jadi 61 5 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 1998), hlm. 2001), hlm. 154 6 Adian Husaini, Rajam dalam Arus Budaya Syahwat, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar,

7 ada perbedaan pengaturan secara jelas mengenai zinah dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Indonesia (KUHP) dan Hukum Islam. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaturan zinah dalam Hukum Pidana Indonesia (KUHP) dan Hukum Islam. Sehingga dalam penulisan hukum ini penulis memilih judul Perbandingan Zinah (Overspel) dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Zinah (Hubungan Luar Kawin) dalam Hukum Islam. B. Pokok Permasalahan Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa permasalahan seputar pengaturan tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaturan tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam? 2. Bagaimanakah sanksi tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam? C. Pembatasan Masalah Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas agar tinjauan yang dibahas dalam penulisan ini tidak terlalu luas penjabarannya. Permasalahan yang akan penulis bahas hanya mengenai pengaturan tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam serta

8 menyangkut permasalahan permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan ini. D. Tujuan Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1. Untuk mengetahui pengaturan tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam. 2. Untuk mengetahui sanksi tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam. E. Metode Penulisan Metode penelitian yang penulis gunakan adalah analisis yuridis dengan penelitian normatif. Penelitian normatif adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap data data yang berupa Law In Book. Bentuk penelitian normatif adalah suatu bentuk penelitian dengan melihat studi kepustakaan, dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. Dalam penelitian hukum, bentuk ini dikenal sebagai Legal Research, dan jenis data yang diperoleh disebut data sekunder. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk menelusuri dan menganalisis peraturan, mengumpulkan dan

9 menganalisis vonis atau yurisprudensi, membaca dan menganalisis kontrak atau mencari, membaca dan merangkum dari suatu buku acuan. 7 Metode pengumpulan data yang akan penulis lakukan dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan penelitian kepustakaan yang meliputi : a. Bahan Hukum Primer yaitu KUHP dan Kitab Suci Al Quran. b. Bahan Hukum sekunder yaitu buku buku serta bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer yaitu berupa penjelasan Undang Undang. 8 c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang berkaitan dengan bahan hukum primer dan sekunder, misalnya wacana dari internet dan brosur brosur. 7 Valerine J. L Kriekhoff, Penelitian Kepustakaan dan Lapangan Dalam Penulisan Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Bidang Hukum, UPT Penerbitan Universitas Tarumanegara, 1996, hlm. 18 8 Henry Arianto, Modul Kuliah Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul, 2009), hlm. 7

10 F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang akan penulis bahas dalam penulisan ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai latar belakang permasalahan mengenai pengaturan tentang zinah dalam KUHP dan Hukum Islam, serta menentukan pokok permasalahan, pematasan masalah, tujuan penulisan, definisi operasional, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA KESUSILAAN MENURUT KUHP. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pengertian tindak pidana kesusilaan, yang akan dibagi dalam beberapa sub bab yaitu pengertian tindak pidana, unsur unsur tindak pidana, jenis jenis tindak pidana, teori pemidanaan, sanksi pidana, dan tindak pidana kejahatan terhadap kesusilaan.

11 BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PIDANA ISLAM Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pengertian hukum pidana Islam, yang akan dibagi dalam beberapa sub bab yaitu pengertian Islam, pengertian Hukum Islam, prinsip prisip hukum Islam, tujuan hukum Islam, sumber sumber hukum Islam, asas asas Hukum Islam, dan hukum pidana Islam. BAB IV PEMBAHASAN MENGENAI PENGATURAN DAN SANKSI ZINAH MENURUT KUHP DAN HUKUM ISLAM Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pengaturan dan sanksi mengenai zinah menurut KUHP dan Hukum Islam. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis akan memberikan kesimpulan atas penulisan yang penulis lakukan serta penulis akan memberikan saran yang sekiranya dapat menjadi saran yang baik dalam permasalahan mengenai perzinahan.