I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN CAMAT SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) SEMENTARA DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (2) UUPA menyatakan bahwa seluruh bumi, air dan ruang

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN. Pressindo, Jakarta, 2009, hlm Erwin Kallo, Panduan Hukum Untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun, Minerva Athena

SURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. Kepastian Hukum Pengaturan Tata Cara Pengisian Blanko Akta Pejabat. Pembuat Akta Tanah di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah permukaan bumi yang dalam penggunaannya meliputi juga

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. Akta Tanah. 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa Pejabat Pembuat

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERANAN CAMAT SELAKU PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM PERTANAHAN DI WILAYAH KECAMATAN

BAB V PENUTUP. penulis laksanakan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa. diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik dan sekaligus bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB V PENUTUP. kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan. bangku perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

Lex et Societatis, Vol. III/No. 8/Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah. bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum,

BAB I PENDAHULUAN. pertanahan merupakan kebutuhan dasar (basic reed) masyarakat secara keseluruhan, karena itu diperlukan penanganan secara serius.

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sumber daya

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tanah juga dapat memberi lapangan pekerjaan baru baik secara perorangan. dijadikan perkebunan, perumahan, pertokooan dll.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting.

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

BAB I PENDAHULUAN. tanam, berusaha dan tempat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah telah memberlakukan regulasi di bidang pertanahan, di antaranta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah diseluruh Indonesia. Pemerintah dalam rangka mewujudkan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, telah menyediakan suatu lembaga yaitu Lembaga Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur untuk memberikan kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah, penyediaan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, serta untuk terselenggaranya tertib administrasi. Kegiatan pendaftaran tanah tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah ataupun pemegang hak, untuk mendaftarkan haknya guna memperoleh bukti kepemilikan hak yang berupa sertipikat hak atas tanahnya.

2 Untuk melakukan kegiatan pendaftaran diserahkan kepada lembaga pemerintah non departemen yaitu Badan Pertanahan Nasional yang bertugas melaksanakan akan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Badan Pertanahan Nasional dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional, sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Seiring dengan perkembangan di bidang pertanahan, peraturan tersebut mengalami berbagai perubahan dan yang terakhir adalah Peraturan Presiden Nomor: 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, disingkat BPN RI, selanjutnya disebut Perpres 10/2006. Adapun tugas BPN dinyatakan dalam Pasal 2 Perpres 10/2006 yaitu melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Menurtu Ali Achmad Chomzah (2001: 6), diadakannya pendaftaran tanah akan membawa akibat hukum yaitu diberikannya surat tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut sebagai sertifikat tanah kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Hal ini sesuai dengan Pasal 32 Ayat (1) PP 24/1997 bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

3 Masalah-masalah yang berkaitan dengan tanah dari hari ke hari menunjukan kecenderungan yang semakin kompleks. Benturan-benturan kepentingan yang mengakibatkan sengketa di bidang pertanahan dalam masyarakat baik antar perorangan, perorangan dengan pemerintah, maupun antar lintas sektoral saat ini biasanya menyangkut kepastian hukum atas tanah. Guna terciptanya kepastian hukum hak atas tanah diperlukan pendaftaran tanah. Masalah pendaftaran tanah ini telah diatur oleh pemerintah Indonesia, yaitu dengan dikeluarkannya dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, memberikan batasan dan ketentuan khusus mengenai Pendaftaran Tanah tersebut, hal ini diharapkan di dalam pemerataan pembangunan nasional umumnya dan permasalahan pendaftaran tanah khususnya dapat terlaksana dan membuahkan hasil yang maksimal. Selanjutnya di dalam Pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatankegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan Peraturan Perundang- Undangan yang bersangkutan. PPAT terdiri dari tiga kelompok yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris, Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat pembuat Akta Tanah dengan wewenang khusus. Camat sebagai salah satupejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara memiliki peran yang sama dan sejajar dengan peran PPAT Notaris. Artinya dalam menjalankan jabatannya tersebut, Camat sebagai PPAT Sementara harus samasama berpedoman dan berpegang pada Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

4 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Tapi Meskipun peran atau kewajiban sama dan sejajar antara PPAT Sementara dengan dengan PPAT Notaris sebagaimana yang sudah diatur dan ditentukan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998, tetapi di dalam kenyataannya masih ada terjadi penyimpangan, di antaranya dalam hal pemasangan papan nama PPAT Sementara, pada umumnya Camat tidak melakukan pemasangan papan nama dan hal ini tentunya terjadi penyimpangan. Hal ini dapat disebabkan bagi Camat, Jabatan PPAT hanyalah tugas tambahan dan masih banyak tugas-tugas pemerintahan yang lain yang belum terselesaikan, sehingga cukup papan nama saja camat saja. Sesuai dengan uraian di atas maka diketahui bahwa tanggung jawab camat selain mempunyai tugas sebagai kepala wilayah, camat berperan juga sebagai PPAT Sementara jika telah mengajukan permohonan dan telah diangkat. Sebab semua itu adalah atas permohonan dan kemauan dari camat itu sendiri. Terkait dengan posisi dan kedudukan sebagai pengayom pamong praja dan penyuluh masyarakat, maka Camat wajib memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada praktiknya di lapangan kewenangan camat sebagai PPAT Sementara, termasuk Camat Pagar Dewa, dihadapkan pada beberapa kendala, di antaranya adalah keaktifan camat sebagai PPAT Sementara dalam proses pendaftaran tanah, paling banyak dilakukan hanya dalam hal pembuatan Akta Jual Beli (AJB), padahal kewenangan yang dimilikinya lebih dari itu. Hal ini dikarenakan masyarakat banyak yang yang kurang memahami dan kurang mendapat

5 penyuluhan bahwa peran Camat Sebagai PPAT Sementara juga meliputi: hibah, tukar menukar, pembagian hak bersama dan lain-lain. Pada sisi lain Camat sebagai PPAT Sementara, tidak melakukan pelaporan secara rutin setiap bulan, karena umumnya tidak ada transaksi pembuatan akta dalam satu bulan sehingga tidak perlu melapor ke Badan Pertanahan Nasional. Padahal ada atau tidak akta yang dibuat jika telah menjabat baik sebagai PPAT Notaris ataupun PPAT Sementara, wajib menyampaikan laporan, meskipun isi laporan tersebut adalah nihil. Pengangkatan Camat sebagai PPAT Sementara, secara otomatis menjadikan Camat memiliki peran dan kewajiban yang sama dengan PPAT Notaris, demikian pula dalam hal membuat laporan bulanan, hal ini wajib dilakukan setiap bulannya meskipun dalam bulan yang berjalan tidak ada transaksi. Laporan bulanan ini berfungsi sebagai alat pengontrol bagi Badan Pertanahan Nasional. Camat sebagai PPAT Sementara memiliki tanggungjawab yang berat dan mempunyai peran yang sangat penting di bidang pertanahan khususnya dalam proses pendaftaran tanah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan fungsi dan perannya tersebut harus dilaksanakan dan dilakukan dengan baik dan benar, terutama dalam penanganan dan pembinaan terhadap permasalahan yang akan timbul ke permukaan mengenai pendaftaran tanah di wilayah kerjanya. Mengingat penting dan strategisnya masalah pertanahan, maka sudah seharusnya camat sebagai PPAT Sementara berkewajiban mengusahakan terciptanya tertib administrasi pertanahan, termasuk penggunaan, pemanfaatan dan keabsahaan hak-hak atas tanah di wilayahnya, sehingga tercipta kepastian hukum dalam bidang pertanahan.

6 Kendala lain yang dihadapi camat sebagai PPAT Sementara adalah banyaknya tugas dalam bidang pemerintahan yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai kepala wilayah kecamatan, sehingga membuat peran sebagai PPAT Sementara hanya merupakan tugas sampingan, akibatnya semua urusan yang berperan sebagai PPAT Sementara cenderung diserahkan kepada staf. Selain itu kurangnya penyuluhan-penyuluhan dari Badan Pertanahan tentang arti pentingnya pendaftaran tanah kepada masyarakat, mengakibatkan juga tugas camat jadi bertambah, yaitu juga harus melaksanakan penyuluhan-penyuluhan di antara tugas-tugas lainnya yang telah banyak menunggu. Berdasarkan data prariset pada Kantor Kecamatan Pagar Dewa maka diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat sebanyak 16 warga yang mengajukan penerbitan Akta Jual Beli (AJB), padahal menurut catatan terdapat sebanyak 38 kegiatan jual beli tanah yang dilakukan oleh warga di Kecamatan Pagar Dewa. Artinya warga yang mengurus AJB hanya mencapai 42,10%, sedangkan sebanyak 57,90% tidak melaporkan ke Camat. Hal ini menunjukkan kesadaran warga untuk mengurus legalitas hak milik atas tanahnya masih relatif rendah dan menunjukkan camat kurang berperan dalam penerbitan Akta Jual Beli tanah di Kecamatan Pagar Dewa (Sumber: Prariset pada Kantor Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Selasa 10 Juni 2014). Mengingat penting dan strategisnya masalah pertanahan, maka sudah seharusnya camat sebagai PPAT Sementara berkewajiban mengusahakan terciptanya kepastian hukum dan tertib adminsitrasi pertanahan, termasuk penggunaan, pemanfaatan dan keabsahan pemilikkan hak-hak atas tanah di wilayahnya dengan

7 cara mempersiapkan dirinya agar selalu memiliki kemampuan yang tinggi untuk menghindari kendala-kendala di lapangan yang semakin kompleks. Pengangkatan Camat sebagai PPAT Sementara pada dasarnya untuk memenuhi kekurangan formasi PPAT Notaris, sehingga perlu dipertimbangkan juga mengenai latar belakang pendidikan dari Camat itu sendiri, karena pendidikan sangat mempengaruhi kesanggupan camat dalam perannya sebagai PPAT Sementara. Dengan pendidikan yang memberikan ketrampilan khusus dan pengetahuan yang luas tentang hukum tanah, maka pelaksanaan peran dan kewajibannya sebagai PPAT Sementara akan terpenuhi. Kecamatan Pagar Dewa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dipimpin seorang camat yang menjabat sebagai PPAT Sementara. Dengan demikian maka camat memiliki kewenangan dalam bidang pertanahan di wilayah kecamatan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan melakukan penelitian mengenai implementasi kewenangan camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah implementasi kewenangan camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kewenangan camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat

8 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat berguna untuk pengembangan bidang kajian Ilmu Manajemen Pemerintahan, khususnya kajian yang berkaitan dengan kewenangan camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di wilayah pemerintahan kecamatan. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat pada umumnya dan bagi Camat Pagar Dewa pada khususnya dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Selain itu sebagai salah satu referensi atau sumber informasi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian dengan kajian mengenai kewenangan camat pada masa-masa yang akan datang.