BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi panas

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paguyaman kabupaten Boalemo pada

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

LAMPIRAN 1 : Tabel. Usia Anak

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dan kedokteran gigi. Salah satu fasilitas pelayanan

Ditetapkan Tanggal Terbit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah

DRUG RELATED PROBLEMS

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN REKAM MEDIK PUSKESMAS KARANGLEWAS. No Dokumen :PD/C.VII/UKP/ /IV/2016 Tanggal Terbi:4 April No Revisi : -

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN DEMAM PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI DESA BAKALAN BANJARSARI SURAKARTA

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

BAB III ANALISA KASUS

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

KEDARURATAN LINGKUNGAN

LAMPIRAN. Cumulative Percent Valid di bawah lidah di ketiak Total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Febris 2.1.1 Definisi Febris Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi panas yang tidak mampu untuk dipertahankan karena terjadinya peningktan suhu tubuh abnormal (Valita, 2007). Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau sters, suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas ataupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2008). Sedangkan menurut (Widjaja, 2001) Febris atau demam merupakan reaksi alamiah dari tubuh manusia dalam usaha manusia untuk melakukan perlawanan terdapat beragam penyakit yang masuk atau yang berada di dalam tubuh manusia. Normalnya suhu tubuh manusia berkisar antara 36 0-37 0 C, di mana pada suhu tersebut diartikan sebagai keseimbangan antara produksi panas tubuh yang diproduksi dan panas yang hilang dari tubuh. Penyakit febris atau demam Tidak hanya diderita pada anak-anak, tetapi pada manusia dewasa maupun lansia juga, tergantung dari sistem imun setiap individu itu sendiri (Hidayat, 2008). Kerugian yang bisa terjadi karena disebabkan oleh febris atau demam yaitu penderita febris dapat mengalami dehidrasi karena pada saat demam terjadi peningkatan pengeluran cairan tubuh yang berlebih (Purwanti, 2008). Oleh karena itu sebaiknya penderita di usahkan agar banyak minum air dan banyak istirahat.

Pada penurunan suhu badan dengan antipiretik, hendaknya antipiretik diberikan pada saat dibutuhkan sekali yaitu bila suhu >39 0 C. (Waspadji, 1996). 2.1.2 Etiologi Penyebab utama terjadinya demam yaitu Infeksi virus, bakteri, fungus dan parasit lainnya. Hal ini merupakan penyebab demam yang utama (Munandar, 1979). Demam dihasilkan oleh pirogen endogen yang bekerja pada mekanisme pengatur suhu tubuh di sistem saraf pusat. Pirogen terpenting yang bertanggung jawab atas demam adalah interleukin 1. Produksi hasil bakteri, virus, serta jamur merangsang pelepasan interleukin 1 dari makrofag, serta juga produksi sitokin-sitokin lain, sehingga menghasilkan demam dan manifestasi lain respon radang (Rudolph, 2006). 2.1.3 Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi: Fase 1 awal ( dingin/ menggigil) Tanda dan gejala a. Peningkatan denyut jantung b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot d. Peningkatan suhu tubuh e. Pengeluaran keringat berlebih f. Rambut pada kulit berdiri

g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah Fase 2 ( proses demam) Tanda dan gejala a. Proses mengigil lenyap b. Kulit terasa hangat / panas c. Merasa tidak panas / dingin d. Peningkatan nadi e. Peningkatan rasa haus f. Dehidrasi g. Kelemahan h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat) i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein. Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala a. Kulit tampak merah dan hangat b. Berkeringat c. Mengigil ringan d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013). 1.1.4 Diagnosis Pada dasarnya harus diperhatikan untuk mencapi ketepatan diagnosis penyebab demam, antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi

pemeriksaan laboratorium, serta penunjang secara tepat dan holistic (Rahmasnyah, 2010). 2.2 Penatalaksanaan Febris Pada saat demam ini, terdapat beberapa cara-cara untuk penatalaksanaannya. Cara penatalaksanaan ini di bagi menjadi 2 yaitu dengan obat atau metode farmakologi dan non-obat atau metode terapi. Dalam memberikan penanganan secara obat, penderita dapat diberikan parasetamol karena parasetamol ini adalah suatu obat antipiretik yang sifatnya dapat mengurangi suhu atau menurunkan panas. Namun harap diperhatikan bahwa obat ini hanya mengurangi gejala penyakit dan bukan untuk mengobati penyakit. Selain itu ada juga asetosal selain fungsinya sebagai analgesik atau pengurang rasa nyeri juga sebagai penurun demam yang merupakan salah satu gejala suatu peradangan atau infeksi (Aziz, 2008). Penatalaksanaan febris atau demam menurut (Shvoong, 2010), untuk menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres : 1. Menyiapakan air hangat 2. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke seluruh tubuh 3. Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit kering) 4. Mengeringkan tubuh dengan handuk 5. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati

Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan dibungkus dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut (Nita, 2004). 2.3 Pengobatan Febris Pengobatan febris atau demam dapat menggunakan obat diantaranya yaitu sebagai berikut : 1. Paracetamol (para acetoaminophenol) Suatu obat untuk mengurangi demam (antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat ini aman untuk bayi dan anak sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini dimetabolisme di hati sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan fungsi hati. Efek samping obat (ESO) bersifat reversible, penghentian obat dapat memperbaiki keadaan umum anak dan ESO akan berangsur-angsur hilang sehingga kondisi anak kembali normal. Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis parasetamol berdasarkan BB. Jenis obat yang mengandung parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat badan (BB) per kali pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari. Apabila orang tua kesulitan dalam menghitung dosis hendaknya berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.

Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10 kg atau pada anak dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif sedikit. Pada anak dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet diberikan pada anak usia diatas 12 tahun. Dari penelitian terbukti bahwa pemberian oral dan suppositoria sama efektifnya. Sediaan suppositoria (melalui dubur) diberikan bila pemberian oral tidak memungkinkan, contohnya anak dengan muntah profuse, anak tidur, atau tidak sadar. 2. Ibuprofen Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam membandel yang tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang disertai dengan peradangan. Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali pemberian, maksimal 40 mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen antara lain Proris, Rhelafen, Fenris, Bufect, dll (Anonim, 2009). Dalam memilih obat demam, pilih obat yang tidak mengandung alkohol, karena beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai campurannya (Anonim, 2009). 2.4 Tinjauan Tentang Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis dinas kesehatan pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya

kesehatan Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas (Adi, 2010). Fungsi Puskesmas yaitu untuk: 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat 3. Pelayanan Kesehatan Perorangan 4. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Adi, 2010) 2.4.1 Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Suryanto, 2012). 2.4.2 Manajemen Puskesmas Untuk dapat terselenggaranya upaya kesehatan di Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas yang meliputi : 1. Kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas meliputi penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan of Action (POA) Tahunan, dan POA Bulanan. Perencanaan dilakukan secara menyeluruh

dengan memanfaatkan seluruh sumber anggaran, baik dari APBD, BOK maupun sumber anggaran lainnya. 2. Setelah RUK disetujui oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Puskesmas menyusun RPK/POA Tahunan pada awal tahun berjalan. RPK/POA Tahunan merupakan dokumen perencanaan Puskesmas yang berisi rencana kegiatan untuk mencapai target yang akan dicapai selama satu tahun di wilayah kerjanya. 3. RPK/POA Tahunan dibahas pada forum Lokakarya Mini Puskesmas yang dilaksanakan secara berkala untuk menghasilkan POA Bulanan. Rencana kegiatan pada POA Bulanan dapat berbeda dengan rencana kegiatan pada RPK/POA Tahunan, karena disesuaikan dengan kebijakan dan atau kondisi/permasalahan terkini yang terpantau melalui PWS (Pemantauan Wilayah Setempat), (Kemenkes, 2013). 2.5 Profil Puskesmas Paguyaman Puskesmas Paguyaman terletak di Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Puskesmas Paguyaman memiliki luas wilayah 928 km 2 yang terdiri dari daratan, persawahan, pengunungan sebagai berikut: Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Berbatasan dengan Puskesmas Berlian : Berbatasan dengan Kecamatan Boliyohuto Kab Gorontalo : Berbatasan dengan Kecamatan Paguyaman Pantai : Berbatasan dengan Puskesmas Bongo Nol Paguyaman Medical Center kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo dewasa ini melaksanakan pembangunan disegala bidang terutama bidang peningkatan

kesehatan wajib dan kesehatan pengembangannya. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Secara administratif Puskesmas Paguyaman telah mengalami kemajuan dan perubahan yang signifikan baik segi pelayanan kesehatan dasar termasuk peningkatan Pustu menjadi puskesmas induk hal ini telah beberapa kali terwujud oleh tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sehingga Puskesmas Paguyaman merespon upaya tersebut. Setelah menjadi daerah baru Provinsi Gorontalo dan kabupaten Boalemo. Melahirkan atau meningkatkan status pustu menjadi Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Paguyaman Pantai, Puskesmas Bongo Nol dan tahun 2009 bertambah menjadi Puskesmas Berlian. Puskesmas Paguyaman memiliki wilayah kerja sebagai berikut: No Kecamatan Puskesmas Nama desa Jumlah penduduk Total Laki-laki perempuan 1 Paguyaman Paguyaman Tangkobu 933 1034 1967 Rejonegoro 692 757 1449 Sosial 780 790 1570 Molumbulahe 1097 1112 2209 Kuala lumpur 829 799 1629 Wonggahu 1472 1524 2996 Tenilo 698 679 1377 Hulawa 542 543 1085 Balata jaya 539 574 1113 Girisa 531 571 1102 Karya murni 375 448 823 Jumlah 8488 8831 17.319

2.5.1 Visi dan Misi Puskesmas Paguyaman Sejalan dengan pembangunan kesehatan yang berlandaskan 4 pilar yakni Indonesia sehat 2015, Propesionalisme, desentralisasi, dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, Maka Puskesmas Paguyaman memiliki Visi dan Misi sebagai dasar pelayanan kesehatan masyarakat yaitu: 1. Visi PMC Terbaik Dan Terunggul di Provinsi Gorontalo dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Dasar. 2. Misi 1. Meningkatkan profesionalisme SDM kesehatan 2. Memantapkan manajemen Puskesmas 3. Meningkatkan dan memantapkan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangannya 4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat 5. Meningkatkan peran lintas sektor kecamatan 2.5.2 Tenaga Kesehatan Puskesmas Paguyaman memiliki tenaga kesehatan sebanyak 64 orang yang terdiri dari Dokter umum 2 orang, Dokter gigi 1 orang, Perawat 17 orang, Perawat gigi 1 orang, Bidan 13 orang, Tenaga gizi 6 orang, Apoteker 2 orang, Sanitasi 3 orang, Tenaga kesehatan masyarakat berjumlah 6 orang, Administrasi 5 orang, Sopir 2 orang, Cleaning service 4 orang, dan Juru masak 2 orang.

2.6 Rekam Medis Rekam medis adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik (Siregar dan Amalia, 2013) sedangkan menurut (Permenkes, 2008) Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan yang di berikan kepada pasien. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap pada sarana pelayanan kesehatan sekurang kurangnya memuat : 1. Identitas pasien 2. Tanggal dan waktu 3. Hasil anamnesis, mencakup sekurang kurangnya keluhan dan riwayat penyakit 4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik 5. Diagnosis 6. Rencana penatalaksanaan 7. Pengobatan atau tindakan 8. Persetujuan tindakan bila diperlukan 9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobtan 10. Ringkasan pulang (Discharge summary) 11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan ksehatan 12. Pelayanan lin yang di lakukan oleh tenaga kesehatan tertentu : dan

13. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontograam klinik (Permenkes, 2008). Suatu rekam medis yang lengkap, jika mencakup data identitas dan sosiologis; Sejarah Famili pribadi; sejarah kesakitan yang sekarang; pemeriksaan fisik; pemeriksaan khusus seperti konsultasi, data laboratorium klinik, pemeriksaan sinar X, dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja; penanganan medik atau bedah; patologi mikroskopik dan nyata (gross): kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut; dan temuan otopsi (Siregar dan Amalia, 2003).