UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
Tentang: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA. Indeks: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA.

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 70 TAHUN 1958 (70/1958) Tanggal: 4 SEPTEMBER 1958 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA "SATYA DASAWARSA" BAGI PARA ANGGOTA-ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 65 TAHUN 1958 (65/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG "JALASENA" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1959

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA Undang-Undang Darurat Nomor 2 Tahun 1959 Tanggal 16 April 1959 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1957 TENTANG VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1961 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG KARTIKA EKA PAKCI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PERINGATAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1959 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM MENGENAI TANDA-TANDA KEHORMATAN

Tentang: VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA *) VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1963 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG JASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG SWA BHUWANA PAKSA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1954 TENTANG PENAMPUNGAN BEKAS ANGGOTA ANGKATAN PERANG DAN PEMULIHAN MEREKA KE DALAM MASYARAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1971 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG YUDHA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATYALANCANA "SEROJA" Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1978 Tanggal 6 Pebruari 1978 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 1958 TENTANG SATYALENCANA PERISTIWA GERAKAN OPERASI MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

TANDA-TANDA KEHORMATAN UNDANG UNDANG. NOMOR 4 Drt. TAHUN 1959 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM MENGENAI TANDA-TANDA KEHORMATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1960 TENTANG SATYA LENCANA JASADARMA ANGKATAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 1967 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PJ. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

3.Undang-undang Nomor 70 tahun 1958 (Lembaran-Negara tahun 1958 Nomor 124) tentang Tanda-tanda Penghargaan untuk Anggota-Angkatan Perang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 55 TAHUN 2003 (55/2003) TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Web site SETNEG RI, Kamis, 26 Februari 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PEMBANGUNAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 5 TAHUN 1963 (5/1963) Tanggal: 22 JULI 1963 (JAKARTA)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bintang Jasa. B. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1963 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG JASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA KEAMANAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG MAHAPUTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1957 TENTANG ANGGOTA ANGKATAN PERANG BERDASARKAN IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA)

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : Pasal 113 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN:

SATYALANCANA PERISTIWA GERAKAN OPERASI MILITER VIII "DHARMA PHALA" Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tahun 1968 Tanggal: 25 Juni 1968

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

Indeks: PERATURAN GAJI MILITER PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

U 8/1955, PENETAPAN UNDANG UNDANG DARURAT NO. 10 TAHUN 1951 TEN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1955 (8/1955)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN, PENGHARGAAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PAHLAWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1964 TENTANG SATYALANCANA WIRA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PERINTIS PERGERAKAN KEMERDEKAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN :

Transkripsi:

UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG PRESIDEN, Menimbang : 1.bahwa masa satu windu, sejak saat diresmikan berdirinya Angkatan Perang Republik Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1945 hingga tanggal 5 Oktober 1953, wajib dicatat dalam sejarah Perjuangan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, sebagai masa yang mempunyai arti yang sangat penting bagi tradisi Angkatan Perang Republik Indonesia; 2. bahwa perlu diadakan tanda kehormatan sebagai tanda penghargaan untuk mereka, yang selama masa satu windu itu, terus-menerus sebagai anggota Angkatan Perang, menunjukkan kesetiaan, kesungguhan serta budi pekerti yang baik dalam melakukan tugas dan kewajibannya; 3. bahwa adalah tepat untuk mengambil sebagai dasar undang- undang ini, termasuk suatu tujuan tertentu, ialah membimbing Angkatan Perang Republik Indonesia kearah penegakan dan pemeliharaan tradisi yang luhur, serta membimbing anggota- anggotanya kearah sifat-sifat yang utama dalam pengabdiannya untuk Nusa dan Bangsa; Mengingat : pasal 87 dan pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan

- 2 - Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG. BAB I KETENTUAN-KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Yang dimaksudkan dalam undang-undang ini dengan: a. Presiden, ialah Presiden Republik Indonesia; b. Menteri Pertahanan, ialah Menteri Pertahanan Republik Indonesia; c. masa satu windu ialah masa delapan tahun yang pertama dalam usia Angkatan Perang Republik Indonesia ialah waktu antara tanggal 5 Oktober 1945 sampai tanggal 5 Oktober 1953; d. anggota Angkatan Perang, ialah anggota militer dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Republik Indonesia dengan tidak memandang pangkat dan kedudukannya. BAB II NAMA Pasal 2 Tanda kehormatan yang dimaksudkan dalam undang-undang ini diberi nama: "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia". BAB III

- 3 - BAB III SYARAT-SYARAT UNTUK MENERIMA. Pasal 3 Yang dapat menerima "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" ialah anggota-anggota Angkatan Perang yang pada tanggal 5 Oktober 1953 masih berada dalam dinas aktip dan yang selama masa satu windu sejak diresmikan berdirinya Angkatan Perang Republik Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1945 hingga tanggal 5 Oktober 1953, terus menerus sebagai anggota Angkatan Perang menunjukkan kesetiaan, kesungguhan dan kelakuan serta budi pekerti yang baik dalam melakukan tugas dan kewajibannya untuk Nusa dan Bangsa. Pasal 4 Anggota-anggota Angkatan Perang yang memenuhi syarat-syarat seperti tercantum pada pasal 3 diatas, dan telah gugur pada waktu melakukan tugasnya dalam operasi militer atau meninggal karena sebab-sebab lain, sesudah tanggal 5 Oktober 1953, menerima "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" secara posthuum. Dalam hal yang demikian itu tanda kehormatan ini diterimakan kepada anggota keluarga atau ahli waris yang terdekat. Pasal 5

- 4 - Pasal 5 Presiden. menyimpang dari ketentuan yang mutlak tentang waktu masa dinas, yang menjadi syarat untuk menerima "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia", ialah waktu delapan tahun antara tanggal 5 Oktober 1945 dan tanggal 5 Oktober 1953, dapat menetapkan pemberian tanda kehormatan itu kepada mereka, yang dalam masa delapan tahun itu, telah memenuhi masa dinas terus menerus untuk waktu paling sedikit tujuh tahun. BAB IV BENTUK. Pasal 6 "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" berbentuk: Sebuah medali bersudut delapan beraturan yang dibuat dari perunggu sepuh emas dengan ukuran lebar tiga puluh empat milimeter; ditengahtengah, dalam lingkaran pita dengan kata-kata "Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia", dilukiskan seekor burung Garuda, dengan lukisan sebuah bintang bersudut lima diatas kepalanya, delapan bintang kecil bersudut lima dalam lingkaran pada dadanya, dan sebuah rantai, yang terdiri dari tiga mata rantai dalam cengkeramannya. BAB V

- 5 - BAB V CARA MEMAKAI. Pasal 7 Anggota-anggota Angkatan Perang yang dimaksudkan dalam pasal 3 memakai "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia", lengkap pada pakaian upacara, pada upacara-upacara resmi peringatan Hari Nasional dan Hari Angkatan Perang, pada sebuah pita, yang dibuat dari sutera berukuran lebar tiga puluh empat milimeter, panjang tiga puluh delapan milimeter, berwarna dasar putih, dengan delapan garisgaris merah tegak lurus dan berukuran lebar dua milimeter, pada dada sebelah kiri, diatas saku baju. Pasal 8 Para bekas anggota Angkatan Perang yang telah menerima "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" memakai tanda kehormatan ini hanya pada waktu menghadiri upacara-upacara resmi peringatan Hari Nasional dan Hari Angkatan Perang dalam bentuk dan pada tempat yang sama pada pakaiannya, seperti ditentukan dalam pasal 7 untuk anggota Angkatan Perang. Pasal 9 Anggota-anggota Angkatan Perang diperkenankan memakai medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia"sehari-hari pada pakaian seragam, bukan pakaian upacara, dalam bentuk sebuah pita kecil, yang dibuat dari sutera berukuran panjang tiga puluh empat milimeter, lebar sepuluh milimeter, dengan warna dasar serta jumlah dan ukuran lebar garis-garis merah yang sama seperti pada pita seperti dimaksud dalam pasal 7 diatas, pada dada kiri membujur diatas saku baju. Pasal 10

- 6 - Pasal 10 "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" tidak boleh dipakai oleh anggota Angkatan Perang pada waktu menjalankan: hukuman penjara pidana, hukuman penjara tata tertib tentara, penahanan atau selam menjalankan pekerjaan lain sebagai pengganti penahanan. BAB VI PENCABUTAN. Pasal 11 Hak untuk memakai "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" hilang, apabila anggota Angkatan Perang yang dimaksud dalam pasal 3 : 1. dijatuhi hukuman penjara lamanya 2 (dua) tahun atau lebih; 2. dijatuhi hukuman tambahan berupa dikeluarkan dari Angkatan Perang oleh Pengadilan dengan atau tidak dengan pencabutan hak untuk masuk menjadi anggota alat perlengkapan bersenjata; 3. dikeluarkan dari Angkatan Perang berhubung kelakuannya, berdasarkan ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Tata tertib Tentara, atau berdasarkan hukum administratip; 4. masuk dinas Angkatan Perang negara asing dengan tidak mendapat izin terlebih dahulu dari Presiden Republik Indonesia. Pasal 12 Hak untuk memakai "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" hilang, apabila bekas anggota Angkatan Perang, yang dimaksud dalam pasal 8: 1

- 7-1. dijatuhi hukuman penjara lamanya 2 (dua) tahun atau lebih; 2. dicabut haknya untuk memangku suatu jabatan pada alat perlengkapan bersenjata; 3. dikeluarkan tidak dengan hormat dari jabatan atau pekerjaan Pemerintah. BAB VII PEMBERIAN. Pasal 13 "Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia" diberikan oleh Presiden Republik Indonesia atas namanya oleh Menteri Pertahanan dengan surat tanda kehormatan model tersebut dalam lampiran. BAB VIII PENUTUP. Pasal 14 Peraturan-peraturan selanjutnya, yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemberian tanda kehormatan Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya ditetapkan oleh Menteri Pertahanan. Pasal 15 Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Tanda Kehormatan Sewindu Angkatan Perang Indonesia" dan berlaku mulai hari diundangkan. Agar...

- 8 - Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 14 September 1954 PRESIDEN, ttd SUKARNO. PERDANA MENTERI, ttd ALI SATROAMIDJOJO. Diundangkan pada tanggal 15 September 1954. MENTERI PERTAHANAN, ttd IWA KUSUMASUMANTRI. MENTERI KEHAKIMAN, ttd DJODY GONDOKUSUMO. LEMBARAN NEGARA NOMOR 85 TAHUN 1954

PENJELASAN UMUM. ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA Angkatan Perang Republik Indonesia yang secara resmi dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945, sebagai salah satu usaha dari Pemerintah untuk memperlengkapi alat-alat Negara Republik Indonesia, yang telah diproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengambil bagian yang penting dalam perjuangan Bangsa Indonesia untuk mempertegak dan mempertahankan Kemerdekaannya, yang telah diproklamirkan itu. Pada tanggal 5 Oktober 1953, pada saat diadakan peringatan usianya genap satu windu, Angkatan Perang Republik Indonesia dapat menoleh kebelakang dengan perasaan bangga, karena selama satu windu itu, tugas kewajibannya dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam waktu delapan tahun Angkatan Perang Republik Indonesia telah membuat suatu tradisi, yang wajib dicatat dalam sejarahnya secara khusus. Tidak ada bedanya dengan alat-alat Negara yang lainnya, Angkatan Perang Republik Indonesia dalam waktu pertumbuhan dan dalam suasana perjuangan yang lampau itu, telah pula mengalami kesulitan-kesulitan, kekurangan-kekurangan dan ujianujian yang maha besar, tetapi berkat keuletan, kemauan dan cita-cita segenap anggotaanggotanya, dengan melampaui masa-masa perubahan dalam sejarah perkembangannya, segala kesukaran dapat diatasi, walau dengan pengorbanan-pengorbanan yang tidak sedikit sekalipun. Maka

- 2 - Maka disamping kita mencatat masa satu windu yang pertama dalam usia Angkatan Perang Republik Indonesia itu secara khusus dalam sejarahnya, adalah pada tempatnya pula untuk menyatakan penghargaan Negara kepada mereka, dari manapun mereka berasal, baik yang permulaan dan berturut-turut tergabung dalam organisasi Badan Keamanan Rakyat (B.K.R.), Tentara Keamanan Rakyat (T.K.R.), Tentara Republik Indonesia (T.R.I.), sampai menjelma menjadi Tentara Nasional Indonesia (T.N.I.), maupun mereka yang berturut-turut tergabung dalam Laskar-laskar dan Badan-badan Perjuangan, yang langsung atau tidak, termasuk dalam lingkungan organisasi Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, hingga saat peleburannya menjadi Tentara Nasional Indonesia, yang selama waktu delapan tahun itu terus-menerus dengan setia, sungguh-sungguh serta menunjukkan kelakuan serta budi-pekerti yang baik, sebagai anggota Angkatan Perang, menyumbangkan tenaga dan jasa-jasanya kepada Negara. Dengan memberikan tanda penghargaan ini, Pemerintah bermaksud menjadikan mereka sebagai tauladan bagi anggota-anggota Angkatan Perang yang lainnya, hingga dengan demikian mereka semua itu dibimbing ke arah sifat-sifat yang utama dalam pengabdiannya untuk kepentingan Negara dan Bangsa. Di samping itu Pemerintah hendak menanam dan membangkitkan perasaan kebangsaan terhadap tradisi, pengertian dan keinsyafan akan kewajiban dan tanggung jawab segenap anggota-anggota Angkatan Perang untuk mempertegak, memelihara, dan melanjutkan untuk masa depan, tradisi yang baik, yang telah diletakkan dasar-dasarnya dalam masa sewindu yang telah lampau itu. Angkatan Perang Republik Indonesia, di mana anggota-anggotanya insyaf akan tanggung jawabnya, dan tahu menghargai dan memelihara tradisinya, akan merupakan Angkatan Perang yang berjiwa, dan yang akan merupakan sandaran yang kuat bagi Negara di masa yang akan datang. PENJELASAN

- 3 - PENJELASAN PASAL DEMI PASAL BAB I Ketentuan-ketentuan umum Pasal 1 BAB II Nama Pasal 2 BAB III Syarat-syarat untuk menerima Pasal 3 Di antara anggota-anggota Angkatan Perang yang pada tanggal 5 Oktober 1953 masih berada dalam dinas tetap, dan telah memehuhi syarat masa dinas delapan tahun terus-menerus, ada yang berasal dari berturut-turut organisasi-organisasi Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), sampai saat diresmikan sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan pula ada yang berasal berturut-turut dari Laskar-laskar dan Badan-badan Perjuangan yang langsung atau tidak, termasuk dalam lingkungan organisasi Kementerian Keamanan, kemudian Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, sampai peleburannya menjadi Tentara Nasional Indonesia. Antara kedua golongan ini tidak diadakan perbedaan dalam haknya untuk menerima tanda kehormatan yang dimaksud dalam undang-undang ini, asalkan syarat-syarat masa dinas terus menerus dan kesetiaan, kesungguhan dan kelakuan serta budi-pekerti yang baik dipenuhi. Demikian pula tidak diadakan perbedaan dalam pangkat, kedudukan, maupun angkatan di mana mereka itu menjadi anggota hingga pada tanggal 5 Oktober 1953 itu. Anggota-

- 4 - Anggota-anggota Angkatan Perang yang termasuk golongan tersebut di atas yang pada masa yang lampau dianggap tidak dapat melakukan dinas aktip untuk sementara waktu, karena ditawan oleh pihak musuh pada waktu melakukan tugas kewajibannya, tidak kehilangan haknya untuk menerima tanda kehormatan ini, oleh karena mereka itu dianggap tidak kehilangan status-keanggotaannya. Anggota-anggota Angkatan Perang yang termasuk golongan tersebut di atas, yang dalam waktu yang lampau, dianggap tidak dapat melakukan dinas aktip, berhubung ditawan oleh pihak musuh, karena melaporkan diri, atau dalam keadaan pada waktu tidak sedang menjalankan tugas, ialah umpamanya masuk dalam daerah musuh tidak untuk kepentingan tugas, melainkan untuk kepentingan diri sendiri, menengok keluarga dan sebagainya, dan kehilangan status keanggotaannya untuk sementara waktu ataupun tidak, kehilangan haknya untuk menerima tanda kehormatan ini, karena mereka itu tidak dianggap menunjukkan kesetiaan dan kesungguhan dalam melakukan kewajibannya. Pasal 4 Pasal 5 Masa dinas satu windu yang dijadikan salah satu syarat untuk dapat menerima tanda kehormatan yang dimaksud dalam undang-undang ini ialah masa dinas selama waktu antara tanggal 5 Oktober 1945 dan 5 Oktober 1953. Ada kemungkinan, bahwa di antara anggota-anggota Angkatan Perang yang terus-menerus sejak 5 Oktober 1945 menjalankan dinas aktip ada yang beberapa waktu sebelum tanggal 5 Oktober 1953 diberhentikan dengan hormat atau tidak lagi menjalankan dinas aktip, umpamanya mereka yang termasuk golongan anggota yang dimaksud mendapat perlakuan seperti diatur dalam Undang-undang No. 14 tahun 1953. Ada pula yang tidak pada tanggal 5 Oktober 1945 tepat menjadi anggota Angkatan Perang, melainkan beberapa waktu kemudian. Dalam

- 5 - Dalam hal yang demikian itu maka Presiden dapat menetapkan pemberian tanda kehormatan yang dimaksud dalam undang-undang ini, dengan ketentuan bahwa anggota yang bersangkutan itu untuk masa paling sedikit 7 (tujuh) tahun terus-menerus, dengan memenuhi syarat-syarat kesetiaan, kesungguhan dan kelakuan serta budi pekerti yang baik, menjadi anggota Angkatan Perang. BAB IV Bentuk Pasal 6 Tanda Kehormatan Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia diberi bentuk medali bersudut delapan beraturan untuk menandakan, bahwa dasar yang dipergunakan untuk mengadakan tanda kehormatan itu, ialah peristiwa delapan tahun usia Angkatan Perang Republik Indonesia. Lukisan burung Garuda memperlambangkan tekad dan kekuatan Angkatan Perang yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Republik Indonesia, yang merupakan rantai pertahanan yang kuat, sebagaimana dilukiskan dengan rantai bermata tiga dalam cengkeraman burung Garuda. Bintang bersudut lima di atas kepala burung Garuda melambangkan cita-cita yang luhur yang dikejar oleh Angkatan Perang, dan delapan bintang kecil bersudut lima di dalam lingkaran, pada dada Garuda menggambarkan masa delapan tahun yang merupakan permulaan tradisi yang dibanggakan. BAB V Cara memakai Pasal 7 Pasal 8

- 6 - Pasal 8 Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 BAB VI Pasal 11 dan Pasal 12 Setiap orang yang menerima sesuatu tanda kehormatan dan penghargaan dari Negara, wajib mengerti akan tanggung jawab dan kewajibannya untuk menjunjung tinggi tanda kehormatan itu. Ia harus menjadi tauladan yang baik dalam kelakuan dan perbuatannya dan dengan demikian menjaga supaya nama baiknya tidak dicemarkan, yang mana akan berakibat hilangnya atau berkurangnya penghargaan yang diberikan pada tanda kehormatan yang pernah diterima olehnya. Oleh karena itu, maka perlu diadakan ketentuan-ketentuan mengenai pencabutan hak untuk memakai tanda kehormatan, bilamana seseorang yang pernah menerimanya, menjalankan perbuatan-perbuatan yang mencemarkan namanya. BAB VII

- 7 - BAB VII Pemberian Pasal 13 BAB VIII Penutup Pasal 14 Pasal 15 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 657