VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP)

Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

Gambar 2.1 organik dan anorganik

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

1. Pendahuluan ABSTRAK:

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 2010), dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 1,49%. Tingkat pertumbuhan

KAJIAN VOLUME SAMPAH DI KOTA KEDIRI ( Lokasi TPA Klotok )

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

Cara menanggulangi pencemaran seperti pada gambar diatas adalah...

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat- tempat dimana

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka perlu

Repository.Unimus.ac.id

PPM REGULER. Oleh : Suhartini

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

Transkripsi:

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR 6.1. Pengelolaan Sampah Pasar Aktivitas ekonomi pasar secara umum merupakan bertemunya penjual dan pembeli yang terlibat dalam transaksi jual dan beli barang maupun jasa, dengan meninggalkan atau membuang produk sisa berupa sampah. Kardus bekas kemasan, kertas pembungkus, plastik, potongan-potongan kayu, sisa makanan, potongan daging dan sisa sayuran merupakan barang-barang buangan dari hasil aktivitas rutin atau harian masyarakat pedagang dan bukan pedagang di sekitar lingkungan pasar. Pengelolaan sampah pasar secara operasional dimulai dengan tahap pengumpulan hingga tahap pembuangan akhir. (1) Pengumpulan. Pedagang mengumpulkan sampahnya dalam keranjang, kantong plastik atau meletakkan sampahnya begitu saja di sekitar lokasi tempat berdagang. Sebagian besar pedagang tidak mempunyai tempat sampah khusus dan umumnya meletakkan begitu saja sampahnya di sekitar tempat berjualan. Hal ini yang menimbulkan kesan pasar menjadi kotor karena sampah berserak di mana-mana. (2) Pengangkutan dan Pembuangan Akhir Sampah yang berasal dari para pedagang kemudian diambil oleh petugas kebersihan dan dikumpulkan dalam gerobak atau keranjang bambu. Pada lorong pasar yang padat dengan pedagang, pedagang meletakkan gerobak di tempat yang agak kosong sehingga tidak mengganggu lalu lalang pembeli. Petugas mengambil sampah menggunakan wadah (pengki atau keranjang bambu). Pengambilan sampah dilakukan satu sampai dua kali per harinya dan dilakukan pada pagi hari. Jumlah petugas kebersihan yang bekerja di tiap-tiap pasar dapat dilihat pada Tabel 8, 9 dan 10. Tiap satu orang pegawai bertanggung jawab atas kebersihan di suatu lokasi pasar (blok). Pegawai kebersihan umumnya tenaga honorer meskipun banyak yang bekerja selama belasan tahun. Sampah yang terkumpul dalam keranjang/gerobak dibawa ke TPS. TPS biasanya merupakan bak pasangan bata-semen atau berupa kontainer

56 diletakkan pada salah satu sudut pasar. Meskipun sudah ada TPS, tetapi beberapa pasar hanya mengonggokkan tumpukan sampahnya dipinggir jalan dan di salah satu bagian pasar. Pembongkaran sampah di TPS dilakukan secara manual dengan bantuan penggaruk tanpa pelindung apapun seperti sarung tangan atau masker. Sampah yang terkumpul di TPS setiap hari diangkut ke TPA menggunakan truk bantuan dari DKP berkapasitas enam m 3 sampai delapan m 3 oleh empat orang petugas. Jumlah sampah yang dihasilkan tiap pasar dan jumlah truk yang beroperasi untuk mengangkut sampah disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Jumlah sampah yang dihasilkan pasar tradisional Kota Bogor Jumlah Volume Volume Tidak No PASAR truk Ritasi sampah terangkut terangkut % sampah (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 Kb. Kembang 9 12 138 117 21 15 2 Baru Bogor 4 6 60 54 6 10 3 Merdeka 2 3 24 24 0 0 4 Jambu Dua 2 1 20 18 2 10 5 Gunung Batu 1 1 6 6 0 0 6 Sukasari 1 1 7 7 0 0 7 Padasuka 1 1 7 7 0 0 Jumlah 262 233 29 11 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, 2003 Pasar Kebon Kembang menghasilkan sampah terbanyak ya itu 138 m 3, meskipun pasar ini sudah dilayani sembilan buah truk per harinya tetapi belum semua sampah dapat terangkut. Setiap hari masih ada sekitar 15 % sampah yang tidak terangkut. Demikian juga dengan pasar Baru Bogor dan pasar Jambu Dua, setiap harinya masih menyisakan sampah di TPS atau tercecer di sekitar pasar. Pasar lainnya seperti pasar Merdeka, Gunung Batu, Sukasari dan Padasuka merupakan pasar-pasar dengan jumlah sampah yang tidak banyak sehingga dapat diangkut seluruhnya ke TPA. Unit pasar Merdeka meliputi beberapa pasar di lokasi yang berbeda yaitu pasar Pejagalan, pasar Devries dan pasar Taman Kencana sehingga truk sampah harus mendatangi ke tiga lokasi pasar tersebut untuk mengambil sampah.

57 Di pasar Baru Bogor, sampah yang dihasilkan selain diangkut ke TPA, ada sebagian sampah dibakar di incinerator. Ada dua buah incinerator berkapasitas sekitar 50 m 3 di tempatkan di pasar Baru Bogor dan beroperasi setiap hari. Incinerator yang ada ini ternyata masih belum membantu menanggulangi sampah yang ada di pasar Baru Bogor karena setiap harinya masih ada sampah yang tidak terangkut ke TPA. TPA Galuga merupakan tempat pembuangan akhir semua sampah yang dihasilkan Kota Bogor termasuk sampah pasar. TPA ini terletak di desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang berlokasi sekitar 20 km dari Kota Bogor. TPA ini mempunyai luas 9,8 ha dengan sistem penanganan sampah yang digunakan saat ini adalah controlled landfill yaitu sistem pembuangan sampah terbuka namun terkendali. Dalam sistem ini, limbah cair sampah (air lindi) dialirkan dan diproses dalam IPAL sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar. Namun masih ada juga dampak negatif yang ditimbulkan TPA ini yaitu berupa bau busuk, timbul akibat pembusukan sampah dan gangguan kesehatan berupa berkembangnya beberapa penyakit yang ditularkan melalui lalat yang berasal dari sampah TPA. Kantor Pengelolaan Pasar khususnya bagian kebersihan bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan bagian yang bertanggung jawab atas kebersihan pasar. Petugas kebersihan dari Kantor Pengelolaan Pasar bertugas untuk menjaga kebersihan di dalam dan di sekitar pasar, petugas dari DKP yang bertugas mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dana untuk mengelola sampah pasar berasal dari APBD Kota Bogor dan retribusi kebersihan. Retribusi yang setiap hari dibayarkan oleh para pedagang disetorkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor, tidak hanya untuk kebersihan pasar tetapi juga untuk administrasi, keamanan dan biaya pemeliharaan. 6.2. Pencemaran Sampah Pasar Tabel 23 menunjukkan tidak seluruh sampah pasar yang dihasilkan dapat diangkut ke TPA. Dari tujuh buah pasar tradisional yang ada di Kota Bogor dihasilkan sampah sebanyak 262 m 3 setiap harinya, sedangkan yang dapat

58 diangkut ke TPA sebanyak 233 m 3.. Sekitar 29 m 3 sampah yang tidak terangkut jika dibiarkan akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Beberapa masalah yang dapat timbul dari sampah yang tidak terangkut antara lain polusi udara berupa bau dari sampah yang membusuk, pencemaran air akibat pembuanga n sampah ke sungai serta merembesnya air lindi dari pembusukan sampah ke pemukiman dan sumber air penduduk, pencemaran udara akibat pembakaran sampah, gangguan kesehatan dan lain-lain. Tabel 23 Jumlah sampah terangkut dan tidak terangkut di pasar tradis ional Kota Bogor No PASAR Terangkut (m 3 ) Tidak terangkut (m 3 ) Total Volume Sampah (m 3 ) Volume % Volume % (m3) 1 Kb. Kembang 117 50,21 21 72,41 138 2 Baru Bogor 54 23,18 6 20,69 60 3 Merdeka 24 10,30 0 0,00 24 4 Jambu Dua 18 7,73 2 6,90 20 5 Gunung Batu 6 2,58 0 0,00 6 6 Sukasari 7 3,00 0 0,00 7 7 Padasuka 7 3,00 0 0,00 7 Jumlah 233 100,00 29 100,00 262 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, 2003 6.2.1. Pencemaran Air Sampah yang menumpuk di pasar dan tidak terangkut ke TPA akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan air lindi dan bau yang busuk yang menusuk. Air lindi yang terbentuk akan mencemari air tanah dan air sungai jika air tersebut mengalir ke sungai atau merembes ke dalam tanah di sekitarnya. Tingkat pencemaran yang terjadi tergantung pada jumlah sampah dan air lindi yang terbentuk. Air lindi ini mengalir melalui selokan dan berakhir di muara sungai, ikut menyumbangkan pencemaran air sungai. Demikian juga sampah pasar yang langsung dibuang ke sungai atau terbawa air hujan, akan mencemari air sungai. Sampah yang dibuang ke sungai menyumbang sekitar 60 70% pencemaran sungai (SLHI, 2002).

59 Sungai Ciliwung dan Cisadane merupakan sungai utama kota Bogor yang memberikan kontribusi besar terhadap lingkungan sumber daya air yang berada di sepanjang jalur yang dilewati alirannya. Kondisi lingkungan kedua sungai tersebut selain karena fluktuasi debit air yang tinggi, banyaknya sampah yang sering menyebabkan banjir, pencemaran oleh limbah rumah tangga dan industri, juga karena perbedaan persepsi keberadaan sungai bagi masyarakat pedesaan di wilayah hulu sungai dan masyarakat perkotaan di hilir. Di daerah hulu sungai para petani maupun penduduk, umumnya memandang sungai sebagai sumber kehidupan; sedangkan di daerah perkotaan dimana sumber air bersih sudah dapat tergantikan dengan air pipa (PDAM), sehingga sungai dipandang sebagai tempat pembuangan sampah alami. Permasalahan penurunan kualitas air diakiba tkan oleh pencemaran yang meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan penduduk terhadap sumber daya air dan lahan yang ada. Hasil pemantauan kualitas air di sungai Ciliwung dan Cisadane khususnya yang berada di kota Bogor yang dilakukan oleh Kantor Penge lolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor pada tahun 2001, 2002 dan 2003 yang ditampilkan pada Lampiran 16 dan 17. Hasil pemantauan menunjukkan hampir semua parameter berada dibawah baku mutu air provinsi dan nasional, tetapi di beberapa titik pengamatan nilai BOD dan COD ada diatas baku mutu. Penyebab utama dari tingginya BOD dan COD ini adalah karena buangan yang mengandung bahan organik dan beberapa buangan anorganik yang cukup tinggi. Tingginya BOD dan COD akan menyebabkan rendahnya kandungan oksigen terlarut yang berakibat pada menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Kandungan oksigen terlarut yang rendah juga mengakibatkan terjadinya aktivitas mikoorganisme anaerob yang menghasilkan senyawa seperti anim, H 2 S dan komponen fosfor yang berbau busuk dan menyengat. Oleh karena itu perkembangan pencemaran sungai yang terus meningkat perlu diwaspadai. 6.2.2. Pencemaran udara Pencemaran udara yang timbul karena sampah pasar antara lain disebabkan bau karena dekomposisi sampah yang tidak terangkut dan pencemaran udara akibat pembakaran sampah. Sampah yang mengalami pembusukan,

60 menghasilkan gas antara lain methan dan gas H 2 S. Satu ton sampah akan 3 menghasilkan gas methan sekitar 450 m (Tchobanoglous, 1993). Methan merupakan gas yang tidak berbau tetapi merupakan gas rumah kaca (GRK) yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Gas H 2 S bersifat racun bagi tubuh dan berbau busuk. Sampah pasar yang sebagian besar merupakan sampah organik cepat sekali membusuk, karena itu kecepatan mengelola sampah harus lebih cepat dari proses pembusukannnya. Dengan kata lain sampah harus segera dihilangkan dari pasar untuk menghindari bau yang timbul dari pembusukan sampah. Pasar Baru Bogor mengumpulkan sampahnya di dekat jalan masuk menuju pasar. Sampah yang menggunung menyebarkan bau yang menusuk yang menyebabkan pembeli menghindari jalan masuk tersebut. Meskipun truk pengangkut sampah setiap hari mengangkut sampah yang ada di Pasar Baru Bogor, tapi kecepatan pengangkutan sampah lebih kecil dari kecepatan pembentukan sampah sehingga sampah selalu terlihat menumpuk. Menyadari akan efek yang ditimbulkan oleh adanya bau dari suatu zat dalam berbagai kegiatan, maka pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai baku mutu dari bau yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50/MENLH/II/1996 tentang baku mutu kebauan. Peraturan ini menjadi acuan dalam menentukan tingkat kebauan. 6.2.3. Pengaruh Sampah terhadap Kesehatan Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung (Slame t, 2002). Efek langsung merupakan efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah. Sampah yang beracun atau sampah yang mengandung kuman patogen akan menimbulkan penyakit. Efek tidak langsung dapat dirasakan sebagai akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Air lindi yang timbul karena pembusukan sampah, mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus seperti Ca, Mg, Na, K, Fe, Cl, Sulfat, Phosfat, Zn, Ni, CO 2, H 2 O, NH 3, H 2 S, asam organik dan H 2. Zat-zat ini mencemari air tanah, tanah dan udara, yang pada akhirnya berdampak terhadap kesehatan. Efek tidak langsung lainnya adalah berupa penyakit bawaan vektor

yang berkembang biak di dalam sampah seperti lalat dan tikus. Lalat merupakan vektor pembawa penyakit perut dan tikus dapat menyebarkan penyakit pest. 61 6.2 Upaya Peningkatan Pengelolaan Sampah Pasar Permasalahan yang timbul karena jumlah sampah yang terus bertambah, memerlukan upaya yang serius yang melibatkan semua pihak untuk dapat menanggulanginya secara berkesinambungan. Upaya minimalisasi sampah pasar, telah dilaksanakan pada tahun 2001 oleh Unesco bekerjasama dengan LSM dan pasar tradisional berupa Program Pasar Bersih/Propasih (Wirjoatmodjo et al, 2002). Gambar 3 merupakan bagan alir upaya minimalisasi sampah pasar. PEDAGANG Sayur, buah Ikan, daging kelontong Lain-lain PEMILAHAN DARI SUMBER SAMPAH Sampah Basah 80 % Sampah Kering 20 % Residu KOMPOS Plastik kertas Kayu, sabut Tempurung Residu Material Lapak Kerajinan Arang Gambar 3. Bagan Alir Upaya Minimalisasi Sampah Pasar

62 Kegiatan Propasih ini meliputi i) sosialisi pengelolaan sampah kepada masyarakat pasar, ii) tindakan minimalisasi sampah oleh warga pasar. Minimalisasi sampah dilakukan dengan pemilahan sampah di tingkat para pedagang dengan cara menyediakan tempat sampah yang berbeda untuk sampah basah dan sampah kering. Sampah basah meliputi sisa sayur, buah, ikan dan daun pembungkus, umumnya merupakan 80 % dari seluruh sampah pasar.sampah basah meliputi sisa sayur, buah, ikan dan daun pembungkus, umumnya merupakan 80 % dari seluruh sampah pasar. Sampah kering meliputi antara lain kertas, plastik, kayu, kain, logam dan kaca. Selanjutnya sampah basah dapat dijadikan kompos sedangkan sampah kering dapat diolah dan digunakan kembali. Secara teknis, kegiatan Propasih meliputi : 1) membuang sampah di tempat yang sudah disediakan (bak sampah dengan tutup warna kuning untuk sampah basah, bak sampah dengan tutup warna merah untuk sampah kering), 2) menjaga dan memelihara sarana kebersihan pasar, 3) menjaga dan memelihara kebersihan dan kelancaran aliran saluran pembuangan atau got, 4) memelihara kebersihan dan kerapihan tempat berjualan, 5) saling mengingatkan dan membantu dalam menjaga kebersihan antar sesama warga pasar. Propasih dapat dijadikan contoh program kebe rsihan di pasar tradisional, karena Propasih mengajak warga masyarakat pasar (pedagang, pembeli dan pengelola) berperan aktif dalam mengelola kebersihan lingkungan pasar secara mandiri. Langkah mengurangi sampah dari sumbernya tidak akan efektif tanpa peran aktif para pedagang. Mereka sebagai penghasil utama sampah dan mereka yang merasakan dampak negatif sampah. Peran aktif pedagang dalam pengelolaan sampah dapat tingkatkan dengan melibatkan mereka sebagai : a. pengelola (mengurangi timbulan sampah dari sumbernya), b. pengawas (mengawasi tahapan pengelolaan agar berjalan dengan lancar), c. pemanfaat (memanfaatkan sampah secara individu, kelompok, atau kerja sama dengan dunia usaha), d. pengolah (mengoperasikan serta memelihara sarana dan prasarana pengolah sampah) dan e. penyedia biaya pengelolaan.